Dua lebih baik dari satu

3.2K 372 44
                                    

Forth POV
Kamis Pukul 8 malam

"Ini bukan jalan menuju rumahku" protes Beam.

Aku meyakinkannya bahwa ayahnya menginginkanku mengantarnya pulang. Dia menatapku kesal tapi tidak protes dan masuk ke mobil dalam damai. Walau sebenarnya tuan baramee sama sekali tidak memerintahkanku untuk melakukannya. Aku hanya tidak ingin dia pulang sendiri. Tidak tahu apa yang mungkin terjadi padanya jika dia sendirian, malam begini. Melihat bagaimana dia mengalahkan beberapa pria tanpa luka serius, dia mungkin hebat dalam bertarung tapi bagaimana jika lawannya menggunakan cara licik?

"Kamu belum makan bukan?" ujarku.

"Aku tidak lapar" ujarnya tapi perutnya menghianatinya. Aku tertawa ketika mendengar bunyi perutnya. Pipi Beam memerah.

"Aku tidak ingin makan denganmu!" protesnya. Aku mengabaikan perkataannya dan parkir di sebuah restoran kaki lima.

"Terserah kamu mau ikut atau tidak. Tapi aku lapar" ujarku sambil turun dari mobil. Aku mengabaikan Beam. Dia menolak turun dari mobil.

"Malam Forth. Kenapa kamu sendirian?" tanya bibi penjual makanan. Dia sudah mengenalku sejak aku SMA. Aku sering makan disini bersama teman-temanku.

"Tidak semua orang single sepertiku Bi" ujarku bercanda. Dia menatapku prihatin dan menepuk pundakku.

"Itu karena kamu terlalu pemilih. Dengan wajah sepertimu, kamu bisa mendapatkan siapapun yang kamu mau" ujarnya.

Aku tertawa dan memandang ke arah mobil. Beam masih tidak beranjak dari mobilnya.

"Tidak semua Bi. Ada orang yang tidak bisa aku takhlukkan dengan mudah" ujarku. Bibi tersebut berdecak

"Kalau begitu tinggalkan dia" ujarnya.

Aku tertawa dan memesan makanan sebelum bibi bicara lebih banyak. Ketika makanan dihidangkan, Beam akhirnya duduk didepanku dengan wajah ditekuk. Aku mencoba menahan tawaku dan tidak mengatakan apapun sambil mulai makan. Dia juga tidak mengatakan apapun dan mulai makan.

"Apa kamu tidak akan mengatakan sesuatu?" tanyanya tiba-tiba sambil makan gurita panggang. Wajahnya terlihat berantakan karena saos menempel di bibirnya. Aku ingin membersihkan bibirnya dengan-

"Soal apa?" aku mencoba mengalihkan pikiranku.

"Soal hari ini" ujarnya sambil menatapku penasaran.

Aku tersenyum tipis "Soal kenapa kamu berkelahi atau apa penyebab kamu berkelahi?" tanyaku. Dia menatapku tanpa mengatakan apapun.

Aku berdehem "Kamu ingin aku mengatakan apa?" tanyaku.

Dia menaikkan kedua bahunya "Entahlah. Biasanya orang dewasa akan memarahiku. Mengatakan bahwa aku tidak seharusnya berkelahi" ujarnya.

Kali ini aku tertawa "Aku tidak menyarankannya. Jika seseorang mencoba menghajarmu maka sudah sewajarnya kamu menghajar mereka balik" ujarku. Dia terdiam dan menatapku lekat. Matanya terlihat seperti danau yang tenang tapi begitu menghayutkan. Aku terpesona untuk beberapa saat.

"Kamu aneh" ujarnya sambil memalingkan wajahnya dariku.

Aku tersenyum dan menatapnya

"kamu bukan orang pertama yang mengatakan seperti itu" ujarku. Dia mendengus tapi tidak mengatakan apapun lagi.

"Kamu bilang kamu single?" bibi penjual makanan protes padaku saat aku membayar makanannya.

"Lalu siapa makhluk lucu itu? Kamu tidak menculiknya paksa bukan?" tambahnya sambil berkacak pinggang. Aku tertawa. Dia tahu masa laluku yang tidak terlalu baik.

Great Teacher ForthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang