3. periwinkle

904 144 15
                                    

—kamu sudah berjanji padaku, tapi mengapa rasanya aku telah terbodohi? ; the girl.


•••


"Ck— ini yang bikin gue ngomong lo masih terlalu polos. Denger baik-baik, gak ada pengulangan." Wendy menjawab dengan anggukan sederhana.

"I'm a Devil, babe. Gue bukan penyihir aneh yang bikin ramuan di rumah tua tengah hutan." Netra lelaki itu berubah menjadi merah mengkilat dan senyum bodoh di wajahnya tergantikan oleh seringai mengerikan, sepertinya Wendy benar-benar membutuhkan bantuan sekarang.

Wendy perlahan memegang kenop pintu mobil, membukanya, keluar lalu berlari ke sembarang arah.

Gadis ini terus melangkahkan kaki dengan cepat menuju salah satu tempat dengan cahaya yang cukup terang, Minimarket.

Wendy memasuki pasar swalayan kecil tersebut dengan tergesa-gesa lalu terduduk pada salah satu kursi yang tersedia —menghiraukan pandangan aneh dari kasir berwajah bantal yang mungkin terbangun oleh suara gaduh yang dihasilkan Wendy.

Tengah malam seperti ini, ada seorang gadis berpakaian ketat dengan keringat di sekujur tubuh beserta make up yang luntur. 'Apa dia habis di kejar penjahat?' Pikir kasir itu.

Mungkin Wendy berharap di kejar oleh penjahat saja ketimbang dengan setan.

Gadis ini baru menyadari, Kedua kakinya penuh dengan luka lecet dan memar. Berlari kesetanan selama sepuluh menit penuh membuat Wendy mengeluarkan cairan berlebih dari seluruh bagian kulitnya, lengket rasanya.

Yang penting, sekarang Wendy aman.

Dengan peluh yang masih membanjiri seluruh tubuh, Wendy berdiri seraya menyeret kedua tungkainya mendekat pada kulkas berisi minuman dingin.

Dipilihnya salah satu minuman isotonik seraya berbalik menghampiri kasir untuk membayar. Tapi siapa sangka,

Makhluk yang membuat dirinya lari tergopoh-gopoh tadi sudah berdiri tepat dua meter dari keberadaan Wendy saat ini. Terlintas dalam benaknya,

'Apa gunanya ia berlari jika ujungnya bertemu dengan setan ini lagi?'

Pria dengan netra yang sudah menghitam 'lagi' itu mengambil paksa minuman Wendy dan berkata,

"Diem di-si-ni." ucap Suga dengan penuh penekanan pada setiap suku katanya. Tatapan pria ini menggelap didampingi oleh wajah yang semakin memerah menahan murka. Pria itu berlalu mendekati kasir.

Wendy membeku. Bagaimana bisa makhluk menyeramkan ini mengikuti Wendy sampai kesini? Rasanya ketika tadi ia berlari, ia tidak mendengar langkah kaki pria itu —bahkan ia tak mendengar satu suara sedikit pun.

Pria ini benar-benar iblis. Dia bisa saja menggunakan kekuatan iblisnya untuk berteleportasi 'kan?

Setelah beberapa detik menunggu dengan posisi dan tempat yang sama, Suga kembali menghampiri gadis berambut blonde ini dan menyerahkan sebotol minuman isotonik yang sempat dipilih oleh Wendy tadi.

Haruskah Wendy mengucap terima kasih pada makhluk di hadapannya?












Uhm— NO thanks.

Mana mungkin gadis ini berterima kasih pada makhluk bengis yang hampir membunuhnya.

"Lo mau apa dari gue?" Wendy berujar mantap sembari mengambil alih minuman isotonik tersebut —Meneguknya dengan cepat.

"Just be mine. Lo cuma harus selalu ada di samping gue, Wen." Balas Suga tak kalah mantap. Sedang Wendy malah tersedak mendengar balasan iblis di hadapannya.

you, DEVIL? (Suga & Wendy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang