les paradis

582 18 1
                                    


"Yeojoo,"

Mendengar namanya diucapkan, Yeojoo hanya dapat merengek pelan. Tangannya menutupi wajahnya, berlindung dari segala perhatian yang ia dapatkan. Wajahnya memerah, lembab karena peluh yang tak henti-hentinya mengalir. Seluruh tubuhnya begitu peka terhadap segalanya. Sentuhan lembut, kecupan ringan, pujian tak berujung. Yeojoo ingin menangis.

Telinganya menangkap setiap pergerakan yang memunculkan suara lembut pertemuan kulit dengan seprai katun yang begitu dingin. Suara kecupan basah dan jilatan pada kulitnya pun begitu nyaring. Ia ingin menutup telinganya, ingin menutup matanya, ingin melayukan tubuhnya agar tidak mendapatkan setiap perlakuan kasih sayang.

"Yeojoo, singkirkan tanganmu," ucap wanita itu lagi, "aku ingin melihatmu,"

Yeojoo menggeleng, terus menyembunyikan air matanya.

"Yoo Yeojoo,"

"Eonni," rengek Yeojoo pelan, "Wonhee eonni,"

"Ayo, sayang, tidak apa-apa." Tangan Wonhee yang lembut itu mulai merayap pada lengannya, berusaha menarik kedua lengannya agar tidak menutupi keindahan wajah Yeojoo. "Jangan takut, hanya aku yang akan melihat wajahmu."

"Karena hanya eonni yang akan melihatnya, maka itu aku malu," ucap Yeojoo, suaranya begitu pelan.

Wonhee tertawa pelan, mengecup perut Yeojoo yang terekspos. Kedua tangannya menyerah pada usahanya untuk memindahkan lengan Yeojoo dari wajahnya, tetapi kini ia mulai membelai pinggang mungil Yeojoo. Ia dapat mendengar rengekan dari bayi mungilnya itu, membuktikan betapa manjanya seorang Yoo Yeojoo pada dirinya. Wonhee tersenyum seraya melanjutkan kegiatannya, membuat garis tak kasat mata pada tubuh Yeojoo dengan lidah dan bibirnya.

Dari perut, sekat dada, kemudian mengecup salah satu payudara Yeojoo dengan salah satu tangannya memijat payudara yang lainnya dengan lembut. Berawal dari kecupan, ia berlanjut membuka mulutnya, melumat puting Yeojoo dan semakin membuat Yeojoo meringis dan menyembunyikan wajahnya. Kemudian, Wonhee bergerak naik, meninggalkan dada Yeojoo—dan Yeojoo merengek pelan—untuk mengecup tulang selangkanya yang begitu tegas. Sesekali Wonhee menggigit kulit tak bercela itu, menodainya dengan tanda cinta yang bermekaran dengan megah.

"Wonhee eonni," rengek Yeojoo lagi, kini salah satu tangannya meraih rahang Wonhee.

"Ada apa?"

"Pelan-pelan,"

Wonhee mengecup bibir mungil Yeojoo sambil tersenyum. Ia selalu memulainya dengan tempo yang lambat, tapi Yeojoo akan merengek, memintanya untuk bergerak lebih cepat secara tak langsung, kemudian akan merengek lagi untuk memperlambat segalanya. Yeojoo adalah bayinya yang manja dan Wonhee dengan senang hati akan mengabulkan semua keinginannya.

"Aku akan memuaskanmu dengan lembut, dengan perlahan, dengan satu syarat." Wonhee memisahkan dirinya dari lumatan bibir Yeojoo yang begitu mematikan sejenak. "Jangan sembunyikan wajahmu."

Sudut bibir Yeojoo melorot, ia merajuk seperti bayi. Walaupun demikian, akhirnya Yeojoo menurut. Ia memindahkan lengannya, membiarkan kedua lengannya terbaring dan memperlihatkan seluruh tubuh dan wajahnya pada Wonhee.

Wonhee akhirnya dapat melihat keindahan di depan matanya. Mata Yeojoo berbinar akibat air mata, bulu matanya lentik dan cantik, pipinya berwarna kemerahan bak apel kualitas terbaik, poni tipisnya melekat pada dahinya, dan bibirnya—ya, bibirnya yang begitu mungil dan menggoda—terbuka sedikit untuk mencuri napas. Ia tak bercela sedikit pun dan Wonhee ingin menghujaninya dengan pujian-pujian manis seperti madu.

"Berhenti menatapku," gumam Yeojoo, dahinya mengerut, ia kesal.

"Baiklah, baiklah," Wonhee menyeringai menaikkan salah satu alisnya dan bergerak mendekati telinga Yeojoo dan berbisik, "apakah kau siap, tuan putri?"

Gemstones Series - Sapphire ; s.hs + y.khTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang