04 - I Meet You

45 6 1
                                    

Elena dan Olivia tiba di sebuah bangunan bertuliskan JJ Club. Diajaknya Olivia untuk masuk kedalam bangunan tersebut. Ternyata ini adalah club malam milik Elena. Olivia mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Tidak.. Tidak, tidak.. Aku tidak mau bekerja di tempat seperti ini." Olivia berniat untuk pergi keluar dari tempat laknat ini. Namun lengannya ditahan Elena lebih dulu.

"Kau tidak bisa pergi. Jika kau menolak bekerja denganku disini, maka aku akan melaporkanmu ke kantor polisi."

Olivia kaget dengan pernyataan yang dilontarkan Elena. Ia tidak mau bekerja disini, tapi ia juga tidak mau masuk penjara. "Tapi aku tidak mau menjadi wanita seperti itu."

Elena menatap Olivia lekat. "Baiklah. Kau bisa menjadi pengantar minuman." Tidak masalah, yang terpenting aku sudah mendapatkanmu, pundi-pundi emasku. Batin Elena. Memang sejak awal Elena tertarik melihat Olivia yang memiliki wajah sangat cantik bak wanita rusia dengan bentuk tubuh yang sangat indah. Tidak masalah baginya untuk menunggu sebentar saja, sebelum ia mendapatkan banyak uang dari gadis itu.

Elena memanggil salah satu anak buahnya untuk mengantar Olivia menuju kamar mess nya. "Ini kamarmu nona."

"Terima kasih." Lalu wanita itu meninggalkan Olivia disana. "Oh Tuhan, kenapa nasibku berakhir disini. Club malam. Sangat buruk." Elena segera masuk untuk membersihkan diri. Ternyata Elena juga menyiapkan baju untuknya.

*****

"Dad, mengapa kau selalu memaksaku untuk menikah? Aku tidak akan menikah. Aku bahagia dengan hidupku yang seperti ini." David tidak percaya dengan perkataan ayahnya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari mantan rekan bisnisnya dulu sebelum pensiun.

"Kau tahu, kita memang sudah memiliki segalanya. Tapi dalam keluarga kita, belum ada bisnis pertambangan minyak. Jika kau menikah dengan Jennie, semua akan lengkap, David. Lagipula Jennie cantik, dia model ternama. Apalagi yang kurang?"

David terdiam. "Bagaimana jika kau saja yang menikahinya, Dad. Cukup lah untuk menjadi pengganti jalang-jalangmu." David segera beranjak dari ruang kerjanya meninggalkan ayahnya yang melongo.

"David..."

"Obrolan antara ayah dan anak yang sangat memuakkan." Ia segera menuju mobil sport miliknya. Dinyalakannya mesin mobil itu, dengan segera melesat meninggalkan kantor miliknya.

David telah sampai di sebuah club malam yang terkenal di kota itu. Ia segera turun dan masuk ke club itu.

"Baby, kau kembali." Seorang jalang yang pernah dipakai David datang menggelayuti badannya yang kekar saat baru saja masuk ke club itu.

"Pasti kau rindu padaku kan, baby?" satu jalang lagi ikut menggelayuti badannya.

"Menyingkirlah. Aku ingin sendiri." Jawab David dengan ketus lali beranjak menuju ruang VIP yang telah ia pesan sebelumnya

Ternyata di dalamnya sudah terdapat dua botol minuman untuknya. Segera ia tenggak minuman itu. Ia merasa sangat lelah. Lelah bekerja dan lelah karena terus didesak menikah oleh ayahnya.

Tidak. Ayahnya bukan perhatian padanya. Ia hanya ingin menambah pundi-pundi hartanya dengan memanfaatkan David. Ya memang David bukanlah anak kandungnya, ia mengadopsi David sejak umur 4 tahun. Donny Anderson menyekolahkan David hingga ia menjadi sukses sampai sekarang. Mungkin karena itulah ia menuntut timbal balik dari David.

Minuman di depan David sudah kosong. Ia segera menelepon bartendernya untuk segera mengirimkan minuman lagi di ruangannya. David adalah pelanggan yang sangat sering berkunjung di club milik Elena ini. Ia pun sangat mengenal Elena dan pernah tidur dengan nya walaupun hanya sekali.

Malam ini berbeda dengan malam-malam biasanya. David tidak membawa satu wanita pun untuk ikut dengannya di ruangan ini.

*****

Olivia kembali ke bar setelah mengantarkan minuman. Dia bergidik ngeri melihat keadaan di dalam club. Ternyata seperti ini club malam. Oh Tuhan, rasanya ingin pergi dari sini. Baru saja Olivia ingin pergi ke belakang, bartender segera memanggilnya dan menyuruhnya untuk mengantarkan minuman ke salah satu ruang VIP di club itu. Ia segera mengambil nampann dan bergegas mengantarkannya.

Olivia menatap pintu tertutup itu. Huhh.. tidak apa Olivia, hanya mengantarkan minuman lalu keluar. Kau pasti bisa. Aku harap tidak terjadi apapun. Olivia menyemangati dirinya sendiri. Dibukanya dengan perlahan pintu itu.

Seorang pria tengah duduk di dalam ruangan itu sambil bersandar pada sofa yang ia duduki. Sepertinya ia setengah mabuk. Dia sendirian? Pikir Olivia setelah masuk ke ruangan itu. "Ini minuman anda, Tuan." Olivia meletakkan nampannya perlahan.

Pria itu menatap Olivia dengan lekat.

David POV

"Ini minuman anda, Tuan."

Aku menatap gadis itu dengan lekat. Cantik. Sangat cantik. Mata indahnya. Hidung lancipnya. Bibir mungil dan merah yang ingin sekali aku habiskan saat ini juga. Bayangan itu berputar di otakku, membayangkan aku bisa merasakan bibir merahnya dan menyentuhnya di tempat yang ia inginkan. Perasaan ingin memiliki itu muncul di benakku. Oh jangan lagi.

Olivia POV

Aku berbalik hendak meninggalkan ruangan itu. Tiba-tiba saja sebuah tangan besar menahan lenganku. "Tunggu.."

"Ahh..." aku limbung dan akhirnya jatuh di atas sofa, di atas tubuh kekar itu. Dengan reflek aku menggenggam kemejanya. Dia tersenyum tipis, menatapku dengan lekat.

Sejenak aku terhipnotis dengan pesonanya. Mata indahnya. Hidung mancungnya. Rahang yang tegas. Bibir yang indah. Ahh.. mungkin rasanya akan sangat menyenangkan jika bisa merasakan bibir indah itu. Gila.. ini gila, pikiranku mulai tidak sehat. Sudah berapa lama adegan ini berlangsung?

"Lepaskan! Tolong lepaskan aku." aku meronta dengan sekuat tenaga, namun sia-sia, tenagaku tidak cukup kuat untuk mengalahkan kungkungannya.

Pria itu hanya tersenyum licik menatapku. Apa dia pikir ini lucu? "Temani aku disini malam ini."

"Huh, in your dream. Maaf, tuan, sepertinya otak anda tidak sehat karena minuman-minuman itu. Aku sarankan untuk memesan air kosong agar otak anda kembali jernih. Sekarang lepaskan aku."

Pria itu terkekeh pelan. "Kau terlalu banyak bicara, sayang." Pria itu mulai mendekatkan bibirnya pada bibirku.

"AAAA... lepaskan aku..." aku berteriak dengan keras. Dengan spontan, aku menggigit leher pria itu hingga ia berteriak kesakitan dan melepaskan kungkungannya. Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk turun dari atas tubuhnya. Namun tangan itu menahanku lagi.

"Lepaskan aku. Aku tidak mau!"

"Aku tidak pernah mendengar penolakan dari siapapun. Apalagi dari seorang jalang." Pria itu mengeluarkan seringainya.

Darahku mendidih mendengar dia menyebutku sebagai jalang. Aku gigit tangan besar itu hingga ia kesakitan. "Dengarkan aku tuan sok berkuasa. Memangnya siapa dirimu hingga aku harus menurutimu. Dan satu lagi, AKU BUKAN JALANG." Aku segera berlari keluar dari ruangan itu. Tidak kusangka aku akan mendapatkan perlakuan seperti ini. Aku menangis sejadi-jadinya.

David POV

Gadis itu berlari keluar ruangan ini. Aku sangat kaget. Ini pertama kalinya ada seorang gadis yang berani menolakku. Apa dia gila, sampai pesonaku tidak nampak di matanya? Menarik. Aku harus cari tahu siapa dia.

DEAR OLIVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang