Karena terlalu terburu buru, Shasa tidak sengaja menabrak seorang pemuda, dan belum sempat Shasa meminta maaf, pemuda itu hanya mengabaikannya dan melanjutkan jalannya.
~~"Gilak songong amat tuh anak." ujar Rin sambil menatap kepergian pemuda itu
"Hahaha sombong apanya?,"
"Lah iya masa nih yak, nabrak orang sembarangan bukannya minta maaf juga," Rin kembali melanjutkan jalannya.
"Hahaha yaudah lah gitu gitu juga gua yang nabrak dia bukan dianya." sembari mengimbangi jalan Rin
"Halah ngebelain." sedikit mempercepat jalannya
"Lah emang beneran woy."
"Serah serah," memukul pundak Shasa dengan kuat dan berlari menghindari Shasa
"Yeuuu rese nih anak." mengejar Rin yang sudah mendahuluinya sambil tertawa
"Hahahaha." Rin tertawa di sepanjang koridor hingga tak sadar menabrak seorang lelaki paruh baya yang berada di depannya.
"Tch, nih siapa sih, ngalangin jalan aja."
Shasa menunjuk cemas ke arah lelaki itu sambil sesekali menatap Rin.
"Apa sih Sha, nih orang ga ada mata kali y-"
Rin menoleh ke arah lelaki itu dan seketika wajahnya merah padam. Ya lelaki itu adalah Pak Anto, dosen paling killer di Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran.
"-ya, ehhh pak anto, masyaallah pak, ngagetin aja, eh assalamu'alaikum pak selamat pagi." ujar Rin sambil menunjukkan senyum termanisnya.
Oh ya Rin pandai menipu semua orang tapi tidak dengan Shasa dan Pak Anto yang super killer itu, mau sebaik apapun tampang yang Rin berikan tetap saja tidak akan bisa meluluhkan hati dosen yang sangat patuh pada peraturan itu, sehingga ia sering dijuluki "Budak Peraturan".
Pak Anto menatap tajam Rin, Rin tau dia akan tamat kali ini, dia tidak akan pernah bisa mengelak dari Pak Anto.
Mampuss mampuss dah gua, tamatlah riwayat gua kali ini, oh tidak Rin mulut lu emang bener bener kek kereta api yak asal nyerocos aja.
Batin Rin dalam hati, sambil tetap tersenyum pasi menatap Pak Anto.
"Bilang apa tadi? Ga punya mata ya? Yang tidak punya mata itu siapa? Liat jam tidak? Sekarang sudah jam berapa? Dan kenapa masih di luar kelas dengan tas dipunggung? Kamu ini bolos lagi bukan?." ujar Pak Anto dengan ekspresi yang sulit ditebak dan dengan kata kata yang tajam seperti seorang polisi yang sedang mengintrogasi seorang pencuri.
Tah! Mampuss kan!. Tenang Rin tenang, lu pasti bisa cari alasan buat bujuk dosen killer satu ini. Duh gusti.
"Ehh bapak, hmnn jadi begini pak, saya tadi tuh naik bus ya kan pak, nah terus jalanan macet, nah disitu saya kesel pak, jadi yaudah karena lama, saya turun terus nyari ojek ga ketemu ketemu, mau pesen ojek atau taksi online hp saya lowbat pak lupa dicas, nah lama tuh kan pak ya nunggu dan bla bla bla"
Rin terus beralasan agar bisa membujuk pak Anto tapi hasilnya tetap saja nihil. Dan Rin terpaksa mengerjakan hukuman yang diberikan Pak Anto sedangkan Shasa di bolehkan masuk ke kelas lantaran yang bersalah disini adalah Rin. Rin terpaksa membersihkan sampah yang ada di taman kampus. Sedangkan dibalik sana tepat di kelas Fakultas Bahasa Arab 2, seseorang sedang memperhatikan Rin dibalik jendela kelas dengan ekspresi datar, namun hanya sekilas.
Berjam jam Rin membersihkan taman itu dan taman kampus sudah terlihat bersih sekarang. Rin pun segera melesat ke kelasnya dan mengucapkan salam, dengan keringat yang bercucuran dia masuk. Saat Rin masuk praktek sudah selesai, entah kenapa bisa secepat itu. Riuh suara didalam kelas benar benar membuat Rin semakin pusing, dan kali ini bagaimana dia akan mengikuti praktek itu.
"Eh Rin, lu darimana aja? Shasa bilang lu kena hukuman yak?."
"Hmnn entahlah." ujar Rin dengan senyuman terpaksa.
"Sabar aja Rin, Pak Anto emang gitu, mabok peraturan dia tuh, hahaha."
Mendengar salah satu teman Rin berbicara seperti itu, serentak seisi kelas tertawa. Rin sebenarnya tidak perduli namun dia harus berpura pura lagi kali ini.
"Sudahlah kalian nggak boleh bicara kayak gitu, mau gimanapun juga dia dosen kita." ujar Rin dengan senyuman terpaksa.
"Rin Rin baik amat sih lu, tapi bener juga sih, yaudah lah lupain soal Pak Anto setelah ini pelajaran apa?."
Seketika riuh suara dikelas mulai lagi terdengar, yang membuat telinga Rin panas. Rin meletakkan tasnya dan menyandarkan kepalanya ditangan yang bertumpu di atas meja, dan mulai terlelap. Selama jam pelajaran terakhir diisi dengan riuh suara semua mahasiswa di kelas 1 fakultas kedokteran tersebut. Ketika jam kosong mereka lebih memilih tetap di kampus ketimbang pulang ke rumah hingga waktu pulang.
"Rin, bangun woy, dasar jangkrik. Lu disuruh nemuin Pak Anto tuh di ruangan lab." ujar Shasa sembari menggoyang goyangkan badan Rin.
"Apa sih Sha," ujar Rin malas.
"Bangun jangkrik, lu disuruh nemuin Pak Anto di lab tuh sekarang."
"Hmnn apa lagi sih tuh dosen, ga puas apa nyiksa gua." Rin berdiri dengan malas dan mengambil tasnya, meninggalkan Shasa dikelas sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny Of Love
Novela JuvenilMenceritakan tentang kehidupan seorang Mahasiswi yang menjalani kehidupannya dengan sangat tidak beraturan, sampai pada suatu saat seorang pemuda datang dan mengubah dirinya, melalui takdir yang sengaja telah ditetapkan oleh yang Maha Kuasa :v