#8 Apa salahku?: Nafisah POV

87 14 8
                                    

'Percayalah, kamu tidak sendiri'

❤Love? Belive to Allah
________________________________________________________________________________
_____________________

  Cerahnya sinar lampu bohlam menerobos masuk kedalam mataku, seakan memaksa diri ini untuk segera terbangun dan menyudahi jejakku yang tengah menari-nari di dunia mimpi. Bahwa sesungguhnya reality tidak seindah dunia mimpi dan juga tidak semanis ekspetasi.

Dengan perlahan aku mulai membuka mata ini. Rasanya pusing dan kini pandanganku masih samar-samar dan berbayang. Semakin lama suasana di sini semakin terlihat jelas. Aku bisa melihat dua orang bertubuh besar tepat di depan pintu, sepertinya sedang berjaga.

Eh! tunggu sebentar, mengapa kedua tanganku ini sangat sulit untuk di gerakan begitupun dengan kedua kakiku. Aku mengedarkan pandanganku ke bawah. Aku melihat kedua kakiku yang dirantai, dan tanganku? Aku tidak bisa melihatnya tapi aku merasa kedua tanganku sudah terikat di belakang. Ada apa ini? Mengapa aku bisa berada di ruangan kumuh seperti ini?

Tempat ini benar benar kotor. Banyak sekali barang-barang yang sepertinya sudah lama tidak di pakai, dan juga kayu-kayu yang sudah mulai keropos, di tambah lagi di sini gelap.

Prankk!!

Suara kaleng bekas tersebut langsung mengema menguasai seisi ruangan. Ah! Ini memang salahku, karna aku tidak sengaja menyengol sebuah kaleng bekas dengan kakiku yang masih dirantai.

Inalilahi, seketika rasa cemas mengambil alih tubuhku. Rasanya aku ingin kabur dari sini, tapi bagaimana? Dengan kondisi seperti ini sangat mustahil.

Empat mata menatap ke arahku, dengan tatapan maut dan sesekali di sertai senyum semringah yang entah apa maksudnya. Perlahan namun pasti dua orang berbadan besar itu mulai mendekat ke arahku. Ya Allah, aku benar-benar takut saat ini. Aku terus berusaha agar tali yang mengikat tanganku ini segera terlepas. Namun sekuat apapun aku berusaha rasanya tidak mungkin. Ikatan tali ini benar-benar kuat, harus ada benda lain yang menjadi alat bantu. Tapi aku harus terus berusaha, bagaimanapun itu caranya.

Mereka semakin dekat, namun ikatan tali yang ada di tanganku tak kunjung dapat aku lepas. Hatiku semakin resah, fikiranku sudah berfikir entah kemana, dan mungkin wajahku sudah pucat pasih karna dipenuhi dengan rasa takut. Ya Allah, bantu hambamu ini. Apa yang harus aku lakukan?

Hanya tinggal menghitung langkah mereka akan sampai di hadapanku. Fikiranku semakin kacau, aku sangat ketakutan saat ini, bahkan tubuhkupun sudah bergetar hebat. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan? Aku sudah berfikir keras, namun di saat kondisi seperti ini fikiranku tidak bisa berfikir jernih sama sekali. Rasanya aku sudah tidak ada jalan keluar selain mempasrahkan semua ini kepada Allah semata.

Mataku terpejam. Aku sudah menyerahkan semuanya hanya kepada Allah, karna aku yakin dialah pemilik sekanario yang paling baik. Hati ini tidak ada hentinya melantunkan kalimat do'a, berharap agar Allah senantiasa akan membantuku.

"Ah!" ringisku saat merasa ada seutas kain yang di ikatkan tepat di kepalaku dengan sangat kencang kemudian menutup pandanganku. Semuanya menjadi gelap. Bahkan tidak ada bedanya antara menutup mata dengan membuka mata.

Semuanya benar-benar gelap, aku tiak bisa melihat apapun!

love? Belive to AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang