"Kita tidak bisa melakukan operasi penyelamatan. Itu yang mereka mau, Hanbin," kata Chief dengan suaranya tenang.
Seminggu yang lalu NIS berhasil melacaknya, begitu pula dengan Nome. Hanbin tidak tahu apakah itu kebetulan ataukah ada yang membocorkan Mata, karena berarti sekarang semua anggota Mata sudah terlacak. Meski untuk kasusnya, identitas lengkapnya belum terlacak. Foto Hanbin pun belum mereka dapatkan.
Tapi pagi tadi Hanbin terbangun karena mendengar notifikasi dari salah satu komputer yang digunakannya untuk melacak sinyal ponsel Hara.
Sinyal ponsel itu berasal dari apartemennya. Hanbin sudah sangat senang karena akhirnya ia bisa mengetahui keberadaan Hara yang menghilang seminggu terakhir. Hanbin langsung masuk ke sistem yang menghubungkan CCTV bangunan apartemennya. Anehnya, ia tak menemukan Hara di manapun. Ia hanya melihat mobil Ford Hara yang masuk ke basement. Setelah itu sinyal ponsel Hara aktif selama beberapa saat. Dan sudah. Tidak ada apa-apa lagi.
Hanbin menyesal karena membuat tempat parkir mobilnya dan Hara di sudut yang tak terjangkau kamera CCTV. Tujuannya untuk berjaga-jaga agar ia dan Hara sulit dicari. Dan sekarang, malah senjata makan tuan. Sinyal ponsel Hara juga sudah hilang.
Hanbin menahan diri untuk tidak menyambar kunci mobil dan pergi ke apartemennya.
Ia harus super hati-hati.
Untuk itu, Hanbin mengamati dengan cermat semua layar CCTV. Hara tidak masuk ke dalam apartemen, tidak juga pergi lagi.
Mobilnya tidak tertangkap kamera di pintu keluar parkiran basement. Setelah Hara masuk, hanya ada satu mobil yang keluar dari basement selama satu jam Hanbin mengamati.
Dan karena tidak ada petunjuk lain, Hanbin mengikuti satu-satunya mobil yang keluar dari basement itu. Memikirkan skenario terburuk yang tak diinginkannya.
Memantau lewat CCTV jalan raya, detak jantung Hanbin berdebar semakin cepat saat ia tahu ke daerah mana mobil itu melaju. Setelah itu tangan Hanbin bergerak gila di atas keyboard. Ia mengalihkan sistem dan masuk meretas CCTV markas NIS.
Jantungnya langsung berhenti saat ia melihat dua laki-laki besar membawa seorang perempuan yang tak sadarkan diri. Bajunya yang berwarna hitam, rambut pendeknya, dan gelang yang melingkar di pergelangan tangan perempuan itu membuat Hanbin yakin beratus-ratus persen.
Hara.
Hanbin panik bukan main. Tentu saja karena setelah pertemuannya dengan Hara di jalan beberapa waktu yang lalu, ia merasa Hara sudah aman. Bahkan saat kakak Hara terbunuh - dengan kamuflase obat penenang - Hara masih aman. Apalagi saat tahu kalau Hara tidak berada di Korea, Hanbin sudah tenang. Hara tak akan mungkin terseret saat dirinya mulai terlacak.
Melihat Hara dibawa ke markas NIS, Hanbin tak bisa tinggal diam.
Hanbin segera masuk ke ruangan Chief dan meminta operasi penyelamatan untuk kekasihnya. Tapi jawaban yang diberikan Chief membuat Hanbin memandang pria itu tak percaya.
Apa katanya tadi? Mereka tidak akan melakukan operasi penyelamatan? Maksudnya mereka membiarkan Hara mati begitu?
"Hara tidak boleh mati," ujar Hanbin datar.
Chief bangkit dari kursi dan menghampiri Hanbin. Tangan kanannya menepuk pelan bahu Hanbin. Berusaha memberikan pengertian. "Kita tidak akan melakukan operasi dengan risiko sekecil apapun. Aku tidak mau kehilangan anggota."
Tatapan mata tajam milik Hanbin bertemu langsung dengan tatapan tenang milik Chief. Entah bagaimana pria itu bisa tetap tenang, bahkan saat kekasihnya terbunuh dan semua anggotanya terlacak. "Kau pikir aku mau kehilangan Hara?" tanya Hanbin hipokrit, yang langsung ia jawab sendiri. "Tidak. Hara tidak akan berakhir seperti Sara."
Hanbin kemudian keluar dari ruangan Chief setelah menabur garam pada luka menganga yang dimiliki pria itu setelah kehilangan kekasihnya. Sara. Kakak sulung Hara.
Hanbin bukan orang lapangan. Sepintar apapun dia di depan komputer, melakukan operasi lapangan bukanlah perannya.
Seharian Hanbin menyelidiki posisi Hara di markas NIS. Hanbin sudah tidak bisa melihat Hara setelah para pria besar yang membawa Hara menghilang dibalik pintu sebuah lorong panjang. Karena tidak ada lagi CCTV di sana.
Hara dibawa ke ruang bawah tanah yang Hanbin tahu keamanannya sangat ketat. Ia tak bisa begitu saja menerobos ke sana. Hanbin perlu ke ruang kendali NIS langsung, seperti saat menyelamatkan Jet.
Hanbin bangkit dari kursinya di depan layar-layar komputer dan berjalan menghampiri Jet yang sedang membuat makan siang untuk mereka.
"Jet, aku butuh bantuanmu."
Jet menoleh sebentar tapi kembali fokus pada masakannya, mengaduk sup dengan tangan kiri karena tangan kanannya masih tak bisa digunakan untuk beraktivitas.
"Chief sudah memberi perintah untuk tidak melakukan operasi apapun."
Sial. Umpat Hanbin dalam hati. Ia tahu kalau Jet adalah orang yang paling patuh terhadap Chief, tapi ia tidak menduga kalau Jet akan sekejam itu. "Mereka sudah mengenali wajahku. Aku tidak mau kembali terkurung di sana." Ya. Jet merasa sudah cukup sekali disiksa oleh NIS. "Kembali ke sana rasanya seperti aku bunuh diri."
Sebagian diri Hanbin ingin membenarkan, karena sekarang bahkan Jet belum sembuh dari luka luka yang didapatnya saat tertangkap NIS. Meski untungnya Jet masih bisa berjalan, tapi tangan kanannya patah, bahkan jari tengah dan telunjuknya putus.
Hanbin semakin takut jika Hara mendapatkan hal yang sama. Ia tak bisa membayangkan Haranya terluka.
Tanpa memberi respon pada penolakan Jet, Hanbin kembali ke ruangannya. Ia meraih ponsel dan menghubungi satu orang yang ia harap bisa membantunya.
"Blood. Aku butuh bantuanmu untuk melakukan operasi penyelamatan ke markas NIS," ujar Hanbin langsung begitu panggilannya diterima.
Di seberang sana, Blood mengernyit heran. "Ada apa dengan, Chief?" tanyanya karena tumben Hanbin yang menghubunginya terkait perintah operasi. Jika begitu, operasi ini pasti berkaitan dengan Chief, pikir Blood.
"Persetan dengan Chief! Dia tidak mau memberi perintah untuk operasi penyelamatan ini. Sekarang aku meminta tolong padamu secara personal sebagai Kim Hanbin."
Tidak ada respon dari Blood. Hanbin tahu pria penuh pertimbangan itu pasti sedang berpikir.
"Hara, kekasihku ditahan oleh NIS." Suara Hanbin terdengar frustrasi. "Blood, aku tidak bisa membiarkannya mati."
Blood tertegun mendengar nada bicara kawannya. Diantara anggota Mata, mereka berdua adalah yang paling tidak banyak bicara. Dan emotionless.
Blood tahu, mungkin ia akan terdengar seperti kawannya itu jika cinta menyentuh hatinya.
"Aku bisa membantu," ujar Blood. "Tapi..."
"Kau sangat loyal pada Chief?" tanya Hanbin sarkastik. Ia mengira Blood akan memberi jawaban yang sama seperti Jet.
"Bukan," sanggahnya. Blood sebenarnya tidak begitu peduli kalau Chief menentang misi itu. Kalau disuruh memilih secara personal, Blood mungkin akan memilih Shade daripada Chief. Tapi, "Posisiku sekarang sangat jauh dari Seoul. Paling cepat aku bisa sampai ke sana besok siang."
"Sial," umpat Hanbin.
"Kau tahu aku sedang dalam pelarian, 'kan? Aku tidak lari tanggung-tanggung."
"Baiklah, terima kasih karena kau mau membantuku."
"Setelah ini aku akan langsung berangkat."
Terdengar suara agak berisik di seberang telepon. Blood sedang membereskan ranselnya.
Sedangkan Hanbin tidak merasa lega sama sekali meskipun akan ada Blood yang membantunya.
Setelah menutup panggilan dengan Blood, Hanbin hanya duduk diam di depan banyak panel komputer di ruangannya. Kepalanya sibuk memikirkan banyak kemungkinan sambil matanya tak bisa lepas dari layar komputer yang menampilkan keadaan markas NIS.
Tanpa sadar Hanbin berdoa agar Hara baik-baik saja sampai 24 jam kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belated Apology - Hanbin (COMPLETED)
FanfictionApology The Series 2nd Scene - Belated Apology ( Hanbin version) "Kau tahu benar kalau aku adalah pria egois," ujar Hanbin dengan egoisnya. "Aku tahu," balas Hara serak. "Dan kurasa aku sudah tidak menginginkanmu." Tak ada emosi yang tergambar di wa...