Bagian Satu

14.1K 538 7
                                    

Suara derap langkah kaki memenuhi lorong kantor lantai 10 gedung Putra Grup. Pemilik kaki itu adalah Nagendra Dhananjaya Putra, sang Chief Marketing Officer. Pria itu tampak sibuk menyahuti ucapan seseorang yang berada di sambungan teleponnya. Hubungannya dengan si handphone menjadi lengket sekali karena pekerjaannya yang sangat terikat dengan para klien perusahaan.

Mulut Gendra bahkan bisa disemuti karena terlalu manis akibat sering merayu calon klien Putra Grup. Tak jarang, akibat keramahan yang sering ditunjukkan pria itu, banyak para orang tua yang ingin menjodohkan putri mereka dengan anak kedua pasangan Valdi dan Eva Putra. Begitu pula dengan para wanita yang dengan seenak jidatnya itu main tempel macam lem fox kepada Gendra.

Tentu saja Gendra yang diluar tampak manis bak tebu itu terkadang ingin muntah karena muak. Namun, dia harus menjaga sikap. Bisa dilempar pakai lap busuk bekas pel Bi Maemunah nanti oleh sang Ayah.

Malang betul nasib gue, keluh Gendra dalam hati.

Gendra tentu menerima dengan senang hati kalau disodori bakso malang, tapi ini NASIB. Semua orang di dunia ini pasti tidak ada yang mau diberi nasib malang, meskipun itu adalah warisan yang hanya tinggal terima tanpa perlu dicari.

"Hari ini saya harus nemuin berapa orang, Trias ?" tanya Gendra kepada sekretarisnya yang nampak sama malangnya dengan dia. Perempuan itu ikut merasakan kelelahan akibat banyaknya tamu sang atasan yang otomatis membuat laporan yang harus dia kerjakan berjumlah fantastis, layaknya good day fantastic capuccino.

"Ada lima orang yang harus Bapak temui hari ini."

Gendra menghembuskan napas lelah saat mendengarnya lalu melambaikan tangan kepada Trias sebelum melangkah memasuki ruangannya.

<<<<<

Suara arahan dari photographer, jepretan kamera yang berderet serta terangnya lighting menjadi sesuatu yang tak bisa lepas dari Abrianna Fredella. Wanita berparas cantik dan bertubuh indah itu berprofesi sebagai model. Ia sudah menekuni pekerjaan ini sejak berumur 19 tahun. Dan sekarang, Abrianna sudah berumur 28 tahun. Sembilan tahun, lama waktu ia berkarir.

Tidak seperti buaya darat yang suka menghianati para wanita, si kerja keras tak pernah melakukan itu. Dulu, ketika diawal perjuangannya, Abrianna sering sekali memaksakan diri bekerja disaat ia jatuh sakit karena kelelahan. Sekarang, wanita itu sudah menjadi super model dengan bayaran menakjubkan. Banyak brand-brand papan atas yang membayarnya untuk mengenakan produk mereka dan berpose di depan kamera maupun berlenggok di atas catwalk.

Model yang lahir di Indonesia itu pindah ke Singapura ketika berumur 13 tahun bersama kakek neneknya. Orang tuanya meninggal karena kejahatan adik Papanya yang buta akan harta. Sejak saat itu, Abrianna belum pernah kembali ke tanah kelahirannya.

Siang hari ini, Abrianna sedang melakukan fitting akhir busana yang akan ia kenakan di fashion show malam nanti. Para asisten Isabella Chen, desainer yang memakai jasanya, sibuk mondar-mandir menghampiri semua model bergantian, memastikan jika ukuran pakaian yang akan dikenakan sudah pas dengan ukuran tubuh masing-masing.

Lanny, asisten yang bertugas menangani Abrianna itu kini tengah memasang senyum merekah seraya berjalan menghampiri Abrianna.

"Here your dress, Bri.Beautiful, isn't it ?"

Abrianna tengah tersenyum memandangi gaun yang kini terpajang di hadapannya.

"Yes, it is."

"It will be more beautiful when you are wearing this. C'mon, let's try."

You, From the Start - PINDAH KE KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang