Cowok ketemu cowok bukan hati yang dipakai tapi otak dan otot. Seperti yang Varo dan Abizar lakukan beberapa saat lalu. Setelah selesai semuanya selesai tanpa ada dendam atau ngomong di belakang. Begitulah cowok.
Masih banyak hal lain yang Kimi tak mengerti dari cowok. Kimi mengerutkan kening saat Varo dan Abizar berjalan bersama untuk pulang sekolah dan mengabaikannya yang berjalan di belakang mereka. Kimi benar-benar penasaran dengan isi kepala cowok. Ternyata sulit diprediksi.
"Kalian kenapa nyuekin gue sih?" seru Kimi seraya menarik lengan Varo.
"Biasanya gue juga diem," balas Varo.
"Iya tapi kan biasanya lo sama gue! Kenapa sekarang jalan sebelahan sama Abizar sih?"
"Lo cemburu sama gue, Kim?" Kali ini Abizar yang bertanya heran.
Kimi mengepalkan tangan menahan emosi. Mengambil napas panjang lalu mengembuskan perlahan. Dia tak boleh kehilangan kendali di sekolah. Apalagi hanya karena 2 tetangga yang menyebalkan. Abizar juga jadi menyebalkan seperti Varo.
"Serah kalian. Gue mau ke toko buku dulu. Gue pulang sendiri." Kimi melewati keduanya dengan hentakan kaki.
"Ati-ati," balas Varo.
Langkah Kimi berhenti, dia memutar badan. Dulu dia memang terbiasa sendiri tapi sejak ada Varo dia terbiasa punya temen ke mana pun.
"Lo nggak nganterin gue?" Kimi dengan wajah songongnya bertanya.
"Katanya tadi mau sendiri."
"Ya udah gue sendiri."
Jangan pernah berpikir Kimi akan merajuk manja untuk ditemani karena itu akan jadi hal paling mustahil terjadi. Dia cewek termandiri dan memiliki gengsi setinggi Monas.
"Pulang dari toko buku gue ke Coffeetime. Mau belajar sekalian nulis," ucap Kimi lagi.
"Ok," balas Varo, santai tanpa ada niatan untuk menjemput.
"Ya udah, bye!"
"Ya, hati-hati," balas Varo dan Abizar terlihat jelas menahan tawa.
Setelah Kimi menjauh, Abizar tak dapat menahan tawanya lagi. Tawanya pecah hingga dia memegangi perut kesakitan.
"Lo lihat kan? Gue kenal Kimi dari lama. Nggak mungkin banget dia ngerengek sama lo. Ngimpi!" seru Abizar dan kembali tertawa.
"Gue menang kali ini. Besok Kimi berangkat sekolah sama gue." Abizar mengedipkan sebelah matanya sembari menjentikkan jarinya.
Varo berdecak kesal karena Kimi masih saja keras kepala padahal kemarin Kimi sempat merengek, memaksanya untuk membantu. Tapi hari ini Kimi kembali seperti semula menjadi jamur sok kuat yang sebenarnya lemah.
***
Cewek memang terlahir lemah tapi bukan berarti cewek tak bisa menjadi cewek kuat yang memiliki prinsip dan tak tergoyahkan. Kimi memang hanyalah cewek biasa yang sebenarnya suka dimanja tapi dia memilih menjadi cewek kuat. Itu pilihannya. Menjadi lemah adalah pantangan keras baginya.
Menjadi penulis adalah salah satu keinginannya yang harus terwujud di semester ini. Dia tak akan menunda lagi dan membuktikan pada keluarganya kalau dia itu hebat dan akan selalu hebat.
Kimi menyeruput es cafe lattenya. Sesekali tangannya bergerak menuliskan cerita. Ya, dia kembali menulis setelah membaca beberapa halaman buku pelajaran. Kini dia menyisihkan waktu setidaknya 1 jam untuk menulis. Benar-benar untuk menulis. Jadi dia akan menepati jadwalnya tanpa terlewatkan atau melebihi waktu. Semua sudah terinci dengan baik.