(H)OUR MOMENT - HYUNG MENGATAKAN SESUATU?

155 24 43
                                    

Semburat langit biru muda siang itu tampak menggelora pada batas-batas terik, juga sejuk. Ini sudah tiga tahun sejak Lee Changsub ditangkap oleh prajurit Jerman dan berpisah dengan dua rekan seperjuangan dalam perang besar Jerman-Soviet. Sepanjang waktu itu pun Perancis kemudian berhasil mengakuisisi beberapa ratus tentara Jerman sebagai pihaknya. Tidak. Katanya Jerman tidak kalah, namun nyatanya ratusan orang dibawa ke camp Normandia. Lee Changsub, laki-laki itu tengah duduk di antara tentara-tentara "Perancis": gabungan dari berbagai daerah dan sekutunya.

"Ada kabar kalau pasukan sekutu akan menyerang Nord-Pas-de-Calais di Perancis..." ujar salah seorang tentara berwajah tegas. Ia memegang erat senjatanya di antara tentara-tentara yang duduk diam di atas kendaraan yang mengangkut mereka: lebih kurang belasan.

"Mungkin kita akan ditempatkan di Normandia," sahut yang lain.

"Jika Jerman kalah, pastilah kita sudah mati dari dulu." Lelaki bule yang sejak tadi menyimak percakapan kemudian menanggapi. Ia separuh tak percaya. Barangkali memang ia juga mengalami sebuah keterpaksaan untuk bergabung. "Kau pikir mereka akan mengantar kita pulang?" imbuhnya. Lee Changsub yang mendengar kalimat-kalimat itu sontak mendongak. Matanya memandang ke depan, teduh, tepat di bawah topi yang dibenamkannya.

"Kita beruntung jika mereka tidak memanggil kita penghianat dan menembak kita. Itulah kenapa kita harus lari."

"Kau selalu mengatakan pada kami untuk melarikan diri sejak dua tahun lalu," sergah seorang berkulit gelap yang duduk tak jauh dari mereka.

"Aku sangat yakin kali ini."

Mereka tahanan. Sekumpulan besar tahanan yang dijadikan tentara, prajurit perang pembela negara yang tengah berseteru. Rumusnya sama, kalah perang berarti menjadi tahanan. Tahanan-tahanan itu kemudian dipaksa berperang dan apabila negara yang dibelanya kalah, maka ia akan jadi tahanan lain. Berputar, terus menerus, hingga kau muak dan merasa lebih baik mati di medan perang dibanding merengek minta pulang namun tak pernah digubris.

"Aku mendengar dari seseorang di unit yang lain, ada kapal dagang rahasia ke Jamaika di Pelabuhan Cherbourg." Seseorang yang sejak tadi diam dan terlihat abai kemudian tiba-tiba angkat suara.

"Bagaimana kau sampai ke sana? Berenang? Jika kau kedapatan ingin kabur, kau akan ditembak!" kata pria bule. Ia bahkan bertaruh 50 Marks untuk hal ini: bahwa mereka takkan bisa kabur semudah melangkahkan kaki menuju medan perang dengan sukarela.

"Bertaruhlah dengan 100 Marks, bodoh!"

Lee Changsub membuang muka atas percakapan-percakapan bodoh yang dilontarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Terkadang, bukankah tidak ingin tahu adalah solusi terbaik jika kau mengalami sebuah kesulitan. Keingintahuan adalah bumerang: itu bisa menambah pengetahuan atau bisa jadi juga memenuhi akal dan pikiran—ya soal kenyataan yang tak berguna. Kemudian tanpa terasa kendaraan-kendaraan yang mengangkut para tentara masuk wilayah Normandia, Perancis.

Mei, 1944, Normandy, Perancis. Pangkalan angkatan perang itu betul-betul besar, tak main-main. Tampak ratusan orang berbaris, berjajar di tempat tak jauh dari gedung kosong juga barak. Semua orang yang tergabung di sana mendongakkan kepala melihat instruksi dan satu dua kalimat pidato dari sang kapten.

"Kita akan membangun tembok pertahanan tambahan dan garis pertahanan di Atlantik. Mulai besok, kamu akan membangun dinding pertahanan di pantai dengan unit 795. Tugas kita adalah untuk membangun kemah pertahanan di bukit Normandia." Laki-laki paruh baya itu tampak menginstruksikan pasukannya dengan instruksi membara. Lee Changsub hanya memandangnya nanar. Sedikit banyak ia memang mengerti, namun pikirannya sama sekali tak tertuju pada pembangunan atau apalah yang diharapkan orang-orang Perancis itu.

"Lakukan dengan cepat!" Pasukan yang baru dibubarkan itu berjalan memasuki baraknya masing-masing.

"Divisi 3! Unit 2! Pergi ke barak 14!"

[2018] (H) OUR MOMENT ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang