Sekarang aku dapat bernafas lega karena ujian ujian sudah terlewati termasuk UNBK yang menentukan lulus atau tidak. Hasil kelulusan belum keluar, kita harus menunggu, lama. Tapi aku yakin aku lulus.
Dua hari kemudian sekolah akan mengadakan pesta perpisahan untuk kelas sembilan. Di pesta perpisahan nanti kita memakai baju seragam khusus dari sekolah, bukan dipinjemin ya, tapi beli.
Semua anak kelas sembilan sudah menunggu nunggu tentang pesta itu, karena itu termasuk hari terakhir kita disekolah. Walaupun di ujung acara pasti banyak yang mengeluarkan tisu, iya, banyak yang menangis. Dan diujung acara juga kesempatan untuk adik kelas atau teman seangkatan untuk memberikan bunga kepada seseorang yang menurutnya sepesial untuk dijadikan kenangan dan tidak lupa juga untuk foto-foto bareng.
Aku sempat berpikir, ada tidak ya yang memberiku bunga? Atau memintaku foto bareng? Yah, teringat karena sifatku ke adik kelas terbilang cuek, tapi tetap baik kok.
Aku dan yang lainnya juga sudah menyiapkan SMA mana untuk kita sekolah nanti. Aku masuk ke salah satu SMAN favorit di Kotaku, cukup jauh dari rumahku, kalau naik angkot harus dua kali. Sekolahku berbeda dengan Lia dan Nanda, aku selalu berdoa supaya disekolah baruku menemukan teman yang baik melebihi Lia dan Nanda.
Aku sengaja memilih SMAN tersebut, karena teman seangkatanku tidak ada yang sekolah kesitu, terbilang masuk SMAN tersebut cukup sulit, jadi temanku memilih ke SMA biasa. Bukan berarti aku tidak mau berteman lagi dengan mereka, hanya saja aku ingin mendapatkan pengalaman baru dan tantangan baru yang lebih menantang untukku.
***
"Cantik sekali anak mama" puji mamahku. Karena sekarang hari perpisahannya jadi ini pertama kalinya aku pergi kesekolah dengan wajahku yang penuh make up hasil coretan tangan mamahku. Tetap natural, sesuai umur.
"Mah, ko aku gak pede gini ya" jelaslah aku tidak percaya diri, pertama kali, bayangkan.
"Gak pede gimana, ini natural kok, wajah yang udah asli cantik sih, dikasih apa apa juga tetap cantik, gak kaya yang lain kalau pake make up, kaya pake topeng beda jauh banget sama aslinya"
"Ihh mamah, gak boleh gitu"
"Iya iya, mamah salah, mamah gak ngatain orang lain kok, cuma bilang aja"
"Mamaahh"
"Udah tuh kakak kamu nungguin, nanti mamah nyusul"
"Iya"
Mamah memang gitu orangnya selalu membanggakan anaknya, sering aku peringati supaya tidak selalu membanggakanku, tapi tetap saja.
Setelah mencium punggung tangan mamahku dan pamit, aku langsung pergi ke kakakku yang sudah menunggu dari tadi, dan langsung naik kemobil, kita langsung pergi meninggalkan rumah.
"Wihh, adek kakak kok cantik gini"
"Apasih kak, malu tau"
"Pasti lelaki disekolah langsung minta foto bareng kamu, dan juga pasti dapet banyak bunga nih, jadi kakak gak usah ngeluarin uang dong buat beli bunga"
"Apasih kak, gak usah berlebihan gitu deh"
"Adek kakak udah gede aja, dulu masih bisa kakak gendong, sekarang boro-boro"
"Kakak juga udah tua aja"
"Masih 21 kamu bilang tua? Baby face gini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Convince Two Hearts
Teen FictionKetika seseorang yang menutup hatinya untuk orang lain karena sesuatu... Dan ketika seseorang yang berusaha untuk membuka hati itu dengan cara dia sendiri... Satu hati yang terus menolak tapi tidak dapat mengatakannya dan satu hati yang terus berusa...