Hara menyetir mobil Ford hitamnya dengan wajah sembab. Ia marah. Marah dengan Hanbin. Marah dengan kakaknya. Dan marah terhadap dirinya sendiri. Mulutnya sudah gatal ingin mengumpat namun suaranya sudah hampir hilang karena terlalu banyak memendam tangis agar ia tak meraung-raung menyedihkan.
Hara benci kenapa semua orang di sekitarnya begitu egois. Kakaknya adalah orang terakhir yang Hara pikir akan meninggalkannya, seperti apa yang ia harapkan dari Hanbin. Namun mereka berdua ternyata meninggalkannya.
Egois sekali.
Ini adalah Selasa ke sepuluh dari Selasa yang dijanjikan Hanbin. Pria itu hanya pernah sekali menjawab pesannya dan berkata sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Pria egois.
Dan sialnya, hanya pria brengsek itu yang Hara cintai. Cinta sialan itu terlalu dalam hingga Hara tak peduli dengan semua perlakuannya. Yang Hara mau hanyalah dia, pria berwajah kaku dengan tatapan tajam yang memperhatikannya. Hanya dia.
Hah.
Sepertinya Hara sama egoisnya dengan pria itu.
Namun apalagi yang harus diharapkannya selain mendapatkan perhatian Hanbin? Hara butuh 5 detik waktu milik Hanbin agar ia bisa memperbarui ingatan wajah kaku itu di memorinya. Karena sekadar foto bersama saja mereka tak punya.
Jika sekali saja ingatannya akan wajah Hanbin pudar, Hara tak punya apapun yang bisa memperbaharui ingatannya akan wajah pria itu.
Hara marah sekali pada Hanbin. Tapi ia perlu menemui Hanbin. Satu-satunya orang yang paling mungkin ditemuinya karena keluarga Hara tak ada yang bisa diharapkan.
Ibunya tinggal di Amerika dengan suami barunya sejak lima tahun lalu. Memberi Hara dan kakaknya semua harta yang dipunyai ibunya di Korea dengan mengharapkan agar mereka tidak mengganggu hidupnya lagi. Sedangkan Ayahnya, Hara sudah bertahun-tahun tidak berbicara dengannya sejak entah kapan. Mungkin sepuluh tahun yang lalu. Sejak kakak keduanya memilih keluar dari keluarganya ini dan lebih memilih tinggal di kota yang pernah mereka tinggali waktu kecil, di kampung halaman ayahnya di Asia Tenggara.
Praktisnya tidak ada dari mereka yang bahkan bisa Hara hubungi. Ibunya menyuruh Hara untuk mengurus pemakaman kakaknya. Sedangkan kakak keduanya belum membalas email yang Hara kirimkan.
Setelah ini, Hara tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Kembali ke apartemen hanya akan membuatnya semakin merindukan Hanbin.
Menyetir tak tentu arah, di tikungan kedua setelah lampu merah, kedua mata Hara yang merah memicing tajam menatap Convertible hitam melaju di depannya.
Tahu siapa pemilik mobil itu, Hara langsung menginjak pedal gasnya dan menyeruduk belakang Convertible itu.
Tentu saja Convertible itu kemudian berhenti. Begitu pula Ford yang dikendarai Hara.
Pria berjas hitam dengan rambut rapi keluar dari pintu kemudi. Kim Hanbin dan wajah kakunya membeku melihat Ford hitam yang menghantamnya.
Dengan wajah memerah Hara keluar dari mobil, tak lupa dengan membanting pintu kemudi lalu menghampiri Hanbin yang hanya bergeming di tempatnya berdiri. Dengan wajah kakunya tentu saja. Membuat Hara ingin meneriakinya karena tak punya varian wajah lain.
Hara tampak berantakan di hadapan Hanbin yang tampil clean cut. Rambut kusut masai dan wajah khas orang menangis itu tak cocok dengan dress hitam selutut yang Hara kenakan.
"Haruskah begini, Kim Hanbin," ucap Hara datar. Tak mengharap jawaban dari pria yang masih mematung di depannya itu. Sepintas Hara bisa melihat kilasan emosi yang berusaha disembunyikan wajah kaku itu. Namun tak ada sepatah katapun. Meski Hara telah menghancurkan bagian belakang mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belated Apology - Hanbin (COMPLETED)
FanfictionApology The Series 2nd Scene - Belated Apology ( Hanbin version) "Kau tahu benar kalau aku adalah pria egois," ujar Hanbin dengan egoisnya. "Aku tahu," balas Hara serak. "Dan kurasa aku sudah tidak menginginkanmu." Tak ada emosi yang tergambar di wa...