3

3.7K 635 10
                                    


Setelah mereka jauh dari Abizar, Kimi menepis tangan Varo. Menurutnya Varo keterlaluan. Abizar adalah temannya sejak lama. Orang yang mengerti dia selain Hime.

"Abizar itu temen gue."

"Lo pacar gue," jawab Varo dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

"Tapi kan bohongan."

Telunjuk Varo menekan bibir Kimi. "Sampai ada yang tahu, rahasia lo detik ini juga sampai di ponsel bokap lo," ucap Varo dengan sangat santai, dan pelan.

"Lo ngeselin. Sumpah!"

"Gue lebih dari itu. Asal lo tahu." Varo tersenyum asimetris.

Kimi mengepalkan tangannya kuat. Elvaro jelas bukan tandingan yang bisa dianggap sebelah mata. Kimi harus pintar mengatur strategi. Dia juga harus mendapatkan manfaat dengan menjadi pacar Varo. Bukan hanya sekadar rahasianya tersimpan rapat.

Kimi memutar otak, berjalan di belakang Varo sembari memperhatikan sosok tinggi di depannya. Mencari celah dari sisi kuasa Varo terhadapnya.

Semua karena kelalaiannya mengunci pintu, lalu rahasianya menjadi kelemahan baginya. Padahal biasanya dia tak pernah lupa mengunci pintu kamar meski hanya keluar kamar untuk mengambil air minum di dapur.

Hanya karena 1 kelalaian, dia jadi punya banyak kelemahan. Kimi kesal pada diri sendiri yang harus tunduk pada Varo. Kimi menghembuskan napas berat sebelum masuk ke dalam kelas.

Saat akan mengganti mode ponsel karena pelajaran pertama segera dimulai, Kimi melihat banyak pesan masuk dari Abizar. Kimi bimbang antara harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Meski dia tahu Abizar pasti akan menjaga rahasia tapi dia tak yakin Abizar akan diam saja pada Varo.

Pelajaran pertama dimulai dengan perkenalan dan kontrak belajar. Kimi sungguh-sungguh memperhatikan, mencatat meski hanya hal kecil. Seperti ucapan guru Matematikanya yang mengucapkan motto hidup.

"Sukses adalah saat persiapan, disiplin, dan konsisten bertemu. Niscaya impianmu semakin dekat untuk dicapai," ucap Pak Bambang.

Mendengarnya Kimi jadi semakin semangat untuk jadi lebih baik. Dia sudah melakukan 3 hal yang disebutkan Pak Bambang. Hasilnya memang tak mengkhianati proses. Dia murid dengan sejuta prestasi. Impiannya saat ini hanya jadi lebih baik dan bisa menunjukkan pada orangtuanya bahwa ada hal lain yang membanggakan dari dirinya selain prestasi di sekolah. Dan Kimi tengah mengusahakannya. Dia akan membuktikan dan menunjukkan ketika mimpinya berhasil.

***

Merasakan punggungnya diketuk dengan penggaris sepertinya akan menjadi kebiasaan baru. Kimi menolehkan kepalanya, malas. Apalagi dia tengah konsentrasi membaca buku.

"Apa?"

Bukannya menjawab Varo justru mengulurkan selembar kertas.

Gue laper

Temenin ke kantin

Istirahat pertama memang Kimi jarang ke kantin. Dia lebih suka baca buku sembari meminum sekotak susu strawberry. Tapi sekarang ada Varo yang akan mengubah ritme harinya. Kimi ingin menolak tapi ingat pesan papanya. Dia pun beranjak setelah menutup buku dan menemani Varo yang kelaparan.

"Kenapa nggak ke kantin bareng Jonas sih?" tanya Kimi saat perjalanan ke kantin. Jonas adalah ketua kelas yang duduk di samping Varo.

"Males."

"Males aja terus. Orang kok malesan. Mau jadi apa?"

Lagi-lagi Varo hanya menaikkan bahunya, tak acuh. Berjalan di samping Kimi dengan tangan kanan masuk ke dalam saku. Kebiasaan yang membuat Varo terlihat cool di mata orang-orang tapi terlihat congkak di mata Kimi.

KozlesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang