BAGIAN 1

10.7K 402 54
                                    

Siang itu langit tampak terang karena cuaca cerah tengah menyelimuti bumi. Beberapa petani sibuk menanam padi di sawah mereka. Meski peluh tak henti menetes dari pelipis mereka dan meski keringat bercucuran bagai hujan deras di punggung mereka, mereka tetap tak bergeming. Tetap melanjutkan aktivitas bertani mereka di bawah teriknya sinar matahari yang seolah membakar kulit.

Seorang gadis tengah duduk di sebuah pondok kecil di pinggir sawah seraya mengipas-ngipasi dirinya dengan sebuah kipas kecil terbuat dari kertas. Sesekali dia mengelap peluh yang menetes dari pelipisnya dengan punggung tangannya.

Gadis itu bernama Yuren, gadis cantik berusia 17 tahun. Kecantikannya sering kali membuatnya diperebutkan oleh beberapa pria di desanya. Dia memiliki kulit yang putih bersih, iris mata berwarna biru laut yang menyejukkan disertai bulu matanya yang sungguh lentik menambah kesan indah pada kelopak matanya. Rambut panjangnya yang berwarna hitam berkilauan sukses membuat semua pria berkeinginan untuk mengelusnya. Kembang desa... itulah julukan yang diberikan penduduk di desanya pada Yuren.

Meski dia dikagumi para pria namun sebaliknya dia justru dibenci oleh beberapa wanita. Selain karena mereka iri pada kecantikannya, hal itu disebabkan karena Yuren tidak pandai dalam bergaul. Dia cenderung penyendiri dan menutup diri dalam pergaulan. Dia nyaris tak memiliki satu pun teman wanita, tapi tak terhitung banyaknya pria yang mencoba mendekatinya. Akan tetapi nyaris semua pria selalu diacuhkan olehnya.

Dia telah hidup selama 17 tahun namun belum pernah sekali pun dia merasakan jatuh cinta meski hampir setiap hari dia didekati pria-pria yang memiliki paras cukup tampan.

" Haah... gerahnya, aku tidak tahan." Gumamnya. Seraya dia berjalan menghampiri orangtuanya yang kini tengah bertani di sawah milik mereka.

Yuren memang putri dari sepasang petani, dia merupakan putri tunggal dalam keluarga itu. setiap hari dia sering menemani orangtuanya bertani meski dia jarang ikut turun ke sawah dan lebih sering memperhatikan orangtuanya sambil duduk di pondok kecil milik mereka. Orangtuanya yang sengaja meminta Yuren datang ke sawah setiap hari karena khawatir jika meninggalkan Yuren sendirian di rumah mereka.

" Ayah... ibu... aku pergi ke air terjun sebentar ya." Izinnya pada orangtuanya.

" Jangan lama-lama, cepat kembali kesini ya nanti kita makan siang bersama." Sahut ayahnya yang segera diangguki Yuren.

Dia pun kembali melangkah menuju sebuah air terjun yang letaknya cukup dekat dari persawahan.

Dia berdiri di bawah air terjun, sengaja agar tubuhnya yang bercucuran keringat terguyur oleh dinginnya air.

" Segarnya... aku harus mengajak ayah dan ibu kemari nanti." Gumamnya seraya bibir ranumnya mengulas senyum. Senyumannya yang seolah mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya termasuk seorang pria yang tanpa sengaja sedang membasuh wajahnya dengan air, tidak jauh dari air terjun.

Pria itu... Elyas Edgar seolah lupa cara berkedip ketika melihat kecantikan seorang gadis yang sedang berdiri di bawah air terjun. Pemuda berusia 20 tahun yang merupakan putra tertua dari menteri keamanan di Kerajaan Vyrria. Dia seorang pemuda yang gagah dan sangat handal dalam memanah. Saat ini pun dia singgah di air terjun untuk membasuh wajahnya setelah seharian itu dia berburu dengan ditemani beberapa pengawalnya. Wajahnya cukup tampan dengan jambang yang menghiasi rahang kokohnya, menambah kesan tegas pada wajahnya.

" Hei... kemari." Panggilnya pada salah seorang pengawalnya.

" Iya tuan muda." Sahut sang pengawal.

" Siapa gadis itu?" tanyanya seraya menunjuk ke arah Yuren dengan dagunya.

" Hmm... maaf tuan muda, saya tidak tahu. Tapi jika tuan muda ingin mengetahuinya, saya bisa menghampirinya dan bertanya padanya."

THE LADY OF ALPHA { COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang