Perempuan jelita dengan rambut hitam sepaha yang dikepang itu masih berdiri menatap langit dari jendela kayu kamarnya.
"Belum tidur?"
Aesong namanya, ia menoleh ke arah pintu kamar yang baru saja terbuka. Seorang pria tinggi gagah yang harus menundukkan kepala untuk melewati bingkai pintu itu menutup daun pintu dengan sangat hati-hati. Sesampainya di hadapan sang istri yang hanya mematri senyum seindah lukisan, diulurkan tangannya, mengusap puncak kepala Aesong penuh kasih.
"Kenapa belum tidur?" Tanyanya sekali lagi.
"Saya sedang melihat bintang." Kata Aesong.
Pria itu duduk di sisi istrinya, memandang ke langit malam yang mendung tanpa bintang, bulan saja enggan menampakkan diri.
"Tidak ada bintang." Kata pria itu terheran.
Aesong tersenyum manis,
"Ada satu, di depan mata saya saat ini."Zeus, Raja para dewa itu tak kuasa menahan gelak tawa mendengar ujaran perempuan di hadapannya. Ia meraih tangan Aesong, mengecup punggung telapak tangannya, dan berkata,
"Dari mana kau belajar hal seperti itu?"Aesong menunduk malu,
"Dari anda, Yang Mulia.""Ah." Decap Zeus begitu mengingat-ingat lagi apa saja yang telah dikatakannya pada perempuan ini.
Dielus perut Aesong yang membuncit dari luar baju tidurnya.
"Yang Mulia." Panggil Aesong.
"Ya?"
"Sepertinya bayi kita ingin segera menemui anda."
"Ya? Apa? Kenapa?" Panik Zeus.
Aesong hanya tersenyum meski peluh mulai mengucur dari pelipisnya.
"Apa kau akan melahirkan?" Panik Zeus dua kali lipat.
"Iya."
Zeus segera berlarian keluar kamar, menyuruh seorang dayang untuk memanggilkan tabib istana, lalu ia kembali menemui sang istri, merebahkannya di atas tempat tidur.
"Sayang, tahan sebentar, kau pasti bisa!" Serunya seraya menggenggam kedua tangan Aesong erat-erat.
"Yang Mulia, apabila terjadi sesuatu pada saya, tolong jaga anak kita baik-baik."
Zeus tak tahu harus berkomentar apa, ia hanya diam, mengusap air mata yang melintasi kedua pipi halus Aesong.
"Semuanya akan baik-baik saja." Ujar Zeus meski ia sudah melihat masa depan melalui mimpinya semalam, bagaimana putranya yang tampan dengan senyum secerah matahari itu akan merenggut nyawa ibunya sendiri.
"Saya akan mencintai anda, sampai akhir hayat saya, Yang Mulia."
Baru sekali kalimat itu didengar Zeus dari bibir Aesong, belum sempat membalas, tabib istana datang terburu menyeruak masuk ke dalam ruangan, segera membantu persalinan Sang Putri Raja Jinji tersebut.
Hari paling bahagia dan juga paling berduka tengah melanda istana kerajaan Zeus. Semua bunga di taman memekarkan diri untuk merayakan kelahiran putra pertama Zeus dengan manusia. Sedang hamparan langit mendung memperingati kematian Putri Aesong.
Bayi merah di atas ranjang empuk itu menghisap jempol seraya menatap sang ayah dengan kedua iris hitam kecoklatannya.
Mirip Aesong. Pikir lelaki itu sambil mengusap kepala si jabang bayi yang tak lebih besar dari kepalan tangannya.
"Ibumu lebih memilih untuk meninggalkan dunia manusia dan menyerahkan hidupnya untukku. Saat besar nanti jadilah sepertinya, pilih jalan hidupmu sendiri, Johen."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Wonders (세븐 원드스) 🔞
Fantasy7 makhluk ajaib bersama segala kesempurnaan mereka berusaha hidup berbaur dengan manusia. Kelemahan, kata yang mustahil masuk dalam kamus mereka, namun apa jadinya bila kelemahan tersebut muncul hanya gara-gara satu makhluk beridentitas 'wanita'? Ap...