Perundingan

86 43 8
                                    

Vote And Comment dulu Yuk! ^_^
.
.
.
.

Agung : Perum Citra Indah BLK J-10.

Andika membaca pesan agung kemudian membanting Iphone nya ke kasur. Dia merasa gerah setelah 1 jam menghabiskan waktunya di jalanan Surabaya yang semakin hari semakin padat. Ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum berangkat kembali menuju rumah Rian.

"Dika, kamu mau kemana? Mama udah masakin makan malam buat kamu" Mama Rianti coba memberikan senyum kepada anak semata wayangnya itu.

Andika yang sedang memasangkan jaketnya hanya melirik sekilas ke arah mamanya kemudian menatap ke pria yang mulai menginjak usia 40an. Dia tampak sibuk dengan Ipad ditangannya. Pria itu duduk di meja makan yang cukup untuk menampung 5 orang.

"Dika makan diluar aja mah"

Mama Rianti berjalan ke arah ruang tamu mendekati Andika "Papa udah nunggu kamu dari tadi. Makan bentar aja ya"

Andika hanya mendengus kemudian keluar rumah tanpa berpamitan.

"Udah biarin aja ma, emang anak kurang ajar. Udah gak punya sopan santun sekarang!" Ujar Papa andika.

Mama Rianti melihat kepergian Andika dengan mata berkaca-kaca. Andai saja Ia bisa memutar waktu, Ia ingin mengembalikan kecerian anaknya itu.

***

Andika tiba di rumah Rian pukul 19.30 setelah sebelumnya mampir di Mcd untuk makan dan tidak lupa membeli camilan yang dipesan oleh Agung.

"Dika Ma Bro!. Akhirnya lo dateng juga. Gue kira lo nyasar" Rian menyambut andika di depan pintu utama rumahnya.

Suasana rumah rian cukup ramai ada sekitar 15 orang berada di ruang tamu. Beberapa dari mereka membawa pasangan. Termasuk Agung yang sudah datang dan duduk dengan merangkul cewek yang tidak di kenal oleh Andika

Andika sedikit melempar kantong plastik berwarna putih ke meja tempat mereka menaruh aneka barang seperti rokok, korek api, handphone bahkan botol bir yang tampak sudah kosong.

"kok lo bawa jajan chiki, susu beruang, ama permen karet" agung tampak mengobrak abrik kantong plastik yang dibawa Andika.

"besok masih sekolah bego! Gue gak mau bau alkohol pas masuk sekolah besok. Urusannya bisa sama Pak Arif entar"

Pak Arif merupakan guru olahraga sekaligus guru BK yang terkenal galak saat menghukum siswanya yang melanggar peraturan.

Rian duduk di salah satu sofa di tengah ruangan itu memulai rapat mereka "udah langsung aja kita rapatnya. Vin lo jelasin ke anak-anak buat sabtu besok"

Vino berdiri dari sofa dan mulai berbicara di depan mereka. Andika tampak serius mendengarkan.

"So.. Kita di tantang oleh gengnya theo buat buat duel. Lokasinya di jembatan baru dekat pantai. Mereka minta...." Vino coba menerangkan

"Gue keberatan. Terakhir kita duel disana kita hampir aja ke tangkep polisi. Gue gak mau ambil resiko" andika memotong ucapan vino.

Anak-anak lainnya tampak berbikir. Ada sedikit keraguan di antara mereka. Rian yang meihat itu hanya mendengus kemudian melanjutkan ucapan vino yang terhenti.

"Ayolah dik. Kita udah berapa bulan gak balapan lagi. Daerah sana udah gak seketat dulu. Mereka nawarin hadiah cukup gede kalo seandainya kita menang. Gue yakin lo gak mungkin nolak tawaran Theo kali ini"

Andika yang semula menyandarkan dirinya ke sofa mendadak menegakkan punggunya kemudian menatap ke arah Rian. "mereka nawar berapa?"

Rian hanya mengankat tangannya dan menunjukkan jari membentuk angka tujuh. Yang berarti 7 digit angka dalam rupiah alias jutaan.

Andika memberikan senyum lebarnya sambil menganggukkan kepala. Lalu Mereka semua sepakat akan ikut duel untuk hari sabtu nanti.

Next Part bakalan agak melow :( 

The Feeling [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang