Sakura mencubit pipinya sendiri dan hal itu sukses membuatnya meringis kecil. Ia merasa hampir-hampir tak percaya akan apa yang sudah ia dengar tadi. Ya, telinganya dengan jelas mendengar bahwa Mikoto merestui hubungan mereka. Ah, ia tak pernah menduga hal ini bisa terjadi. Bahkan ia masih menganggap bahwa ini mimpi.
“ini bukan mimpi,kan?” gumam Sakura yang sejak tadi menutupi wajahnya dengan selimut.
“tentu saja bukan,” jawab sebuah suara yang sangat ia kenal. Sontak Sakura pun membuka selimut yang menutupi wajahnya. Kini ia dapat melihat sasuke tengah duduk pada kursi di samping ranjangnya. Senyuman kecil tampak menghiasi bibirnya.
‘argggghhhh.. kenapa dia harus kesini sih,’ batin Sakura. Entah kenapa ia merasa malu untuk bertemu Sasuke.
“sudah merasa baikan?”
“hn,” jawab Sakura yang tampak enggan membuka mulutnya. Lebih tepatnya ia merasa gengsi untuk berbicara dengan Sasuke. Dirinya kan sedang mogok bicara.
“aku tidak mengerti ‘hn’ yang baru saja kau katakan itu.” Segera Sasuke mengarahkan tangannya untuk menyentuh dahi Sakura. Sakura tak menolak, ia hanya memalingkan muka dengan wajah yang memerah karena menahan malu.
“kau masih marah padaku?”
“...”
Sasuke mendengus lalu menggeser kursi yang ia duduki untuk lebih mendekat ke Sakura.
“aku kesal saat melihatmu pergi bersama Sasori. Aku tahu kau tidak melakukan apa pun dengannya, kau bukan gadis yang seperti itu. Aku hanya tidak rela jika kau pergi bersama laki-laki lain..”
“lalu kenapa waktu itu kau tidak mengejarku?” Sakura mulai membuka suara meskipun ia bersikukuh tak mau melihat wajah Sasuke.
“aku mengejarmu.. namun terlambat,” ucap Sasuke dengan raut penyesalan yang terlihat jelas diwajahnya, “maafkan aku, Sakura. Aku menyesal atas semua yang telah kulakukan. Juga untuk malam itu, aku tak bermaksud berbuat seperti itu padamu.”
“semudah itu kau minta maaf.” Sakura kini mengubah posisi tubuhnya sehingga membelakangi Sasuke. Ia menggigit bibirnya dengan mata yang berkaca-kaca.
“kau membuatku kesal! Kau menyebalkan! Hiks..”
“Sakura..” Sasuke tampak panik begitu tahu Sakura menangis. Namun ia dapat memaklumi hal itu karena tahu bahwa Sakura akan menjadi sangat sensitif ketika sedang sakit. Ya, mengingat bahwa tidak sekali-dua kali ia berhadapan dengan Sakura yang sedang sakit.
“..kau jahat! Kau baka! Laki-laki tegaan!..”
‘teruskan saja Sakura jika itu bisa membuatmu baikan,’ batin Sasuke yang menerima dengan sabar luapan amarah dari Sakura.
“..kau laki-laki mesum yang jahat!”
‘hei siapa yang dia bilang laki-laki mesum?’
“baiklah, baiklah,” tanggap Sasuke begitu Sakura tak lagi melanjutkan perkataannya. “aku jahat, aku mesum dan blablabla.. tapi ketahuilah aku akan terus mencintaimu, Sakura.”
Deg.
“kau satu-satunya yang ingin ku nikahi, jadi maukah kau menikah denganku Sakura?”
Sakura berbalik dan menatap lekat-lekat wajah Sasuke yang telah mengatakan hal demikian. Sepasang onyx itu tampak memancarkan kesungguhan. Tak terlihat sedikit pun kepura-puraan disana.
“t-tapi kita masih harus sekolah,” jawab Sakura dengan wajah yang terlihat malu-malu.
“pppfftt..” Sasuke nyaris tertawa, ia tak menduga Sakura akan merepon dengan polos begitu.
“tuh kan, kau mulai lagi. Aku tidak mau bicara denganmu!”
“e-eh, maaf, maaf. Aku tidak bisa menahan diri, kau ini terlalu lucu hahahaha..” Sakura hanya mengembungkan pipinya tanda sebal akan perkataan Sasuke. Namun hal itu malah membuat Sasuke semakin gemas.
“aku tidak bilang akan menikahimu sekarang. Lagipula kita harus mempersiapkan banyak hal. Bukankah seorang suami harus bekerja untuk membahagiakan istri dan anak-anaknya?”
Blusshh.
‘anak-anak?’ lagi-lagi Sasuke berhasil membuat Sakura merona akibat perkataannya.
“memangnya siapa yang mau punya suami pengangguran,” tanggap Sakura yang berhasil membuat Sasuke merasa tertusuk-tusuk.
“aa, kau terlalu jujur, Sakura.”
“hehehe..”
.
Waktu terus berlalu hingga tibalah waktunya acara kelulusan bagi kelas 12. Sasuke berhasil menjadi lulusan terbaik di sekolah itu sehingga ia dipercayakan untuk menyampaikan pidato kelulusan. Tepuk tangan dan sorakan menggema di ruangan itu begitu Sasuke selesai menyampaikan pidatonya. Bahkan ada banyak siswi yang menjerit dan menangis serta rela berdesak-desakan hanya demi menyalami Sasuke. Sasuke sama sekali tak menolak karena ini hari kelulusannya. Lagipula tidak ada salahnya menerima jabat tangan beserta ucapan selamat dari mereka.
.
Sasuke menyandarkan tubuhnya pada dinding. Ia kini berada di atap sekolah demi menghindari kejaran para fangirl-nya. Wajahnya terlihat lelah dengan keringat yang bercucuran. Bagaimana tidak, para fangirl-nya sama sekali tak memberinya waktu untuk istirahat walau hanya sejenak. Mereka terus menempel seperti lem. Beruntung Sasuke bisa melarikan diri.
“mereka menggila,” gumam Sasuke sambil menyeka keringat di dahinya. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya, mencoba untuk menghubungi Sakura. Namun gadis pink itu sama sekali tak menjawab panggilannya.
“ck, pergi kemana dia?”
“selamat ya, Uchiha.” Terdengar sebuah suara yang tak asing di telinga Sasuke. Ia pun menoleh dan menemukan lelaki berambut merah tengah berjalan ke arahnya. Lelaki itu yang tak lain adalah Sasori mengulurkan tangannya begitu mendekat ke Sasuke.
“terimakasih.” Tanpa berpikir panjang Sasuke membalas jabat tangannya, namun detik berikutnya ia sedikit mengeraskan genggamannya. “kuperingatkan lagi, jangan pernah mengganggu Sakura atau kau akan berhadapan denganku.”
Sasori tersenyum, “jangan khawatir aku bukan orang yang suka merebut kekasih orang lain.”
Sasuke melepaskan genggamannya.
“lalu?”
“aku hanya ingin memberimu selamat. Selamat atas prestasimu dan selamat karena telah memenangkan hati Sakura... dan..”
Brakkk.
“Sasuke!” bersamaan dengan pintu yang terbuka muncul gadis berambut pink yang tengah mereka bicarakan. “eh, ada Sasori rupanya..”
Sasuke melirik sebentar ke arah Sakura dan kembali fokus pada Sasori yang tampaknya sedang mengatakan sesuatu. Sakura tak dapat mendengar apa yang mereka katakan namun ia sempat melihat Sasuke menampakkan wajah kesal. Ia masih berdiri mematung dengan wajah penasaran hingga Sasori membalikkan badannya lalu berjalan menuju pintu. Ketika akan melewati Sakura, Sasori sengaja menghentikan langkahnya. Terlihat jelas di depan mata Sasuke bahwa ia secara terang-terangan mengusap kepala Sakura. Singkat namun berhasil membuat Sasuke terbakar cemburu.
“ck, darimana saja kau. Tidak lihat aku keringatan begini?” kata Sasuke begitu Sakura berjalan mendekatinya.
Namun Sakura tak terpancing akan perkataan Sasuke karena ia tahu bahwa Sasuke tengah cemburu akibat ulah Sasori barusan. Ia hanya menyodorkan minuman kaleng disusul dengan senyuman yang dibuat sok imut. Hal itu sukses membuat Sasuke menghadiahinya dengan cubitan gemas.
“aww.. baka, berhenti mencubit pipiku!”
“siapa suruh memasang wajah seperti itu,” tanggap Sasuke sembari membuka minuman kaleng yang Sakura berikan. Ia meneguk minuman itu hingga tandas.
“ngomong-ngomong tadi kalian sedang membicarakan apa?”
“bukan hal yang penting?”
“heeeh, benarkah? Lantas kenapa wajahmu terlihat kesal begitu?”
Flashback
“aku hanya ingin memberimu selamat. Selamat atas prestasimu dan selamat karena telah memenangkan hati Sakura... dan..”
Brakkk.
“Sasuke!”
“..dan aku hanya mau bilang bahwa mungkin saja suatu hari nanti aku akan merebut Sakura darimu,” ucap Sasori dengan seringai licik tercetak di bibirnya.
“cih, jangan terlalu percaya diri!”
“kita lihat saja.” Sasori kemudian membalikkan badannya lalu berjalan menuju pintu. Sekali lagi, ia ingin membuat Sasuke cemburu dengan cara mengusap pelan puncak kepala Sakura. Tentu saja hal itu berhasil dengan mudah.
End of flashback
“hei, Sasuke!” rengek Sakura dengan tatapan yang menuntut supaya Sasuke segera menjawab pertanyaannya.
“ck, kau ini tidak ada manis-manisnya. Panggil aku Sasuke-kun atau sayang,” ucap Sasuke dengan penekanan pada kata ‘Sasuke-kun’ dan ‘sayang’.
“aku-tidak-mau. Mengerti?”
“kau tahu sendiri’ kan apa yang akan terjadi jika kau mengatakan ‘tidak mau’?”
“dasar mesum!” balas Sakura yang tampaknya tahu betul apa yang akan Sasuke lakukan.
“wah, wah lihat.. kau tiba-tiba mengatakan aku mesum. Jangan-jangan kau yang mesum?” goda Sasuke yang berhasil membuat wajah Sakura bersemu merah.
“a-apa yang kau katakan?!”
“hooh, mengaku saja. Kau sedang memikirkan yang bukan-bukan, kan?”
“ma-mana mungkin, baka!”
Grebbb.
“eh?”
“kau terlihat manis ketika sedang malu-malu begini,” bisik Sasuke yang kini tengah memeluk Sakura. “bagaimana kalau malam ini kita pergi kencan?”
“k-kencan?”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love With You
RomanceFalling In Love With You Rated: T+ Disclaimer: Masashi Kishimoto Sakura sudah sejak lama menjalani kehidupannya yang baru sebagai adik Sasuke. Akan tetapi Sasuke tiba-tiba mengungkapkan perasaannya. Itu sungguh mengejutkan bagi Sakura.. Seperti apak...