----------------------------
"Sebelumnya tanpamu aku bisa. Jadi, jika sekarang aku sendiri apa bedanya?"
-----------------------------------------
Terhitung 5 hari sudah semenjak kejadian kecelakaan yang menimpa mama Arjuna. 5 hari Arjuna tidak masuk sekolah. Dan 5 hari juga Eliza sendiri dan kesepian. Sampai-sampai Eliza menjadi sangat benci dengan angka 5. Menurutnya, angka 5 menjadi angka sial untuknya. Walaupun sebenarnya tanpa adanya angka 5 hidupnya sudah sial. Miris memang.
"Pagi, El."
Eliza menolehkan kepalanya menuju sumber suara.
"Pagi juga, Dan." Eliza memaksakan senyumnya.
"Masih kepikiran Arjuna?" Tanya Daniel sambil membuka bukunya. Entah buku apa itu, yang jelas saat Eliza melihatnya semakin membuat kepalanya pening.
"Gimana nggak kepikiran. Arjuna itu yatim dan anak tunggal, pasti repot bagi dia ngurus mamanya yang lagi sakit."
"Arjuna yatim?"
"Ah udahlah. Gue mau ke kantin dulu mau makan. Lo mau ikut, Dan?" Sebenarnya Eliza hanya basa basi mengajak Daniel.
"Sorry, El. Gue harus selesein tugas fisika dari pak Adam. Lo ngga papa kan kalo ke kantin sendiri?" Tanya Daniel masih sibuk berkutat dengan kitab-kitab suci itu.
"Emang gue lansia. Kalo ke kantin aja harus ditemenin supaya kaga jatoh."
"Hhhh....kirain."
Eliza langsung keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kantin.
🍀🍀🍀
"Kang Cecep. Bakso satu mangkok. Jangan dikasih kecap, jangan dikasih mie, jangan dikasih pangsit, dan jangan dikasih bawang goreng. Satu lagi, kasih sambel yang banyak. Sama minumnya es jeruk!"
Kang Cecep hanya menganga mendengar pesanan Eliza yang luar biasa ajaib tadi.
"Kenapa ngga pesen mangkok nya ae mbake?"
"Ngga jadi bakso kalo cuma mangkoknya doang kang." Ketus Eliza.
"Yaudah, mbake. Tunggu sampai adzan subuh," ucap kang Cecep sambil berlalu.
Eliza membulatkan matanya.
"Bisa lumutan gue kelamaan disini kang. Pokoknya cepetan. Rakyat gue diperut demo nih.""Iya-iya, mbake."
Eliza berjalan menuju salah satu meja didepan stand kang Cecep, kemudian mendudukkan dirinya pada salah satu kursi disana. Kalau dilihat lihat keadaan kantin hari ini memang lumayan ramai, hampir seluruh siswa memadati area kantin.
Eliza menolehkan kepalanya kesana kemari demi mencari teman makan. Memang terasa sangat sepi saat Arjuna tidak berada disisinya.
"Ini mbake pesenannya."
Eliza menoleh, kemudian tangannya terulur untuk menerima pesanannya. Tapi, sebelum Eliza menerimanya seseorang telah menabrak kang Cecep. Alhasil, lengan Eliza lah yang menjadi korban kuah panas.
"Oh my god, panaass!!" Pekik Eliza sambil berdiri dengan tangan kanannya dikibas kibaskan ke lengan kirinya, berharap tidak terasa panas lagi.
"Siapa yang sengaja nabrak kang Cecep?" Teriak Eliza namun masih tetap fokus pada lengannya.
🍀🍀🍀
Daniel berjalan menyusuri koridor untuk menyusul Eliza ke kantin. Ia merasa menyesal karena harus menolak ajakan Eliza tadi saat mereka di pepustakaan.
Setelah sampai didepan kantin, Daniel dibuat heran dengan lautan manusia di depannya.
"Siapa yang sengaja nabrak kang Cecep?"
Daniel terkejut, bukankah itu suara Eliza? Kenapa dia berteriak?
Daniel segera membelah kerumunan didepannya. Daniel yang melihat Eliza segera menghampirinya.
Eliza mendongak. Ia mendapati Axel didepannya yang memasang wajah datar. Tanpa pikir panjang Eliza langsung mencaci Axel.
"Eh! Cowok PMS, kalo lo emang benci sama gue, gue fine fine aja. Tapi kok lo main fisik gini sih."
"El, lengan lo kenapa?" Tanya Daniel setelah sampai disamping Eliza.
Eliza menatap Daniel sangar, "Bisa diem ngga sih!"
"Ayo kita ke UKS. Itu pasti sakit," ajak Daniel menuntun Eliza pergi.
Daniel meraih tangan Eliza bermaksud untuk mengajaknya ke UKS. Namun, Eliza menepis tangan Daniel kasar.
Eliza maju selangkah mendekati Axel yang diam saja dari tadi. Saat sampai di depan Axel, Eliza mengambil segelas jus di meja kantin, entah itu milik siapa yang jelas kemudian Eliza mengguyurkannya ke kepala Axel.
Mata Axel menajam dan rahangnya mengeras saat melihat apa yang telah dilakukan Eliza padanya.
"Lo itu emang cewek bar bar ya," bentak Axel menahan amarah.
Eliza akan menjawab ucapan Axel tadi. Tapi, Daniel sudah lebih dulu meraih tangan Eliza menuntunnya keluar kantin. Mau tak mau Eliza mengikutinya karena dia merasa betisnya semakin sakit.
"El, ayo ke UKS."
Eliza mengangguk kemudian menoleh ke arah Axel yang masih saja diam namun tatapannya menajam saat menatap Eliza.
"Awas lo! Dasar blagu!" Cerca Eliza sebelum benar-benar keluar dari kantin.
Hai guys!
Aku balik lagi nih dengan cerita gaje ku.Gimana ceritanya menurut kalian?
Oke, buat yang baca tinggalin vommentnya ya.
Dan maafkan jika ada kata yang tidak tepat atau typo bertebaran.
TBC.See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIZA
Teen FictionEliza Nevada. Kesepian yang menjadikan sifatnya berubah. Kurangnya kasih sayang seolah membuat jiwanya melayang. Namun, siapa sangka sifatnya yang buruk hanyalah topeng demi mendapatkan secuil saja perhatian. Datangnya orang baru melengkapi k...