Rin meneguk ludahnya dan mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan yang di ucapkan oleh Shasa.
"Ya siap siap aja ngulang satu semester lagi bareng para junior hahaha, oh ya satu lagi, siap siap juga orangtua lu bakal tau semuanya tentang lu."
Tut.. Tut...~~~~
Kata kata singkat yang berhasil membuat Rin bergidik ngeri, apalagi jika menyangkut kedua orangtuanya, Rin segera mengganti pakaiannya asal, dan dibuat supaya menjadi terlihat lebih rapi. Gamis biru panjang yang ia kenakan terlihat sangat anggun saat melekat di tubuhnya, terjurai panjang sebatas mata kaki, dan jilbab sarung yang tergerai hingga menutupi sebagian tubuhnya, kaos kaki yang menjadi pelengkap itupun selesai ia kenakan. Penampilan Rin memanglah sangat mencerminkan seorang muslimah yang baik tapi tidak dengan sifatnya, penampilan dan sifatnya sangat berbanding terbalik. Namun, itulah yang menjadi kelebihannya, dia mampu menyembunyikan jati dirinya itu di hadapan semua orang, kecuali sahabatnya Shasa. Rin memang sering membolos, tapi tidak pernah ada yang curiga apa penyebabnya, yang mereka fikirkan bahwa apapun yang dilakukan oleh Rin pastilah sesuatu yang positive. Ditambah Rin adalah Mahasiswi yang cerdas, sehingga berapa banyakpun materi yang tertinggal, Rin mampu memahaminya dalam jangka waktu yang singkat. Namun, meskipun begitu, peraturan tetap peraturan, dan Rin harus tetap mengikuti praktek dan ujian untuk memperoleh nilai, dan melanjutkan ke semester selanjutnya.
Heeehh, dia fikir aku akan mudah terpengaruh dengan kata kata seperti itu, Ya tapi setidaknya moodku sudah kembali sekarang. Batin Rin, sambil sesekali memicingkan sebelah matanya.
Rin keluar dari apartemennya dengan malas, dan segera menuju ke halte bus untuk menuju ke kampusnya. Berjalan kaki ke halte bus memang hal yang paling dibenci Rin. Bau debu yang bertebaran membuatnya menyesal karena telah meninggalkan singgasananya itu. Sesampainya di halte bus, Rin menunggu bus yang akan ia naiki. Sembari menunggu kedatangan bus, Rin segera membuka handphonenya. Ada sebuah notifikasi pesan yang berasal dari orang yang sangat penting baginya, seseorang yang sangat Rin jaga dan takut kehilangannya, dia Ahmad Ryuji Akbar. Ahmad Ryuji Akbar adalah kekasih Rin, mereka telah menjalin hubungan selama 2 tahun. Satu lagi, Rin tahu bahwa pacaran itu dilarang dalam agama islam, namun hal itu tetap dilakukannya, entah apa yang menjadi alasannya, tapi Rin benar benar mencintai Ryu dan tidak ingin kehilangan Ryu, meskipun mereka hanya menjalin sebuah hubungan jarak jauh. Tidak mudah bertahan dalam waktu selama itu, tapi kepercayaan satu sama lain membuat Rin dan Ryu mampu menjalani hal itu.
Sender : Ryu
Selamat pagi sayang, semangat ya kuliahnya, jangan lupa sarapan, sama sholatnya, aku sayang kamu.
Tanpa Rin sadari, sebuah senyuman manis telah terbentuk di bibirnya, pagi yang awalnya adalah pagi yang suram baginya, seketika berubah menjadi pagi yang penuh warna. Tanpa berfikir panjang Rin segera membalas pesan yang dikirimkan oleh Ryu.
To : Ryu
Selamat pagi juga yang, kamu juga semangat ya, Aku juga sayang kamu.
Setelah membalas pesan singkat itu, tak berapa lama, bus pun datang. Rin segera memasukkan kembali handphonenya ke dalam tas nya. Tas yang isinya hanyalah buka catatan, pena, laptop, dan handphone itu selalu ia bawa saat kuliah. Rin berbeda dengan kebanyakan perempuan yang biasanya selalu membawa kosmetik kemanapun ia pergi, malah Rin sangat tidak menyukai hal hal yang berhubungan dengan kosmetik, Rin hanya memakai bedak dan parfume secukupnya, yang menurutnya itu lebih dari cukup dibandingkan dengan yang sering teman temannya pakai. Setelah masuk ke dalam bus, Rin segera mencari tempat duduk yang kosong, namun hasilnya nihil, mengingat bahwa ia berangkat sudah sangat terlambat, jadi mungkin bus juga akan sangat penuh disaat jam seperti ini. Terpaksa Rin harus berdiri dan berpegangan pada langit langit bus. Setelah Rin naik ke dalam bus dan diikuti oleh beberapa orang lainnys juga, bus pun segera melesat. Namun, belum sampai di tujuan bus kembali berhenti, dan itu membuat Rin sangat kesal, dan berdecak didalam hati. Seorang pemuda masuk ke dalam bis dan berdiri tepat di sebelah Rin. Rin tidak sengaja memperhatikan pemuda itu, tubuh tinggi tegap, sebuah tas yang tersandang di punggungnya, kemeja biru yang ia kenakan hampir senada dengan baju yang dipakai oleh Rin, pandangan yang selalu lurus ke bawah. Rin sempat kagum, namun karena rasa ketidakpedulian Rin hadir secara tiba tiba, Rin tidak lagi memperhatikan pemuda itu, dan fokus ke jalanan yang dipadati oleh banyak orang yang berlalu lalang, yang menggambarkan betapa sibuknya Kota Bandung saat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Love
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang kehidupan seorang Mahasiswi yang menjalani kehidupannya dengan sangat tidak beraturan, sampai pada suatu saat seorang pemuda datang dan mengubah dirinya, melalui takdir yang sengaja telah ditetapkan oleh yang Maha Kuasa :v