Chapter 1

174 18 0
                                    

𝓓𝓲𝓱𝓪𝓽𝓲𝓴𝓾 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓮𝓼𝓮𝓹𝓲𝓪𝓷, 𝓪𝓴𝓾 𝓽𝓮𝓻𝓾𝓼 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓲𝓷𝓰𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓷𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓵𝓾 𝓽𝓮𝓷𝓽𝓪𝓷𝓰𝓶𝓾. 𝓐𝓴𝓾 𝓼𝓮𝓶𝓪𝓴𝓲𝓷 𝓶𝓪𝓫𝓾𝓴 𝓼𝓪𝓪𝓽 𝓴𝓮𝓵𝓪𝓶𝓷𝔂𝓪 𝓶𝓪𝓵𝓪𝓶, 𝓮𝓷𝓽𝓪𝓱 𝓫𝓪𝓰𝓪𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓪𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓻𝓪𝓼𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓼𝓾𝓪𝓽𝓾 𝓴𝓮𝓼𝓮𝓭𝓲𝓱𝓪𝓷. 𝓐𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾𝓴𝓪𝓷𝓶𝓾.
---------------------

10.00 A.M
Incheon International Airport, Seoul.

"Akhirnya. . ." batin seorang gadis yang mengenakan kemeja putih dan rok selutut keluar dari bandara.

"Selamat datang kemabali, Seoul~" raut wajah gadis tersebut nampak gembira. Ia mengangkat sedikit tangannya dan segera masuk ke dalam taxi dan menuju kediamannya.

. . .

Siang ini langit menggelap. Gumpalan awan berkumpul membentuk kawanan, rintikan hujan mulai turun. Gedung utama Jeon Crop. Jungkook masuk ke dalam ruangan bertulisan CEO setelah menghadiri rapat yang menurutnya membosankan. Ia mendudukkan dirinya di kursi singgasanannya, mengendurkan dasi dan memijit pelipisnya.

Jungkook menghela napas panjang. Memandang ke luar dengan engan. Enam tahun yang terasa hampa tanpa sosok gadis itu. Dipegangnya dadanya yang kembali terasa sesak.

Tiba-tiba ponsel Jungkook berdering, tak ingin diganggu ia mereject panggilan tersebut. Namun sang pemanggil terus menerus menelpon, membuat Jungkook geram sendiri dan dengan emosi mengangkat telponnya.

Jungkook : Tidak bisakah kau tidak mengganguku! Aku baru saja duduk!

Taehyung : Duduk atau merenung?

Jungkook : Tch! Apa lagi?

Taehyung : Akun hanya mengingatkan kalau minggu depan ada rapat

Jungkook : Aku ingat.

Hanya selang semenit, panggilan tersebut dimatikan.

"Orang ini, selalu saja membuat moodku bertambah buruk."

. . .





Malamnya di Skydive Restaurant.
Eunha mengedarkan pandangannya. Dan tatapan matanya berhenti tepat di sudut restoran. Pria itu mengenakan kemeja biru tanpa dasi yang melekat pas pada tubuhnya.

"Sudah lama menunggu?" sapa Eunha pada seorang pria berambut hitam.

"Tidak, aku baru saja datang" jawab sang pria.

"Mau langsung pesan sesuatu?" tanya sang pria dan Eunha hanya mengangguk.

Keheningan menyita keduanya selama 15 menit. Musik santai mengalun merdu di restauran tersebut. Eunha tak tahu harus berkata apa, sedangkan pria di depannya memang tidak banyak bicara.

"Eunha/ Hanbin," kata keduanya bersamaan.

Keduanya saling menatap, mengkodekan sang lawan untuk memulai pembicaraan terlebih dulu. Mereka terus seperti itu hingga sebuah senyum mengembang di kedua belah bibir keduanya.

. . .






Esok paginya, Eunha menghampiri sebuah minimarket yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Gadis itu mengambil sebotol air mineral dan mie instan. Tepat saat ia keluar minimarket, tubuhnya ditabrak oleh seseorang.

"Eunha?"

"Eh?"

Hazelnya membelalak. Kim Taehyung berdiri dengan mata yang sama terkejut. Napas Eunha tercekat. Lidahnya kelu tak tahu harus berkata apa.

"Hei. . . Sudah lama tidak bertemu, Eunha" Taehyung memulai percakapan.

"Begitukah?" Eunha tersenyum kikuk. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku? Baik. Kau sendiri? Datang untuk berlibur?"

"Uhm, ya. Berlibur. Aku memang sedang berlibur" dusta Eunha.

"Begitu rupanya. Mau pulang?"

"Ya. Senang bertemu denganmu, Tae" Eunha pamit, namun Taehyung mencekal pergelangan tangannya.

"Boleh aku minta kontakmu? Ada yang harus aku bicarakan."

.
.
.
.

---------------------------------------------------------------

Oke maaf melakukan perubahan mendadak karena setelah di renungkan 3 hari 3 malam sampe meditasi di wc stay wc pun kepikiran ini ff. Kalo pnya anak udah mumet , udah punya anaknya paling enak pas ending aja daripada tau2 jd anak kampang kasian anaknya di bully anak kampang 🐧

Adakah yang masih menyimak? Kuharam kalian masih menyimak karena baru liburan soalnya.

DeparturesWhere stories live. Discover now