Prolog

124 9 0
                                    

Kamu satu-satu-nya orang yang membuatku merasakan betapa indah-nya jatuh cinta dan merasakan betapa sakit-nya jatuh cinta.

Jika tahu jadi-nya akan seperti ini, lebih baik aku tidak mengenal rasa itu sama  sekali.

***

-AA Cafe-
15.35 WIB.

"Kita putus"

Dua kata yang membuat Adeeva menjatuhkan garpu-nya. Gadis berambut pirang tersebut terkekeh geli.

"Becandaan-nya gak lucu ih" ucapnya berusaha menahan suara-nya yang tercekat sambil meninju pelan bahu Alvin yang duduk di seberang meja-nya.

Alvin menangkap tangan-nya dan meletakkan-nya di meja sebelum melepas-nya. Ia menatap Adeeva dengan ekspresi tak terbaca.
"Sejak kapan aku pernah bercanda?" Pertanyaan dengan nada yang terdengar datar itu sukses membuat Adeeva tidak sanggup menahan air mata-nya lebih lama lagi.

"K-kenapa...?" lirih Adeeva menatap lelaki yang sangat di cintai-nya itu yang terlihat tenang "Kemarin kita baik-baik aja 'kan?"

Melihat itu, Alvin memalingkan wajah-nya kearah lain. Ia membuka dompet-nya dan mengambil 3 lembar uang ratusan lalu menaruhnya di meja sebelum beranjak dari kursi-nya. Ia melirik jam berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan-nya yang putih.

"Gue ada urusan. Lo bisa pulang sendiri 'kan?" Ucapnya seakan tidak peduli dengan Adeeva yang sedang terisak. Ia menghela napas berat.
"Anggap aja kita gak pernah kenal dan gak pernah menjalin hubungan" Ucapnya kemudian membalik tubuh-nya. Namun ketika ia hendak melangkah, Adeeva lebih dulu menahan lengan-nya.

"Please jelasin dulu Alvin!" Ucapnya keras membuat pelanggan lain-nya terpokus kearah mereka berdua.

"Gak usah malu-maluin! Gue bosen sama lo cewe manja." Sentak Alvin melepas kasar lengan Adeeva sebelum berjalan cepat meninggalkan Kafe ini. Tempat awal dimana mereka menjalin hubungan.

"ALVIN!!!"

***

Inilah awal konflik kisah mereka...

ADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang