Chapter 8

352 29 0
                                    

Sasuke duduk di tepi ranjangnya. Ia tampak melamun dengan wajah yang terlihat amat menyesal. Meskipun saat ini ia sudah lengkap mengenakan seragam, namun raut wajahnya sama sekali tak menunjukkan adanya semangat untuk berangkat sekolah.
“Sasuke?” Mikoto yang kebetulan lewat memutuskan untuk masuk begitu melihat Sasuke yang berbeda dari biasanya. Ia mendorong pintu kamar Sasuke yang sedikit terbuka hingga terbuka sepenuhnya. Sasuke yang melihat kedatangannya hanya diam dan kemudian menunduk.
“Kau kenapa?” tanya Mikoto dengan lembut begitu ia mendudukkan diri di samping Sasuke. “ceritalah pada kaa-san.” Bujuk Mikoto karena Sasuke tak kunjung membuka mulutnya.
Sasuke menarik napas, terlihat seperti mengumpulkan tenaganya untuk bercerita. Ia memandang ke arah Mikoto dengan sorot mata yang menampakan rasa sedih yang mendalam. Mikoto tercekat, sungguh jarang bahkan hampir tak pernah ia melihat Sasuke menampakan raut wajah seperti itu. Terakhir ia melihat Sasuke seperti ini ketika ayahnya meninggal pasca kecelakaan.
“Aku menyakitinya, kaa-san,” ucap Sasuke pelan. “dia membenciku sekarang.”
“Hei, siapa yang kau maksudkan ini?”
Sasuke diam namun Mikoto mengusap lembut kepalanya. Perlakuan yang tak pernah lagi ia tunjukkan setelah Sasuke beranjak dewasa.
“Apa yang sudah membuat Sasuke-ku ini jadi sedemikian sedih begini?”
Sasuke mengangkat wajahnya dan ia memandang sekali lagi ke arah Mikoto.
“Sejujurnya kaa-san...”
.
.
Sakura membuka matanya. Matanya terlihat sedikit membengkak karena menangis semalaman. Ia menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.30, ini artinya kelas akan dimulai 40 menit lagi. Sakura mencoba untuk bangun namun ia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia merasa sangat lemah dan kepalanya berkunang-kunang ketika ia mencoba untuk bangun. Akhirnya dengan terpaksa ia kembali merebahkan tubuhnya.
Klek.
Ia menoleh pada pintu kamarnya yang terbuka menampakkan sosok Mikoto yang tersenyum lembut ke arahnya. Ia sungguh senang melihat senyuman itu dan terus memperhatikan hingga Mikoto berjalan ke arahnya dan mengambil posisi duduk disampingnya.
“Kaa-san,” gumam Sakura dengan nada yang lemah.
Mikoto tampak serius memperhatikan wajah Sakura yang kelihatan berbeda dari biasanya, tampak lemah dan pucat. Dengan naluri seorang ibu ia segera mengarahkan tangannya untuk menyentuh dahi Sakura. Hangat.
“Kau demam Sakura. Tunggu sebentar, kaa-san akan memanggil Tsunade-sensei untuk datang kemari.”
Sakura hanya menatap punggung Mikoto yang tampak buru-buru keluar dari kamarnya. Ia tahu bahwa Mikoto adalah tipe orang yang sangat peduli pada kesehatan. Bahkan jika itu hanya demam, bisa jadi demam adalah gejala dari suatu penyakit. Mikoto terbilang sangat cerewet soal hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan apalagi bagi anak-anaknya.
.
“Bagaimana sensei?” tanya Mikoto harap-harap cemas. Sasuke juga berada disitu dan sorot matanya tampak sangat ingin tahu begitu dokter yang bernama Tsunade itu selesai memeriksa Sakura.
“Tensinya rendah, dia hanya kelelahan dan butuh banyak istirahat.”
Mikoto dan Sasuke tampak menghela napas lega.
“Aku sudah menuliskan resepnya. Berikan ini padanya, ini diminum tiga kali sehari dan yang ini dua kali sehari pagi dan malam. Pastikan dia harus selalu makan,” kata Tsunade sembari menyerahkan secarik kertas berisi resep obat kepada Mikoto. Sebelum mohon diri untuk permisi, ia mengusap pelan kepala Sakura. “Anak kelas 3 memang harus banyak belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian, tapi jangan paksakan dirimu. Belajar secara berlebihan juga tidak baik untuk tubuhmu. Kau butuh istirahat.”
Sakura hanya mengangguk. Tsunade mengira Sakura drop karena terlalu keras mempersiapkan diri untuk ujian. Nyatanya Sakura stress karena memikirkan Sasuke dan Sasuke menyadari itu. Ia semakin merasa bersalah sekarang.
.
Mikoto tampak sibuk membuat bubur. Ia rela menunda waktu kerjanya hanya untuk merawat Sakura. Lagipula Mikoto adalah pemilik perusahaan, sehingga untuk sementara waktu ia bisa meminta sekretarisnya mengerjakan apa yang ia kerjakan. Sementara itu, Sasuke juga memutuskan untuk tak jadi berangkat sekolah demi menemani Sakura. Disinilah Sasuke, duduk di pinggir ranjang Sakura.
Sakura tak mengatakan apa pun, ia tampaknya enggan untuk berbicara dengan Sasuke.
“Maafkan aku Sakura,” ucap Sasuke.
Sakura diam, tak berniat merespon. Sasuke kemudian meraih tangannya namun Sakura menepisnya lalu berbalik memunggungi Sasuke. Sasuke hanya menunduk. Kemudian ia bangkit dari duduknya.
“Istirahatlah, kau harus cepat sembuh.”
Sakura tak bergeming sedikit pun. Kemarin Sasuke yang mengabaikan Sakura, sekarang justru Sakura yang mengabaikan Sasuke. Sakura sebenarnya tak bermaksud untuk membalas Sasuke, ia hanya masih kesal saja. Begitu Sasuke keluar, Sakura segera merubah posisinya seperti semula. Ia kini menatap langit-langit kamar. Ia kembali teringat peristiwa yang terjadi semalam, bagaimana dengan kasarnya Sasuke memperlakukan dirinya. Ia menutup matanya dan menggeleng cepat tak mau mengingat kejadian itu lagi. Namun ia masih bertanya-tanya apakah kemarin malam itu Sasuke serius? Tanpa sadar kedua pipinya memerah. Namun ia lagi-lagi menggeleng dan menutupi wajahnya dengan selimut.
‘Kenapa aku malah memikirkan hal-hal kotor?’
“Sakura?”
Sakura terkejut mendengar suara Mikoto. Ia membuka selimut yang menutupi wajahnya, hal itu membuat Mikoto tertawa.
“Memikirkan apa,hm?” tanya Mikoto sambil meletakkan ke atas meja nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.
Sakura menggeleng dan tampak sedikit malu.
“Makan ya!” Mikoto menyendokkan bubur itu dengan gerakan ingin menyuapi Sakura. Namun Sakura lagi-lagi menggeleng.
“Aku tidak selera makan, kaa-san,” jawabnya yang kelihatan seperti anak-anak yang menolak untuk makan. Mikoto lagi-lagi tertawa. Sungguh ia rindu sekali melihat ekspresi imut seperti itu. Hari ini Mikoto tiba-tiba merasa kembali menjadi ibu muda.
“Kau harus makan supaya punya tenaga untuk sembuh. Coba sedikit dulu,” bujuk Mikoto lagi-lagi seperti membujuk anak kecil. Sakura pada akhirnya mengangguk dan membuka mulutnya. Entah kenapa ia yang tadi tak punya selera makan tiba-tiba mendadak makan dengan lahap. Bubur buatan Mikoto terasa sangat enak dilidahnya, ditambah lagi ia disuapi dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba Sakura meneteskan air mata membuat Mikoto menatapnya dengan wajah panik.
“Hiks..terimakasih kaa-san.. sudah benar-benar menjadi ibuku..” ucap Sakura sambil menghapus air matanya.
“Kaa-san menyayangimu Sakura.. kau sudah seperti putri kaa-san,” balas Mikoto yang kini membelai lembut kepala Sakura.
“Apa kaa-san masih marah padaku? Karena aku.. aku dan Sasuke..”
“Sstt.. kaa-san tidak marah lagi. Maaf, waktu itu kaa-san sudah membentakmu,” ucap Mikoto dengan wajah menyesal. “kaa-san hanya khawatir.”
Mikoto kini menatap lembut Sakura dan menggenggam telapak tangannya.
“Kaa-san tidak bermaksud untuk memisahkan kalian.”
“Maksud kaa-san apa?” Sakura tampak tak mengerti.
“Sasuke sudah cerita semuanya tentang hubungan kalian..”
Deg.
“A-apa? J-jadi... kaa-san sudah..”
Mikoto mengangguk.

Flashback
“Sejujurnya kaa-san... aku sudah sejak lama menyukai Sakura.”
Mikoto terperanjat mendengar penuturan Sasuke.
“Kami sudah menjalin hubungan sebagai kekasih. Aku tidak peduli apa yang akan kaa-san katakan, aku tidak akan pernah berhenti mencintai Sakura.”
“T-tunggu dulu.. kalian pacaran?”
Sasuke mengangguk. Mikoto tampak benar-benar terkejut. Ia tak pernah menduga hal ini bisa terjadi. Kemudian tatapannya berubah serius. Sambil memegang pundak Sasuke ia bertanya “kau..maksudku kalian tidak melakukan yang aneh-aneh’kan? Jawab yang jujur Sasuke!”
Sasuke memalingkan wajahnya. Samar-samar wajahnya tampak merona.
“Kenapa kaa-san tanyakan hal itu? Kami hanya melakukan hal-hal yang ‘biasa’ dan aku tidak mungkin melakukan seperti yang kaa-san pikirkan..” jawab Sasuke, “walaupun aku sangat ingin melakukannya,” lanjutnya dengan suara yang pelan.
Rasa terkejut Mikoto masih belum sepenuhnya hilang namun setelah mendengar penjelasan Sasuke ia pun tersenyum lega.
“Kenapa kau tidak bilang dari awal?”
“Hah? Maksud kaa-san?”
“Kaa-san tidak keberatan jika kau pacaran dengan Sakura. Hanya saja jangan lakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Lagipula dulu sekali sewaktu kalian masih kecil aku dan Mebuki berencana untuk menjodohkan kalian..”
“Benarkah?” Sasuke benar-benar tak percaya dan sorot matanya terlihat amat bahagia. Namun ia kembali menunduk ketika mengingat apa yang terjadi diantara mereka semalam. Ia pun menceritakan semuanya.
End of flashback
“A-aku tidak salah dengar ‘kan, kaa-san?” Sakura nyaris tak dapat mempercayai apa yang baru saja ia dengar.
TBC

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang