Kriiingg!!
Suara bel sekolah sudah terdengar jelas, tandanya waktu istirahat, semua penghuni kelas bergegas untuk keluar kecuali aku, aku tetap sibuk dengan soal pr matematikaku, walaupun pr tapi aku tidak mau mengerjakannya dirumah, tidak tahu mengapa, mungkin supaya dirumah tidak capek.
"Yuk kekantin!" Ajak Lia sahabatku.
Aku tetap fokus mengerjakan soal, Lia menggoyangkan tanganku agar merespon ajakannya, "sok aja duluan"
"Yaudah, mau dipesenin apa?"
"Samain aja"
Lia itu sahabatku bukan hanya Lia ada juga Nanda, kita saling kenal sejak SD, saat ini kita satu kelas dan masih duduk dikelas sembilan SMP semester akhir, iya, lagi sibuk sibuknya bimbel buat UN nanti.
Aku bergegas keluar menuju kantin karena hanya aku yang sedari tadi dikelas sendirian.
"Risya!"
Seseorang memanggilku, itu namaku tepatnya Risya Putriana. Aku berhenti, mencari sumber suara itu ketika membalikkan badan ada seseorang yang menghampiriku, dia mantan ketua osis disekolah, iya, karena sekarang udah kelas sembilan tidak disibukkan dengan organisasi lagi. Dia berkulit putih, tinggi, dan mempunyai lesung pipit, yah kalau orang orang melihatnya pasti suka, ditambah lagi dia baik dan ramah.
"Lu manggil gue?" Tanyaku setelah dia berhenti tepat dihadapanku.
"Iya, ikut gua sebentar yuk!" Ajaknya dan langsung menarik tanganku, aku refleks melepaskan pegangannya karena aku tidak biasa yang seperti itu, pegangan dengan Lia dan Nanda aja jarang sampai bisa dibilang tidak pernah.
"Oke, mau kemana?"
"Ikut aja"
Aku mengikutinya dari belakang, tidak sadar ternyata dia telah berhenti, hampir saja aku menabrak punggungnya. Aku memperhatikan sekeliling, dia membawaku ke tengah lapangan, apa yang mau dia lakukan?
Dia menatapku dengan penuh harap, tidak salah lagi aku tau dia akan berbicara apa setelah ini. Yah tatapan itu tidak aneh lagi untukku dan tidak membuatku dag dig dug gak jelas, aku tidak sombong ya, hanya saja aku sudah terlalu sering mendengar ungkapan ungkapan setelah memperlihatkan tatapan seperti itu, tapi aku tidak mau ke ge-er an mungkin dia akan melakukan hal lain tidak seperti perkiraanku.
"Sya, gua udah lama banget suka sama lu. Maukan kalo lu jadi pacar gua?" Ungkapnya. Tuh kan benar, aku mengakui kalau dia ganteng dan baik, tapi inikan sebentar lagi ujian-ujian akhir datang, orang lain yang pacaran aja kadang putus dulu kalau ujian, nanti nyambung lagi. Selain itu, aku sangat tidak berminat dengan pacaran sejak hari itu, dan perasaanku sama sekali tidak ada keinginan untuk memberikan kata ya.
"Maaf, za" jawabku sambil tersenyum. Namanya Reza.
"Maaf apa?"
"Ya maaf, gak bisa, inikan bentar lagi ujian"
"Kalo selesai ujian bisa dong"
"Gak bisa"
"Kenapa"
"Gak papa"
"Jelasin dong. Masa lu gak mau sama gua?"
"Ya gak mau. Gak usah ge-er deh. Sorry, kekantin dulu ya" kesal mendengar omongannya, jadi orang terlalu percaya diri jadinya gitu. Aku langsung meninggalkannya dan berjalan menuju kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Convince Two Hearts
Teen FictionKetika seseorang yang menutup hatinya untuk orang lain karena sesuatu... Dan ketika seseorang yang berusaha untuk membuka hati itu dengan cara dia sendiri... Satu hati yang terus menolak tapi tidak dapat mengatakannya dan satu hati yang terus berusa...