Zona Nyaman - 9

7 2 0
                                    

Selesai shalat subuh aku bersiap berangkat sekolah, tapi sebelum turun ke meja makan aku mengecek hp terlebih dahulu

Ada banyak notifikasi di hp, tapi aku langsung fokus pada notif Line dari Adit, segera aku membalasnya

Aditiya Anggara Mahardika : Shanin, ini gue Adit

Shanindya Salsabila : Iya kenapa Dit?

Setelah aku membalas Line dari Adit, ku matikan hp dan segera turun ke bawah. Pasti Sahda lagi masak pikirku

"Pagi Sahda anaknya Tirta" Aku segera duduk di meja makan mlihat Sahda sedang meletakkan nasi goreng buatannya

Sahda hanya melirik ku sekilas lalu meletakkan piring yang sudah di isi dengan nasi gorengnya

"Sautin juga kek, pagi juga Shanin cantik gitu. Atau apa lah ih" Aku melipat kedua tanganku di depan dada

"Bacot lu ah, buruan makan" Sahda langsung ikut duduk di meja makan dan melahap makanannya

Aku mendengus kesal dan ikut makan, sebenernya memang daritadi perut ku sudah bunyi tanda kelaperan

Selesai makan, aku membereskan piring kotor dan membawa nya ke dapur, sementara Sahda memanaskan kendaraannya

"Loh bawa mobil?" Tanyaku ketika melihat Sahda sedang memanaskan mobilnya

"Iya, ban motor gue kempes deh kayakya. Nanti aja isi angin sore" Ucapnya lalu segera masuk ke dalam mobil

Sementara aku? Iya aku bagian nutup gerbang dulu baru deh masuk ke mobil

Seperti yang kalian tau, Sahda mana mau pake yang namanya satpam apa pembantu

Aku jadi inget gimana kekeuhnya dulu Sahda bilang bisa hidup mandiri dan hanya ingin tinggal sendiri

>>>flashback on<<<
"Sahda, kamu lanjut SMP ikut mama aja ya di Aussie?" Tanya tante Saras yang merupakan mama Sahda

"Enggak, mending aku di sini sama nenek" Jawab Sahda cuek

Aku tau yang ada di pikiran tante Saras itu sekolah yang terbaik untuk Sahda anak semata wayangnya, sementara sekolah di kampungku juga memang tidak sebagus di kota ataupun luar negeri

"Yaudah ikut papa ke Jerman aja ya?" Tanya om Tirta, iya kali ini papanya Sahda dan Sahda hanya menggeleng

"Kalo di Jakarta mau? Tinggal sama tante Rarin?" Tanya tante Saras lagi

Sahda terlihat berpikir sebentar dan mengangguk "Aku mau sekolah di Jakarta" tante Saras dan Om Tirta tersenyum lega

Aku yang saat itu juga berada di dekat Sahda ikut tersenyum walaupun sedih akan kehilangan Sahda teman terbaikku

"Tapii" Wow ternyata Sahda belum selesai bicara teman-teman

"Tapi apa nak?" Tanya tante Saras dengan lembut sambil mengelus kepala Sahda

"Aku mau tinggal di rumah kita yang di Jakarta, aku gak mau tinggal sama tante Rarin ataupun yang lainnya" Nenek, Mama dan Papanya Sahda pun bingung, bagaimana kalo Sahda butuh apa-apa

"Yaudah pake pembantu sama satpam ya?" tawar om Tirta dan Sahda menggeleng

"Aku bisa mandiri" jawab Sahda cuek

"Terus kamu bener mau tinggal sendiri?" tanya neneknya Sahda meyakinkan

Lagi-lagi Sahda menggeleng, lalu melirikku
"Ajak Shanin" Spontan aku dan keluarganya Sahda teriak "Apa?"

Setelah keluarga Sahda meminta ijin kepada keluargaku dan meyakinkan bahwa aku akan baik-baik aja di Jakarta serta dibiayi seluruh biaya pendidikan, kehidupan dan semacamnya akhirnya keluarga aku menyetujuinya

Ya, kebahagiaan Sahda di atas segala-galanya untuk kedua orang tuanya, dan apapun keinginan Sahda pasti dipenuhi

Sampai kita pindah ke Jakarta pun semua sudah disiapkan, seperti motor, mobil perlengkapan sekolah sampai hp pun semua sudah di siapkan

Aku sempet menolak dan meminta hp biasa aja tapi tante Saras bilang "Shanin itu udah seperti anak tante sendiri, Shanin satu-satunya sahabat Sahda dan salah satu sumber kebahagiaan Sahda. Jangan sungkan ya sama tante. Tante percaya sama Sahda dan Shanin. Tolong jaga Sahda ya" Terharu aku tuh
>>>flashback off<<<

Kalo dipikir-pikir Sahda tuh gentle ya, bisa langung ambil keputusan begitu aja. Dan ternyata benar, Sahda emang mandiri banget, tante Saras yang semula minta aku jagain Sahda malah kebalik jadi Sahda yang jagain aku ini mah

Inget ya, kedua orang tuanya Sahda biarpun udah pisah mereka gak cuma ngasih Sahda materi

Setiap hari mama papanya di jam malem gantian telpon, video call, nge chat pokoknya dalam satu hari pasti ngehubungin Sahda atau aku minimal 1 kali

Setiap liburan sekolah juga pasti Sahda gantian antara ke Aussie atau ke Jerman nemuin mama papanya, iya mama atau papanya dateng dulu ke Indonesia buat ambil rapot aku dan Sahda baru deh Sahda di boyong ke luar negeri, dan aku pasti pulang ke kampung halaman bertemu keluarga kecilku yang sangat aku rindukan

"Woy, ke sambet lu pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri" Sahda menoyor kepalaku

"Ih Sahda, dibilang berapa kali si jangan maen kepala. Kepala gue tuh difitrahin, entar kalo gue bego gimana?" Aku merapikan rambutku yang sedikit berantakan akibat ulah tangan Sahda

"Ya lagian gue ngeri lu kesambet" Jawab Sahda cuek sambil sesekali mengecek hp di saat lampu merah

Iya tau Da, hp lu penuh notif cewek-cewek yang naksir sama lu, tapi heran deh gak pernah ada yang di bales atau ditanggepin sama Sahda. Sebenernya Sahda normal gak sih?

"Yeh siapa juga yang senyum-senyum sendiri, udah jalan gece tuh udah ijo"

Sahda tidak membalas perkataanku lagi, ia segera melajukan mobilnya menuju sekolah

Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang