Setelah sekian panjang tahun dan jarak memisahkan kita, satu-satunya manusia yang pernah hidup di rahimmu ini mulai merindukan bau payudaramu. Kendati demikian, seperti yang sudah-sudah, tahun ini mungkin aku tidak akan pulang. Bukan aku tak mau. Melainkan setiap kali mengingat jalan pulang, aku cuma melihat masa kanak yang penuh kekosongan.
Kau tidak perlu menghawatirkan keadaanku. Meski nasib baik tak kunjung tiba, aku bersukur kewarasan masih bersarang di kepala. Seorang kenalan pernah mengatakan, "Sebagaimana laut, hidup telah telanjur kau arungi. Akan lebih terhormat menjadi petualang yang hilang dibanding berhenti atau membalik haluan."
Untuk seorang perempuan yang dikeringkan oleh hidup tanpa suami dan anak, semoga engkau dianugerahi kesehatan dan kesepian memperlakukanmu dengan baik di sana, sebagaimana aku yang mencintai dan merawat perasaan yang sama.