Part 2

66 11 1
                                    

Sejak saat itulah adeeva menjadi pribadi yang dingin, cuek dan pemurung. Tidak ada yang bisa menggantikan alvin dihatinya sampai kapan pun.

"Adeeva, apa yang harus aku lakukan?!". Aku juga tidak mau kalau terus-terusan seperti ini. Tetapi aku juga tidak tau dengan cara apa aku harus berubah. Dia,  lelaki pertama yang membuatku mengerti bagaimana indahnya dicinta dan juga bagaimana sakitnya mencinta. Dia adalah hidupku. Jika dia meninggalkanku, lalu untuk apa aku masih di dunia? Sekarang aku telah kehilangan semangat untuk hidup. Semangat hidupku telah pergi, dia yang membawanya pergi". Ucapku dengan frustasi dan air mata yang perlahan menetes

"Adeeva, apa yang kau katakan. Tidak mempunyai semangat hidup? Hey, kau mempunyai banyak orang yang sangat menyayangi mu. Apa kau tidak berfikir bagaimana sedih dan khawatir nya kedua orangtua mu? Kau masih mempunyai aku, sahabat yang tidak akan membiarkan mu terus-menerus dalam kesedihan ini dan kau juga mempunyai banyak teman yang peduli padamu. Kembali lah seperti dulu. Jangan sia-sia kan hidupmu hanya untuk laki-laki tidak bertanggung jawab seperti dia, kumohon".

Setelah aku berfikir, ternyata apa yanh dikatakan sahabatku ini sangatlah benar. Masih banyak yang menyayangi ku, aku juga harapan satu-satu nya bagi kedua orangtua ku. Aku harus membuat mereka bangga padaku.

Mereka pasti akan sangat sedih jika aku terus seperti ini. Jika aku selalu bersikap seperti ini siapa yang akan membahagiakan kedua orangtua ku, siapa yang akan mewujudkan impian orangtua ku, masa depanku masih sangat panjang.

Alvin. Lelaki itu telah meninggalkanku. Dia mengambil keputusan itu. Aku ingin melupakan lelaki itu dan memulai kehidupanku.

Tetapi hati kecilku masih menginginkan lelaki itu. Aku tidak bisa melupakannya. Aku Masih berharap dia akan kembali padaku.

"Aku ingin berubah adibah, sungguh aku sangat ingin memulai hidupku lagi. Aku tidak ingin seperti ini terus-menerus. Namun sebagian hati kecilku masih mengharapkannya. Aku tidak bisa adibah, aku tidak bisa". Ucapku bingung dengan diriku sendiri

"Apa yang kau harapkan darinya? Dia yang menyuruhmu untuk pergi. Lupakanlah dia"

"Maaf adibah, aku tidak bisa" jawabku lagi

"Baiklah jika kau belum bisa. Aku akan terus mendukungmu dan selalu bersamamu"

Dia pamit pulang kepadaku. Aku mengantarnya sampai depan pintu utama rumahku. Lalu aku kembali ke kamarku.

****

Adeeva terbangun dari tidurnya. Dia melihat jam masih dengan sedikit mengantuk, ternyata sudah jam 16:50 WIB. Kemudian dia kebawah menuju dapur untuk mengambil minum.

Ketika ingin pergi ke kamarnya lagi, adeeva mendengar ada yang memanggil namanya dari arah belakang, ternyata papanya.

Dia melihat papa dan mamanya yang sedang bergandengan tangan di depan pintu utama karena mereka baru pulang bekerja.

Seketika adeeva merasa iri. Dia juga ingin merasakan bagaimana hidul bersama dengan orang yang ia cintai. Adeeva menghampiri orangtua nya dan mencium punggung tangan orangtua nya itu.

"Ada apa pah?" tanya adeeva pada agam-ayah adeeva

"Papa ingin bicara serius denganmu" ucap sang ayah pada anaknya itu.

"Baiklah"

Mereka berjalan ke ruang keluarga untuk membicarakan hal yang disebut penting itu. Mereka bertiga duduk disofa. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Setelah beberapa menit ayahnya menghela nafas dan mulai bicara.

"Adeeva, sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini?" tanya sang ayah yang sangat frustrasi dan sedih melihat anak tersayangnya seperti ini.

"Adeeva tidak tau pah. Adeeva tidak bisa melupakannya" jawab adeeva sambil menundukkan kepalanya.

"Papa paham kalau kamu sangat mencintai dia, tapi cobalah untuk mengerti, sayang. Papa sangat khawatir melihatmu seperti ini. Cobalah untuk berubah, sayang. Kamu putri papa dan mama satu-satu nya. Cuma kamu harapan kami, nak"

"Maafin adeeva pah, mah. Adeeva akan berusaha untuk melupakan dia dan menjadi anak yang bisa membanggakan kalian" ucap adeeva yang sedang menahan tangis karena telah membuat orangtuanya sedih dan khawatir.

Adeeva menghambur ke pelukan papa dan mamanya.

"Papa senang mendengarnya. Kamu harus menunjukkan kepada dia kalau kamu itu baik-baik saja walaupun tanpa dia"

"Iya pah. Kalau begitu adeeva ke kamar dulu pah, mah".

****

Hai aku update lagi nih
Maaf yah kalau ada salah kata
Aku harap kalian bisa suka sama cerita aku yang banyak kekurangan ini.


Vote and comment kalian sangat aku harapkan

ADEEVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang