Shasa Pov's
"Hadeuhh Rin, terpaksa dah gua pulang sendiri."
Shasa keluar dari kelas dan mengunci pintu kelas. Shasa berjalan menelusuri koridor menuju ruangan para dosen, untuk menaruh kunci di tempatnya. Disepanjang jalan Shasa bersenandung, untuk menghilangkan rasa sepinya melewati koridor itu. Shasa adalah orang yang penakut, apalagi mengenai hal hal yang berbau horror dan sepi.
Pak pak pak..
Suara tapak kaki menghiasi koridor yang sepi tersebut, lantaran semua mahasiswa sudah pulang semua, dan Rin tidak mungkin ada disana, karena Rin sekarang berada di ruangan Pak Anto. Lalu siapa yang sedang berjalan sekarang? Semua Mahasiswa fakultas kedokteranpun semuanya sudah pulang?. Pertanyaan demi pertanyaan terus terngiang di fikiran Shasa saat ini. Shasa pun segera mempercepat jalannya, dan setengah berlari.
Suara itu semakin mendekat, semakin mendekat, sangat dekat."Aaahhh nggak!! Lepasin gua!! Woy!! Gua ga ada salah sama lu ya!! Dasar setan sialan!!." pekik Shasa sembari memukul orang yang berada didepannya dengan mata tertutup.
"Woy woy apaan sih! Sakit gilak, gua cuma mau bilang tas lu kebuka bego!." Ujar seorang pemuda yang sedang berada di depan Shasa, sambil sesekali menghindari tangan Shasa yang ingin memukulnya.
"Eh? Orang ternyata hehe, sorry ga sengaja, gua kira setan." Shasa menggaruk kepalanya yang sebenarnya memang mungkin gatal.
"Dih, emang ada gitu setan setamvan gua ini?." ujar pemuda itu percaya diri.
Shasa yang melihat tingkah laku pemuda itu pun sedikit risih, dan segera bangkit dari duduknya dan segera menutup tasnya yang daritadi terbuka. Karena ketakutan tadi, Shasa terduduk.
"Jijik dah. Udah gua pulang dulu, makasih dah bilangin tas gua kebuka tadi, ya meskipun ngagetin."
"Kejamnya, baru lu loh yang bilang ketamvanan gua ini kek gitu. Oh ya keknya lu belom tau gua, gua Yamazaki Revano. Mahasiswa fakultas bahasa arab yang paling terkenal karena ketamvanan gua tentunya."
Yamazaki Revano, Mahasiswa nyebelin tapi paling diminati oleh semua Mahasiswi, jangan tanya kenapa, selain Revan adalah blasteran Jepang-Sunda, Revan juga memiliki daya tarik sendiri sehingga dapat memikat para Mahasiswi dengan mudahnya.
"Euuhhh, jijik kok. Oh ya btw kok nama lu kek ada Jepang-jepangnya gitu?."
"Hmnn karena mama gua orang Jepanglah, papa gua orang asli Bandung sini, jadi ya gua itu blasteran, makanya tamvan gini kan? Kan kan?."
"Idiih bisa ga, lu kalo ngomong, "tamvannya" lu itu disingkirin? Bikin pengen muntah tauk!."
"Ya ya bawel lu ah. Btw nama lu siapa?."
"Kepo ae lu."
Shasa pun berbalik badan dan ingin meninggalkan pemuda itu, namun di cegat olehnya.
"Gua serius, sok sok an nolak lu, ntar nyesel baru tau rasa. Nih sekalian gua minta nomer lu, kali aja bisa jadi temeeeennn." Revan menyodorkan handphonenya kepada Shasa.
"Fiuuhh, gua Shasa. Shasa Fitria Ayudia." Shasa mengambil ponsel itu dan segera mengetik beberapa digit nomor. Lalu menyimpannya.
"Oke, salam kenal." Revan mengedipkan sebelah matanya dan pergi berlalu meninggalkan Shasa. Shasa hanya bisa memiringkan kedua alisnya melihat tingkah laku lelaki itu, dan terkadang sedikit tersenyum dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Love
Teen FictionMenceritakan tentang kehidupan seorang Mahasiswi yang menjalani kehidupannya dengan sangat tidak beraturan, sampai pada suatu saat seorang pemuda datang dan mengubah dirinya, melalui takdir yang sengaja telah ditetapkan oleh yang Maha Kuasa :v