Chapter 2

56 11 0
                                    



Jari-jari kurus itu menari dengan cepat diatas keyboard seakan detik waktu mengejarnya tanpa ampun. Sebagai seorang content writer, hampir seluruh waktunya Hara habiskan di depan komputer. Hara tak suka jika pikirannya kosong, karena dia akan memikirkan apapun. Benar-benar apapun, sampai hal kecil dan sepele pun bisa Hara pikirkan jika pikirannya kosong. Sangat berbeda dari kelihatannya yang cuek dan ignorant.

Untuk itu, dia harus menyibukkan pikirannya dan juga menuangkan pikirannya agar tak meledak.

Namun seringnya jika sudah berkutat dengan suatu hal, atau ketika sedang fokus mempelajari bahan konten yang akan ditulisnya, Hara bisa lupa waktu.

Dulu ketika masih magang di The Soul, dimana dia bertemu dengan Hanbin untuk pertama kalinya, Hara bahkan sering melewatkan jam makan siang.

Hampir sama, Hanbin juga sering melewatkan jam makan siang karena tak suka jika apa yang dikerjakan jadi tertunda. Paling tidak ia harus menyelesaikan hal yang sedang dikerjakannya, baru bisa makan dengan tenang.

Waktu itu, dua tahun yang lalu, mereka keluar untuk makan siang pada waktu yang sama. Sudah tidak siang sebenarnya. Pukul setengah empat sudah bisa dikatakan sore.

Ketika menunggu lift untuk turun ke cafeteria, Hanbin mendengar beberapa orang karyawan perempuan di belakang mereka yang juga menunggu lift sedang asik membicarakan Hara. Ya, padahal Hara ada di sana. Omongan mengenai Hara terus berlanjut hahkan hingga mereka masuk ke dalam lift.

Hara berdiri di pojok belakang. Hanbin di sebelahnya.

Tentu saja Hara tahu dirinya sedang dibicarakan. Dan ia tidak begitu peduli. Hidupnya tidak terpengaruh dengan omongan orang lain.

Tapi, tiba-tiba saja seseorang menciumnya.

Hanbin mencium Hara agak lama sampai wanita-wanita yang membicarakan Hara itu turun dari lift.

Tahu apa yang dikatakan Hanbin setelah mencium Hara?

Mereka sangat berisik.

Lalu turun dari lift dan pergi ke cafeteria. Terlihat tidak begitu mempermasalahkan ciuman barusan.

Hara yang masih berada di dalam lift, kaget, tentu saja.

Siapa yang tidak kaget ketika ada pria yang tiba-tiba menciummu? Sudah beberapa tahun sejak terakhir kali dia berciuman dengan pria, jadi saking kagetnya sampai jantungnya berdebar keras. Padahal hanya sebuah ciuman simpel, yeah, pria itu hanya menempelkan bibirnya.

Dan Hara berdebar.

Sial.

Hara menarik napas dalam-dalam. Setelah pulih dari kekagetan, ia langsung keluar dari lift yang hampir menutup lagi dan mengikuti Hanbin yang pergi ke cafeteria.

Tidak, dia tidak melabrak pria itu ataupun berusaha membuat perhitungan. Hara sudah terlalu lapar. Ia juga butuh asupan kafein.

Tunggu.

Bukannya Hara murahan, atau apa.

Itu hanya ciuman, dan Hara bukan orang yang suka membuat drama. Besar di Eropa membuat Hara menganggap sebuah ciuman adalah hal yang biasa.

Setelah mendapatkan makanan dan segelas kopi, Hara duduk di ujung terjauh, di dekat jendela. Sedang hujan besar dan perempuan itu suka suara hujan yang mengenai jendela.

Tapi belum sempat ia menyesap kopinya, seseorang datang dan duduk di sampingnya.

Hara menoleh dan mendapati pria yang menciumnya di lift tadi.

"Aku Hanbin," ujarnya datang sambil menyeruput minumannya tanpa memandang Hara.

Hara tak langsung menjawabnya. Dia sangat lapar, dan mengobrol bukan hobinya. Jadi ia dahulukan menyuap sendok demi sendok makanan ke mulutnya.

Hanbin melakukan hal yang sama.

Dengan jantung yang berdebar keras.

Baiklah, dia adalah laki-laki kaku dan tadi adalah kali pertamanya mencium perempuan. Serius. Entah setan mana yang berhasil membuatnya melakukan hal itu. Tapi ia menyukai perempuan berambut pendek itu sejak hari pertama ia masuk magang ke The Soul.

Tidak seperti kebanyakan perempuan yang membuat Hanbin ilfeel karena menaruh terlalu banyak make up ke wajah mereka. Atau berpakaian terlalu berlebihan. Perempuan itu hanya memakai setelan sederhana dengan warna yang itu-itu saja. Hitam, abu-abu gelap atau abu-abu terang. Wajahnya juga seringnya bersih tanpa make up. Hanbin sering melihat perempuan itu mengucek mata atau mengusap wajahnya begitu saja. Hal yang tidak mungkin dilakukan oleh perempuan bermake up penuh.

Oh ya, kantor mereka satu lantai. Divisi IT tempat Hanbin magang dibatasi oleh kaca gelap satu arah. Jadi ia bisa melihat keluar, tapi dari luar tak terlihat keadaan di dalam. Kecuali jika dilihat dari dekat. Jadi setiap Hari, Hanbin bisa melihat perempuan itu tanpa orangnya sadar kalau sering di perhatikan.

Hanbin sangat menginginkan perempuan itu. Tapi ia belum pernah mendekati perempuan manapun. Juga tidak mempunyai teman perempuan. Apalagi berpacaran. Jadi dia hanya mengikuti instingnya.

Pagi tadi, Hanbin sudah memutuskan untuk mendapatkan perempuan itu karena masa magangnya akan berakhir beberapa hari lagi. Dan Hanbin takut ia akan kehilangan kesempatan. Jadi tanpa pikir panjang, tadi ketika beberapa perempuan-perempuan membicarakan pujaan hatinya, Hanbin langsung menciumnya. Ciuman yang bahkan rasanya masih membekas di bibirnya. Membuat Hanbin menginginkannya lagi. Jadi ia harus mendapatkan perempuan itu.

"Aku Hara," ujar perempuan yang duduk di sampingnya itu yang kemudian langsung bangkit dan meninggalkan cafeteria.

Belated Apology - Hanbin (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang