Bukan Guru dan Murid

3.5K 371 82
                                    

I ditch my hotel room and back to my comfy room. I love my room. Hotel room make me feel more lonely than usual.

*****
Beam POV

Aku menatap bangku auditorium yang masih belum terisi penuh. Aku datang terlalu pagi. Bahkan Phana dan Kit menatapku heran ketika mereka datang dan melihatku sudah duduk di bangkuku.

"Apa yang membuatmu datang pagi-pagi?" tanya Kit heran.

Hari ini penerimaan mahasiswa baru.

Phana tersenyum menggoda "Kamu masih belum melupakan dia?" ujarnya sambil duduk disebelahku.

Melupakan? Bagaimana aku bisa melupakan si brengsek Forth Jaturapoom?! Aku bahkan mengingat perkataannya saat itu dengan baik.

"Maaf. Tapi aku tidak suka anak kecil"

ANAK KECIL!!!!

kit tertawa di bangkunya "Jadi kamu ingin pamer padanya, bahwa kamu sudah masuk fakultas kedokteran" ujar Kit.

Aku mendengus.

BENAR. AKU DISINI UNTUK MENUNJUKKAN PADANYA BAHWA AKU SUDAH DEWASA!

"Lupakanlah dia. Menurutku dia benar. Dia terlalu dewasa untukmu" ujar Phana.

"Hei...dia hanya lebih tua delapan tahun dari kita" protesku.

Kit menggeleng "cinta memang buta" ujarnya.

Aku menatap kit tajam

"Dia menolak semua wanita yang memohon padanya dan mengejar pria yang menolaknya. Ya. Cinta memang Buta" tambah Phana.

Aku menatap Phana kesal.

Kenapa? Kenapa tidak ada satupun dari mereka yang mendukungku!!!

****

3rd Person POV

Kit dan Phana hampir tertidur dibangku mereka selama mengikuti upacara penerimaan Mahasiswa baru. Tapi Beam tidak. Dia terus menatap tajam ke arah deretan pengajar yang hadir. Dia bisa melihat Forth. Bahkan jika jarak mereka cukup jauh, Beam bisa mengenalinya dengan jelas.

"Ah! Akhirnya kita bebas!" ujar Phana sambil merenggangkan badannya.

"Aku lapar" ujar Kit sambil menatap Beam dan Phana.

Beam tidak mengatakan apapun dan berlari mengejar seseorang. Phana dan Kit saling bertatapan satu sama lain. Mereka melihat Beam berlari turun ke tengah auditorium. Mereka mengangguk mengerti ketika mereka melihat Beam menarik tangan seseorang.

"Phi!" ujar Beam. Forth terdiam dan menatap Beam terkejut. Begitu juga wanita disebelahnya.

"Adikmu?" tanya wanita tersebut penasaran.

"Bukan. Dia muridku" ujar Forth tanpa melepaskan pandangannya dari Beam.

Beam menatap Forth kesal.

"Aku bukan muridmu lagi" ujar Beam "Kelas kita telah berakhir" tambahnya.

Forth mendesah dan menatap Beam lekat.

"Beam Baramee" ujarnya. Beam menatap pria tampan didepannya. Forth tidak berubah. Dia masih seperti dulu. Terlihat seksi walau dengan kaca mata bertengger di hidung sempurnanya.

"Selamat datang" ujar Forth tulus sambil mengusap kepala Beam. Beam merasakan jantungnya berdebar hebat. Selama 8 bulan dia berjuang untuk lulus dan masuk Fakultas Kedokteran Kasetrat. Dia menyukai Kedokteran. Tapi dia punya alasan lain untuk lulus.

Beam menatap pria didepannya lekat. Alasan utamanya.

"Aw....jadi dia murid yang kamu ceritakan. Alasanmu kenapa kamu tidak mengambil jam pelajaran di sore hari dulu?" tanya wanita disamping Forth. Beam menatap wanita tersebut dari kaki hingga kepala. Instingnya bekerja dengan baik. Wanita ini jelas menyukai Forth. Beam mempererat pegangannya pada Forth dan menatap Forth dengan mata bulatnya.

Great Teacher ForthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang