3.6K 300 30
                                    

"Yeri, Chanyeol, Jimin. Kalian harus saling membantu dan saling menjaga arra? Kita akan menyembunyikan Jimin. Karena aku yakin orang itu akan mencari Jimin sampai ia mendapatkannya." tegas tuan Park







                                  🌸







Malam ini aku tidak dapat berpikir jernih. Kenapa harus aku, Tuhan? Apa kesalahanku di masa lalu? Aku tak mau jika harus hidup berdampingan bersama pria keji itu. Tetapi, aku takut jika ia menemukanku.

Hari ini juga, ayah hendak mengantarkan aku ke busan. Ibu mengemas semua pakaianku. Begitupun dengan Chanyeol hyeong. Aku melihat yeri menatapku dengan sendu.

"Kalau harus aku yang menggantikan posisimu, aku bersedia. Asalkan kau jangan pergi. Hiks." ucapnya

Aku hanya bisa menunduk, toh tuan bejat itu tidak menginginkan siapapun selain aku. Jadi di tukar dengan apapun itu, tidak akan membuahkan hasil.

"Jim, ayo kita bergegas menuju mobil!" aku mengangguk patuh dan berjalan di belakang ayahku.

Namun ketika hendak membuka pintu depan, ibu dan kakak menahan ayah. Aku terheran.

"Kenapa?" ucap ayah

"Perasaanku tidak enak sayang. Jimin, kau masuk kedalam kamar. Bersembunyilah." aku melihat raut wajah ibu yang begitu khawatir.

Kak Chanyeol segera menarikku untuk bersembunyi didalam lemari kamarku. Aku takut gelap. Tapi kak Chanyeol terus meyakinkanku. Agar aku mau bersembunyi didalam sana.

"Chim, apapun yang terjadi jangan membuka lemari ini arasseo?! Hyung akan segera kembali." aku melihat kak Chanyeol pergi meninggalkanku sendirian. Mengunci lemariku dari luar.

Tuan Park masih terheran-heran melihat tingkah sang istri. Tanpa peduli apapun, ia segera membuka pintu depan. Namun, rautnya berubah. Matanya membola. Pria itu, Jeon Jungkook. Ada di hadapannya saat ini.

"Selamat malam tuan Park. Ah, maksudku ayah mertua. Aku akan mengambil pengantinku. Malam ini." ucapnya dengan tatapan datar.

"M-maaf tuan. Jimin sedang pergi bersama temannya. Ia, akan berpamitan pada temannya tuan." tuan Park tak mampu menatap manik hitam kelam milik sang mafia.

Ketua Jeon melangkah maju. Suara pentofelnya menggema di semua ruangan. Terkesan menakutkan memang.

"Kau berbohong. Untuk apa koper-koper itu, ayah?" sinisnya

"I-ini, aku akan pergi mengurus hal penting di T-tokyo tuan." gugupnya

Semua keluarga itu merasa sedang berada diambang kematian. Mereka semua mati kutu. Aura Jeon Jungkook sangat mendominasi. Tapi mereka harus tetap menyelamatkan putra bungsu mereka dari tangan orang yang salah.

"Jiminie, aku menjemputmu sayang." Jungkook berjalan melewati keluarga Park yang diam mematung. Ia melangkahkan kaki lenjangnya menaiki tangga. Menuju kamar sang pengantin.

"T-tuan, Jimin tidak ada disini." sanggah Yeri. Ia membola ketika Jungkook membuka pintu kamar milik Jimin.

"Ah, nampaknya kau benar. Jimin tidak ada disini. Maafkan aku." semua keluarga Park bernapas lega.

"tapi, apa yang ada didalam lemari itu? Sepertinya aku melihat sesuatu." Jungkook bersmirk ria.

Ia mengeluarkan senjata api dari balik jas mewah yang ia kenakan. Ia menarik pelatuknya, mengarahkan kepada Yeri.

"Berbohong, hm?" sinisnya

"Tidak, jangan tuan. Kami tidak berbohong!" sanggah Chanyeol, si putra sulung.




Dor



"Itu untuk orang pembohong sepertimu Park Yeri." Jungkook menembak Yeri tepat di sebelah kiri bahunya

Nyonya Park histeris, melihat sang Putri terkapar. Ia tak habis pikir dengan Jungkook. Kenapa begitu tega.
Jimin mendengar pertikaian dan suara tembakan di dalam kamarnya. Ia mendengar bahwa saudaranya di tembak. Oleh ketua mafia itu. Ia harus apa sekarang?

"Eomma.. Hiks" lirihnya

"Jimin. Jika kau keluar, aku tidak akan melukai keluargamu disini." Jungkook menembak betis Tuan Park. Secepat kilat.

"Ayah!!" Chanyeol segera memeluk sang ayah. Ia geram.

"Sudah aku bilang Jeon. Jimin tidak ada disini!! Berhenti melukai kami!" Chanyeol sangat muak. Ia tak bisa melihat ayah dan saudaranya terkapar dengan darah begitu saja. Jeon jungkook iblis.

"Diam kau!" Jungkook kembali menembakkan peluru itu pada bahu putra sulung keluarga Park. Hingga nyonya park begitu histeris.

Jungkook menendang wajah tampan milik chanyeol. Sambil sesekali menginjak luka akibat tembakannya. Yeri menangis, melihat saudaranya di siksa didepan matanya. Ia tak bisa melakukan apapun. Tubuhnya bergetar kaku. Ia sudah mati rasa.

"Tuan jangan!" nyonya Park memeluk kaki sang ketua. Berharap belas kasihan darinya. Tapi nihil, jungkook malah semakin menjadi-jadi.

Jimin tak tahan. Ia tak bisa melihat keluarganya di siksa begitu saja. Ia harus menghentikan ini. Tapi, ia tak mau pengorbanan sang kakak sia-sia. Ia tak mau melihat keluarganya mati. Tidak mau.

Jimin menggedor-gedor lemari kayu itu. Ia tak bisa keluar karena lemari itu di kunci oleh sang kakak.

Atensi Jungkook beralih pada suara dentuman keras berasal dari dalam lemari. Ia tersenyum menang.

Dor

Dor

Dor

Jungkook menembang gembok lemari tersebut. Hingga terlihat sudah, sang pengantin yang ia cari. Miliknya. Milik Jeon Jungkook.

"Sayang, aku kemari menjemputmu." ucapnya sambil mengelus pipi tembam milik jimin.

"Hiks, a-aku akan ikut dengan tuan. Asalkan hiks keluargaku di lepaskan. Hiks" ucapnya

"Bunuh mereka semua" ucap tuan Jeon mutlak.

"Tidak! Hiks kumohon jangan tuan!! Lepaskan keluargaku." tangis Jimin seketika pecah.

"Aku tak suka di bohongi Park Jimin." perintah dan keinginanku adalah mutlak.















Maaf udah jarang update guys! Tapi aku usahakan cepat selesai ini cerita. Mueheheheeh. Semoga otak aku ga kehabisan ide ya. Biar ini cerita cepat kelar.

Jangan lupa vote dan komentar kalian ya. Biar aku makin semangat nulisnya wkwk.

Xiexie.

MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang