Beam duduk diatas pangkuan Forth dan menarik kerah baju Forth sambil menatapnya tajam.
"Jadi apa kamu akan menunggu sampai aku menjadi dokter?" tanya Beam kesal. Dia melepaskan sebelah pegangannya dari leher Forth dan menyentuh tubuh bagian bawah Forth yang terlihat bertolak belakang dengan reaksi Forth.
Forth terkejut dan memerah. Tangan Beam didepan tubuhnya dan aroma tubuh Beam membuat akal sehatnya hilang. Dia menggeleng tapi kemudian mengangguk. Dia berjuang mempertahankan logikanya. Bagaimanapun dia lebih dewasa dari Beam. Jika Beam tidak memikirkan masa depannya maka dia yang akan memikirkannya.
Beam menatap kesal melihat reaksi Forth
"Geez....kalau begitu biar aku memutuskan segalanya untukmu" ujar Beam sambil menarik kerah baju Forth dan mendekatkan wajah mereka.
Forth terkejut ketika dia merasakan bibir Beam di bibirnya. Bahkan jika Forth menunjukkan sedikit perlawanan Beam tidak berhenti.
"Be...ehmm...." Forth berusaha keras untuk menolak godaan didepannya dengan menghindari ciuman Beam tapi Beam lebih cepat. Dia kembali mengklaim bibir Forth ketika Forth melepaskan ciuman mereka. Seumur hidupnya, dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Jadi, penolakan Forth hanya membuat Beam semakin bersemangat. Beam memperdalam ciuman mereka. Dan itu membuat Forth mengerang perlahan dan mengendurkan perlawanannya.
Beam tersenyum lebar ketika dia melihat Forth mulai menyerah. Beam menyelipkan lidahnya ketika ada kesempatan dan menyusuri rongga mulut Forth dengan lidahnya. Dan itu membuat Forth mulai kehilangan akal sehatnya.
"Ini gila!!!" pikir Forth. Forth menatap sepasang mata tajam didepannya. Mata Beam seperti elang yang siap memangsa kapan saja. Forth hampir tidak bisa bernafas dan berpikir. Beam tidak hanya membuatnya melayang dengan ciumannya tapi juga membuatnya gila dengan gerakan pinggulnya yang membuat tubuh bagian bawah mereka saling bergesekan diantara pakaian mereka.
Forth dengan susah payah mempertahankan logikanya. Dia menyentuh pipi Beam dan memandangnya dengan tatapan memohon.
"Be...." pintanya sambil mengelus pipi Beam. Beam cemberut. Dia tidak mau mengalah tapi dia juga tidak ingin memaksakan kehendaknya. Dia juga ingin Forth merasakan apa yang dia rasakan saat ini. Dia menginginkan Forth. Ingin memilikinya.
Beam melepaskan ciuman mereka dan menempelkan keningnya di kening Forth.
"Katakan...hah....apa yang phi pikirkan?" ujarnya sambil mencoba mengatur nafasnya.
Forth menatap mata Beam yang berubah lembut dan menelan ludah.
"Ini...apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?" tanya Forth.
Beam tersenyum dan menatap Forth.
"Hei...Aku Beam Baramee. Menurut phi berapa banyak wanita yang sudah tidur denganku? Lagi pula tidak ada bedanya melakukannya dengan pria atau wanita" ujar Beam.
Forth terdiam. Dia memalingkan wajahnya dan mencoba menahan emosi yang membuncah di hatinya. Dia cemburu.
Beam terkejut melihat ekspresi Forth yang berubah dingin. Beam menelan ludah. Dia membuat kesalahan dengan mengungkit masa lalu.
"P-phi...maksudku bukan...aku tidak...." ujar Beam panik sambil mencoba membuat Forth kembali menatapnya.
Forth memalingkan wajahnya dan menatap wajah khawatir Beam. Dia menghela nafas panjang.
"Phi tahu" ujar Forth sambil mengusap pipi Beam. Beam mengigit bibir bawahnya.
"Phi tahu siapa kamu....karena itu phi ingin kamu memikirkannya baik-baik...." ujar Forth sambil tersenyum tipis. Beam tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya terdiam dan masih menatap Forth dengan penuh rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Teacher Forth
FanfictionCerita tentang bagaimana Forth mencoba menjinakkan Beam yang liar. Cerita saya tidak sehebat milik Fujisawa sensei jadi jangan berharap terlalu banyak. Karakter milik chiffon_cake. Cerita mengandung unsur Boys Love dan tidak cocok untuk usia dibawah...