Page 3

14 3 4
                                        

Rin sempat kagum, namun karena rasa ketidakpedulian Rin hadir secara tiba tiba, Rin tidak lagi memperhatikan pemuda itu, dan fokus ke jalanan yang dipadati oleh banyak orang yang berlalu lalang, yang menggambarkan betapa sibuknya Kota Bandung saat itu.

~~

Tidak berapa lama, bus pun sampai. Rin turun dari bus diikuti oleh pemuda itu, namun Rin tidak terlalu memperdulikannya. Rin berjalan menuju kampusnya, rumput rumput yang terbentang di sepanjang jalanan kampus, air mancur yang menghiasi nama Universitas Padjajaran, Bandung itu seakan menjadi ciri khas tersendiri bagi Universitas itu. Mobil dan motor yang terpakir di halaman kampus, memperlihatkan juga bahwa orang orang yang berada di Universitas Padjajaran, Bandung berasal dari kalangan ekonomi di atas rata rata, namun ada juga yang berasal dari ekonomi menengah. Dan terlepas dari semua itu, Universitas Padjajaran, Bandung adalah gudangnya para Mahasiswa berprestasi dan Universitas tersebut terkenal sebagai peringkat ke- 6 Universitas terbaik se- Indonesia bahkan sampai ke dunia, sehingga masuk ke Universitas Padjajaran, Bandung tidak akan mudah. Namun, jika berusaha dan berdo'a, semua kesulitan akan dapat terlewati, seperti yang telah dilakukan oleh Rin, sebelum kehidupannya berubah 360 derajat :v.

Setelah lama berjalan, Rin pun sampai di depan kelasnya. Baru selangkah ingin membuka pintu, sebuah teriakan seseorang melayang ke arahnya, rentetan kata demi kata yang diucapkan oleh perempuan mengenakan hijab yang menutup dadanya itu, baju panjang cream yang diikuti dengan rok yang menjuntai hingga mata kakinya, pipi yang menggembung, badan yang tidak terlalu tinggi, tapi tidak terlalu pendek. Shasa Ayudia, sahabat Rin yang awalnya bertemu di sosial media, berteman hingga 2 tahun lebih, dan memilih untuk bertemu di satu Universitas yang sama, dan hingga saat ini, persahabatan mereka mampu bertahan hingga sekarang. Saat awal pertemuan Shasa sangat terkejut melihat Rin, karena sifat Rin tidak sama dengan penampilannya, sehingga hal itu lah yang menyebabkan Shasa sangat mengenal Rin. Bahkan hingga masalah pribadi Rin. Rin sangat menyayangi sahabatnya satu ini, ya sahabatnya yang sangat merepotkan dan bawel tentunya. Tapi hal itulah yang Rin sukai dari Shasa.
"Woyyy kalongkuu!!! .Nongol juga lu, ternyata ancaman gua berhasil yak hahaha, lu pasti ga mandi kan hayo lu ngaku ga? Oh ya karena lu baru dateng sekarang berarti lu ga ikut mata pelajaran pertama kan? Lu mau liat catetan gua ga? Mumpung gua baik nih, sama satu lagi-"
Rin hanya mendengarkan Shasa dengan malas, dan mengangguk ngangguk menanggapinya.
Kruyuukk...
Sialan gua laper!.
"Eh Sha, laper gua, makan yok, dosennya masih belom dateng kan?." ujar Rin sambil sedikit memegangi perutnya.
"Pfffftt, tadi suara perut lu? Gua kira suara kodok, hahaha. Males ah lu aja gih sendiri," Shasa berlalu masuk ke dalam kelas, namun belum selangkah ia berjalan, tangan Shasa telah ditarik oleh Rin.
"Jahat lu Sha, temenin napa, lagian salah lu juga nih gua jadi buru buru sampe ga sempet makan tau ga." ujar Rin membujuk Shasa dengan memasang wajah memelas milik Rin. Shasa sangat tidak tahan melihat wajah Rin memelas seperti itu, dan tertawa akibatnya.
"Ebuseet, dah kek kodok pengen eeq muka lu gitu ahahaha." Shasa tertawa terbahak bahak melihat tingkah laku Rin.
"Terserah lu dah, mau kek kodok kek, cicak kek, bodoamat dah, pokoknya temenin gua makan, laper nih. Ayok ah buruan, keburu dosen datang." Rin menarik tangan Shasa paksa. Shasa tertarik dan terpaksa harus mengikuti Rin.
"Hadeeh, yaudah ayok buruan. Makanya jangan ngegame mulu, sosmedan mulu, kalo lu ga gitu kan, ga akan kek gini bego." Disepanjang jalan menuju kantin, Shasa terus mengomeli Rin atas tingkah lakunya, tapi Rin hanya meresponnya dengan anggukan yang malas.
"Iya dah, udah diem ntar orang orang tau lagi."
Sesampainya di kantin, Shasa segera mencarikan tempat duduk untuk mereka, sedangkan Rin memesan semangkuk nasi goreng dan satu gelas susu panas. Dan setelah mendapatkan apa yang dipesan oleh Rin, Rin segera menyusul Shasa dan duduk berhadapan dengannya.
"Lu ga makan Sha?," Tanya Rin yang melihat Shasa sedang asik dengan novelnya. Shasa sangat menyukai novel, dia juga sering mengoleksi banyak novel, terutama novel yang bernuansa romantis.
"Nggak gua udah makan tadi di rumah," jawab Shasa yang masih sibuk dengan novelnya.
"Ouwh yaudah kalo gitu, gua makan dulu yak." Rin segera memasukkan makanan itu kedalam mulutnya. Sesekali Rin melirik jam, dan segera mempercepat makannya. Dan setelah selesai menyantap makanan tersebut Rin segera berdiri dan mengajak Shasa untuk bergegas kembali ke kelas mereka.
"Sha, kekelas buru, keburu dosennya masuk." Rin segera berdiri dari tempat duduknya dan diikuti oleh Shasa.
"Yaudah ayok." Shasa segera bangkit dari duduknya dan menutup novel yang telah ia baca tadi.

Seorang laki laki paruh baya, berpakaian rapi dan serba putih melangkahkan kakinya munuju fakultas psikologi. Dia adalah dosen psikologi remaja Rin hari ini. Melihat dosennya telah bergegas menuju kelasnya, Rin dan Shasa segera mempercepat jalannya. Karena terlalu terburu buru, Shasa tidak sengaja menabrak seorang pemuda, dan belum sempat Shasa meminta maaf, pemuda itu hanya mengabaikannya dan melanjutkan jalannya.

The Destiny Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang