"Dulu aku belum bahagia, sekarang aku bahagia, tapi besok belum tahu"
🌼🌼🌼
AuraHari ini panas sekali, tidak ada awan sedikitpun yang menutupi matahari. Memasuki musim kemarau panjang, ditambah ini adalah ibu kota, perpaduan dua hal yang menyebabkan panas semakin panas saat ini. Mungkin jika ada di puncak atau di lembang, meskipun memasuki kemarau panjang tidak akan sepanas ini.
Sudah panas ditambah macet. Di jalanan ini atau di seluruh ibu kota, macet bukan lagi hal yang aneh. Tapi meskipun semua orang tahu itu bukan hal yang aneh, selalu saja tidak bisa bersabar. Seperti saat ini di kala macet para pengendara terus menerus menekan klakson berharap kendaraannya bisa cepat berjalan. Satu memencet klakson, yang lainnya mengikuti padahal sudah jelas lima puluh meter dari sini lampu merah baru saja berganti, seharusnya mereka bisa bersabar barang semenit supaya keadaan sedikit tenang dan tidak memanas.
Tepat di halte depan sebuah sekolah ada seorang gadis memakai baju smanya. Berdiri melihat kemacetan yang semakin memanas karena pengendara semakin gencar membunyikan klaksonnya. Ia tidak bisa untuk tidak menutup kuping nya.
"Dih apaan sih ini. Dikira cuma mereka aja apa yang gak mau nunggu. Gue juga dari tadi nunggu angkot gak dateng-dateng selow aja. Cuma semenit juga, berasa orang pada penting" decak gadis itu sebal, pasalnya suara klaskson yang di terus dibunyikan para pengendara mengganggunya.
Drtttttt.....
Suara handphond bergetar di sakunya, ia lalu mengambilnya. Ada satu notifikasi line yang masuk. Pesan ini memang ditunggunya sedari tadi, tapi ia enggan untuk membukanya. Drttttt......, pesan kedua masuk namun tetap tidak dibukanya. Saat ini perempuan itu sangat sebal kepada orang yang memberi pesan itu. Sebenarnya bukan panas matahari yang menjadi permasalahanya saat ini namun panas di hatinya.Drtttt...drtttt...drtttt
Satu panggilan masuk dari Beruang kutub. Namun perempuan tadi menyentuh panel merah untuk memutuskan panggilannya. Panggilan kedua masuk , namun tetap panel merah yang sentuh."Mau lo apa sih ra?" Suara seorang laki-laki dibelakangnya. Sontak perempuan tadi menoleh ke belakangnya sambil menyentuh panel merah panggilang terakhir dari si beruang kutub.
Laki-laki itu berdecak sebal, sambil memperlihatkan kemarahannya kepada gadis tadi " gak lucu tau ra, buang-buang waktu"
Gadis tadi berbalik lagi, kembali menatap jalanan yang kini sudah tidak lagi dipenuhi mobil yang berjejer macet "emang siapa yang nyuruh situ kesini, gue gak minta ya. Maaf!!" Ucap wanita itu sebal
Laki-laki itu maju, berdiri sejajar dengan perempuan tadi. Raut wajahnya semakin kesal dan marah. Sebenarnya saat ini ia ingin langsung pulang ke rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya, karena barusaja selesai latihan basket untuk pertandingannya bulan depan.
"Bisa gak sih lo gak bikin ribet" ucap laki-laki itu kesal
Tiba-tiba laki-laki itu menarik tangannya, berjakan ke arah parkiran sekolah. Gadis itu menolak, mencoba melepaskan cekalan tanganya. Namun karena ia tidak lebih kuat, cekalannya sangat sulit untuk di lepaskan. "Lepasiin, lepasin anan sakit tauu" ucap gadis itu.Namun laki-laki itu tidak menghiraukannya, ia tetap memaksa menariknya ke halaman parkir yang berada di sekolah. Sedikit mempercepat jalannya supaya segera sampai di depan motornya.
Setelah sampai ia melepaskan cekalan tangannya itu. Mengambil helm dan memberikannya kepada gadis tadi.
"Gue gak mau pulang bareng lo!" Ucap perempuan tadi. Ia memegang pergelangan tangannya merasakan sakit karena cekalan tangannya tadi keras. Ia semakin memanyunkan bibirnya, ia benar benar kesal pada làki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aura
Teen Fictionkadang kala apa yang dilihat baik belum tentu baik, apa yang di pandang buruk bisa saja menjadi baik. jangan terpana dengan awal yang bagus, juga jangan menjugde dengan akhir yang buruk. semuanya butuh proses, semuanya ada alasan. manusia hidup deng...