For Earth, I Promise (part 1)

24 1 0
                                    


Tolong, siapa saja. Bumi ini sudah tidak utuh lagi. Aku merasa aku telah tidur terlalu lama. Dan aku membuang banyak kesempatan. Tapi ini sia-sia. Dan ini saatnya aku bangun. Aku perlu memperbaiki semuanya, dari permulaan.


Suatu hari. Tanggal 18 bulan XX tahun XXXX. Dunia ini sangat panas-panasnya. Asap melayang kemana-mana, polusi mencemari udara dan lingkungan, rumah kaca semakin membanyak, penebangan pohon yang membabi buta, banyak rakyat miskin yang menderita kelaparan, para kaum bangsawan yang sangat mementingkan harta, politik yang tidak memakai akal sehat lagi, banyak sekali kasus pencurian dan pembunuhan.

Sampah bertebaran membentuk gunungan tinggi dimana-mana, diterapkannya peraturan yang sudah diatas batas wajar—bahkan sudah tidak pantas dijadikan aturan yang layak untuk dilakukan, es di Antartika menyisakan beberapa hektar lagi, kebanjiran dimana-mana, kegilaan manusia di muka bumi yang sudah terlalu parah, pemerintah yang berfoya-foya, dan disinilah dia berada, di dunia yang sudah tak indah lagi. Bumi sudah tamat.

Di jalanan raya. Ada seorang pemuda yang tengah di hadang oleh preman jalanan yang memakai senjata tajam, seperti pisau, kapak, dan pistol. Pemuda itu ketakutan dan mencoba melarikan diri. Tapi preman jalanan itu tidak membiarkannya. Pistol pun ditembakkan dan tangannya terserempet oleh peluru. Tangannya berdarah banyak, terluka—tapi dia tetap melarikan diri. Dan sepertinya preman jalanan itu tidak tertarik lagi untuk menodong pemuda itu.

Di sebuah gang kecil. Gang itu sempit dan sepi—tidak ada orang. Pemuda itu melihat tangannya yang terluka dan membalutnya dengan bajunya, yang berwarna putih. Setelah itu, dia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Kalung emas dengan batu ruby berwarna merah—sangat indah.

"Kenapa? Padahal dulu, bumi tidak seperti ini. Dulu dia begitu indah, sepertimu. Batu ruby ini peninggalan nenek moyangku dan diturunkan padaku. Katanya batu ini adalah satu-satunya sisa kekayaan alam yang terselamatkan. Tapi sebentar lagi, mungkin saja akan punah juga. Semuanya sudah dipenuhi oleh gedung-gedung yang sangat tinggi. Terlampau tinggi bahkan aku tidak dapat melihat puncaknya. Pohon-pohon dan binatang-binatang sudah sepatutnya dilindungi—tapi kenapa mereka sekarang sangat terancam punah. Ada apa denganmu, bumiku tercinta?"

"Inikah caramu untuk menunjukkan padaku, bahwa harus ada seseorang yang memimpin bumi ini agar menjadi indah lagi? Atau membiarkannya saja, sementara kita menutup mata dengan apa yang terjadi di sekitar kita? Atau juga kita biasa-biasa saja dalam menyikapi ini tapi hati kita berkata lain dan itu sangat menyakitkan. Atau aku perlu mengikuti mereka? Para bangsawan gila harta itu dan terus-menerus menjatuhkan rakyat miskin dan tertawa di atas penderitaan mereka. Karena aku juga termasuk ke dalam kaum mereka. Ataukah aku berbeda? Aku sama sekali tidak mempunyai kekuatan yang kuat untuk menjalankannya. Apa yang harus kulakukan. Kenapa aku merasa sakit seperti ini?" kata pemuda itu, berbicara kepada dirinya sendiri. Dan merenungi apa yang sedang terjadi.

Dari belakangnya, tiba-tiba ada seseorang yang menariknya dari belakang. Tangan itu menariknya kebelakang dan menutup mulutnya. Ada apa gerangan? Pemuda itu tidak siap dengan kejutan setelahnya. Pikirannya sudah melayang terlalu jauh.

Pemuda itu hampir berteriak. Tapi dicegah oleh sosok yang menariknya. Setelah pemuda itu melihat kebelakang, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Rupanya itu seorang wanita! Lebih tua darinya. Apa yang akan dilakukannya? Apakah dia akan disiksa? Diperlakukan buruk? Atau hal-hal menakutkan lainnya? Yang lebih penting, apa tujuan wanita ini kepada dirinya?

"Apa yang kau laku-??" belum selesai ia berbicara, wanita itu sambil berbisik berkata, "Sshh, diam. Kamu akan mati, kalau kamu berbicara lagi. Ikuti perintahku." bisiknya. Mendengarnya membuat pemuda itu bergidik ngeri. Pemuda itu memilih diam dan mengikuti perintah wanita itu.

FOR EARTH,  I PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang