Zona Nyaman - 1

38 2 0
                                    

"WOIII BANGUN KEK ELAH" Teriak Sahda di kuping aku. Tapi aku tak menghiraukannya, malah menutup kepala ku dengan bantal

"Gue mau sarapan, kalo gue selesai sarapan lu belum rapi. Gue tinggal"

Baru beberapa langkah Sahda menuju pintu, dia balik lagi dan membisikkan sesuatu di kupingku dan itu sukses untuk membuat aku terbangun dari tidur cantikku

Sahda hanya tersenyum jahat lalu benar-benar turun ke bawah untuk sarapan dan meninggalkan aku di kamar sendirian

"AH SAHDA BANGKEE!! MATI KEK LO SONO" Aku teriak sambil lari turun ke bawah menyusul Sahda

Hanya suara garpu dan sendok yang saling bersautan di meja makan. Itu emang kebiasaan Sahda dari kecil, katanya gak bagus kalo makan sambil ngomong nanti mati keselek

Pengen aku tonjok rasanya kalo dia ngomong kayak begitu, udah mana kalo ngomong datar banget

"Mandi sono, perawan jorok banget"

"Ogah, gengsi"

Sahda yang sedang membawa piring kotor ke dapur langsung berhenti dan menatapku bingung

"Iya gengsi, masa gue yang nyamperin aer, gue kan cewek. Harusnya aer yang nyamperin gue" jawabku cuek sambil tiduran di sofa

Sahda hanya melengos mendengar ucapanku, baru mau tidur lagi tiba-tiba Sahda melempar handuk ke kepalaku

"Mandi, gue tunggu 5 menit"

Aku langsung berlari ke kamar mandi dan dalam 5 menit aku udah siap dengan seragam sekolahku. Dewa banget gak si? Masalahnya, seorang Sahda Ardana Tirta tidak pernah main-main dengan omongannya

*****
"Eh Nin, pr matematika yang nomer 7 lu udah belum?"

"Yaelah, baru juga naro pantat di bangku udah ada yang nanya pr aja, untung lu temen gue Bel"

Bela hanya nyengir kuda, aku pun mengambil buku pr em-te-ka dan memberikannya pada Bela

Kalian pasti pada penasarankan Sahda sekelas sama aku atau tidak? Jawabannya sekelas bahkan dia duduk di belakangku bersama Dino

Bosen banget gak sih? udah serumah, sekelas, untung enggak sebangku. Dan yang lebih sebelnya lagi, aku selalu jadi pusat perhatian kalo lagi sama Sahda

Sahda itu famous, kadang aku juga bingung apa yang mau disukain dari seorang Sahda. Emang si ya Sahda orang kaya, pinter, terus anak futsal. Biarpun Sahda cuma di posisi kiper, kayaknya malah lebih terkenal Sahda deh dibanding kapten futsalnya sendiri. Tapi mukanya itu loh datar banget kayak triplek, iya Sahda jarang senyum. Kayaknya kalo senyum cuma ke aku, Dino sama Bela doang

kriingg..kriingg..kriingg
"Ayok gece sholat, gue laper" Sahda langsung menarik tangan ku

Nah ini nih mungkin yang bikin cewek-cewek meleleh juga, Sahda itu ahli ibadah. Iya shalat wajib, sunah, puasa sunah semua dijalanin. Calon suami idaman emang! Pokoknya kalo gue punya suami ntar harus kayak Sahda biar bimbing gue ampe Surga!

"Sakit anjir, gak usah tarik-tarik apa"

Sahda langsung melepas tanganku, dan berjalan cuek tanpa rasa bersalah "katanya anak bela diri, tapi lemah"

Aku mendengus dan menonjok lengannya, biarpun tinggi aku hanya 150cm tapi aku mampu untuk menonjok kencang-kencang lengannya

"Aduh. Segitu doang? Payah" Sahda langsung berbelok ke tempat wudhu cowok

Ih rasanya aku ingin mengeluarkan semua kata-kata mutiara, tapi kuurungkan karena sudah berada di depan masjid sekolah

Segera kuambil wudhu dan kutunaikan shalat sunah dhuha

Selesai shalat, aku dan Sahda langsung berjalan menuju kantin

plashh
"Yahhh, baju gue"

Zona NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang