Renjana

67 32 14
                                    

Vote and Comment dulu yuk 🌟

Cewek itu merangkul cowok tersebut dan memberikan kecupan di pipi kirinya. Cup

Erica terkejut lalu berteriak "DIKA !"

Cowok yang merasa di panggil tersebut menoleh. Sontak Ia melepaskan rangkulan cewek yang seperti cabe-cabean itu.

Dari arah belakang mereka terdengar bunyi sirine polisi.

"Jangan Ada yang kabur! Kalian semua diam di tempat!"

Sontak saja mereka semua yang ada di arena berhamburan menyelamatkan diri. Kecuali satu orang perempuan yang tetap berdiri di tempatnya.

***

Beberapa saat sebelum polisi datang

Dari kejauhan terlihat dua motor melaju dengan kecepatan tinggi. Hampir tidak ada celah untuk mendahului diantara mereka. Hingga sekitar 10 meter dari garis finish motor berwarna merah berhasil mendahului lawannya.

"YESSSS WOOOH. KITA MENANG!" sorak Agung tepat di samping garis finish.

Andika menepikan motornya. Ia melepaskan helm kemudian turun dari motornya. Tepat saat ia menginjakkan kakinya di tanah. Cewek bernama Sasha menghampiri Andika dan memberikan kecupan di pipi kirinya.

Namun di sebrang Andika ada seorang cewek menatapnya dengan pandangan yang memilukan

"DIKA !"

Sontak Ia melepaskan rangkulan sasha yang seperti cabe-cabean itu.

"Erica" Andika memanggil nama erica namun teredam oleh suara sirene polisi.

"Jangan Ada yang kabur! Kalian semua diam di tempat!"

Sontak saja mereka semua yang ada di arena berhamburan menyelamatkan diri. Kecuali satu orang perempuan yang tetap berdiri di tempatnya.

Polisi hampir mendekati tempat mereka berdiri. Erica yang masih terpaku menatap semua kegaduhan itu di tarik paksa oleh seseorang.

"Cepet naik kalo lo mau selamat!" Andika berbicara sembari mengenakan kembali helmnya.

"Ayo Er... Setelah ini gue jelasin semuanya ke lo. Tapi sekarang kita harus kabur" Erica segera menaiki motor Andika. Langsung saja Andika menancapkan gasnya sekencang mungkin.

Mereka berhasil kabur dari kejaran polisi. Sepanjang perjalanan erica diam seribu bahasa. Ia menunduk melihat kedua tangannya yang memegang pinggiran kaos Andika dengan erat. Pikirannya berkecamuk Dan Andika hanya terus melajukan motornya dalam diam.

Mereka tiba di taman dekat komplek perumahan Erica. Andika menepikan motornya. Jalanan tampak cukup sepi, waktu menunjukkan pukul set 12 malam. Sehingga jarang orang berlalu lalang melewati taman ini.

"Kok kita kesini?" Erica turun dari motor Andika

Andika tidak menjawab Ia menuntun Erica duduk di salah satu bangku taman. Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Hingga salah satu dari mereka membuka suara.

"Gimana lo bisa ada disana?" Andika memulai percakapan

"Harusnya gue yang tanya gitu. Gimana lo bisa ada disana?" balas erica dengan bersedekap.

Andika mengerutkan keningnya. "gue gak ngerti maksud lo"

"Ck! Gausa pura-pura gak tau. Padahal lo sendiri yang ngirim chat ke gue. Coba lo liat hp lo sendiri"

Andika mengambil Iphone nya dan membuka aplikasi chatnya. Dan betapa terkejutnya Andika melihat chat teratas bertuliskan nama Erica.

"Gue gak merasa kirim chat apa-apa ke lo. Seharian ini gue gak buka Hp"

Memang benar Andika setelah sampai di rumah Rian tidak menyalakan Iphone nya. Sial! Ada seseorang sepertinya ingin menjebaknya.

"Nyesel gue nyusulin lo ke tempat gak jelas gitu. Mana hampir ke tangkep polisi pula. Ck! Gila ya sekarang udah jam 12 dan gue belom balik ke rumah. Udah ah.. gue balik aja"

Erica berdiri dari tempat duduknya mengambil paper bag yang berisi buku-bukunya.

"tunggu.. gue berani sumpah demi Tuhan. Gue sama sekali gak ngirim chat ke lo bahkan ngirim lokasi tempat gue tanding ke lo. Serius gue gak bermaksud bohingin lo"

Andika memegang pergelangan tangan Erica. Erica yang melihat itu lalu terdiam, Andika yang tersadar segera melepaskan tangannya.

"Sorry maksud gue... gue gak tau sapa yang ngirim chat itu. Gue... yakin ada yang sengaja jebak gue" Andika berbicara dengan gelagapan rasa aneh itu tiba-tiba muncul saat memegang pergelangan tangan erica. Rasa yang telah lama ia pendam muncul kembali.

"Terserah lo mau ngomong apa! Gue mau pulang sekarang"

"gue anterin lo sampek depan rumah. Ayo gue anter" Andika berjalan mendahului Erica.

Mereka tiba di rumah Erica tampak lampu di rumah telah di padamkan hanya lampu teras dan lampu taman yang terlihat masih menyala.

"Sorry buat yang tadi. Hampir aja gue bikin lo celaka. Dan yang lo liat di arena tadi gak sengaja, gue juga gak kenal sama tuh cewek sama sekali." Entah mengapa Andika perlu menjelaskan perkara kecupan mendadak itu kepada erica.

Erica menghembuskan nafas. Sungguh ia ingin memarahi Andika yang hampir membuatnya tertangkap polisi. Namun rasa kepada andika masih sama seperti dulu lah yang membuatnya luluh dan mau memaafkan andika.

"hmm.. Iya udah gue maafin. buruan pulang sana. Hati-hati"

Seulas senyum muncul di wajah Andika. Ia Memandang Erica tanpa mau melepaskannya. Sungguh rasa yang telah lama ia kubur pada akhirnya bangkit kembali.

"Oya Er.. besok senin berangkat sekolah, mau gak gue jemput?"

The Feeling [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang