Oracle Man

1.4K 92 41
                                    

"Kamu terlalu banyak bersedekah,"

Pejabat tinggi yang bulan depan akan mencalonkan diri sebagai pemimpin daerah, datang pada seorang 'ahli ramal' yang katanya paling hebat dalam urusan membaca nasib serta peruntungan. Tapi hal yang baru saja diucapkan pria jangkung berbahu lebar itu membuatnya sedikit yakin bahwa si peramal tak memiliki kekuatan seperti yang dibesar-besarkan orang.

Dari balik tirai tipis itu, si peramal sepertinya sedang menertawakannya, tawa sumbang yang entah kenapa lumayan mengganggu, tidak enak didengar, seperti suara mendecit karet dari alat pembersih kaca.

"Aduh duh, tak kuat lagi aku melihatnya." Gumam si peramal.

Pejabat itu mengernyitkan kening dan menarik tangan yang sudah beberapa detik bersedia ia ulurkan pada si peramal yang katanya akan membaca garis tangan. Bohong, ia sudah dibohongi oleh pria muda-sepertinya bakal sangat tampan kalau menunjukkan wajah-yang mengorek uang pejabat dan konglomerat seluruh penjuru negeri ini.

"Anda sudah membual, kan?" Tutur si pejabat mundur menjauh.

"Hohoho... Maksudku, kamu terlalu banyak bersedekah pada para perempuan penghibur itu, padahal mereka seusia putri bungsumu."

Suara decapan bibir si peramal yang tidak habis pikir menggema di seluruh ruang sempit khusus yang didesain untuk menjalankan praktik pekerjaan luar biasanya.

Si pejabat berdehem pelan, wajahnya mendadak pucat.

"Jangan mimpi kamu mampu memimpin para manusia dengan akhlak rendahan begitu."

Sekarang si peramal bersuara dengan serius, sampai membuat pejabat itu merinding mendengar suara beraura gelap dengan nada yang terdengar mengecam sekaligus merendahkan.

"L-alu saya harus bagaimana, tuan?" Tanya pejabat sambil meremas jari-jemarinya sendiri, sekarang ia sadar bahwa pria di balik tirai itu bahkan memiliki energi untuk bisa langsung membunuhnya di tempat.

"Hm..." Pria peramal nampak berpikir sejenak.

"Ah!" Tiba-tiba ia memekik keras sambil menjentikkan jari.

"Ya, Tuanku?"

"Putri sulungmu punya pacar, kan? Yang tidak kamu restui itu, loh."

Pejabat terhentak mendengar pertanyaan si peramal, kemudian ia mengangguk keras,
"Benar sekali, tuan. Bagaimana anda bisa tahu?"

Peramal menggeleng-gelengkan kepala,
"Kamu rupanya masih meragukan kemampuanku."

"Ti-tidak, tuan! Mana berani saya begitu?" si pejabat kelagapan.

"Yah, pokoknya, kamu restui saja hubungan putrimu dan pacar miskinnya itu."

Sekarang si pejabat mengernyitkan dahi kebingungan,
"Maaf, tuanku?"

"Begini ini, bukan hanya tidak ada akhlak, kamu juga dungu dan kurang teliti. Mana bisa orang bsepertimu mau jadi gubernur? Cih..."

Si pejabat menggaruk tengkuk kikuk,
"Maaf, tuan, tapi saya sungguh tidak bisa memahami ucapan anda. Bagaimana saya harus menyetujui hubungan putri saya dengan gelandangan yang bahkan cuma tinggal di apartemen bawah tanah itu?"

"Kamu tuh kelewat bodoh. Harusnya kamu sewa agen detektif yang lebih andal dong untuk menyelidiki pacar putrimu. Duh, bodoh ah, aku tidak mau terima klien sepertimu. Lebih baik kembali dengan isi kepala yang sudah terisi. Sana pergi."

"Tapi, tuan-"

"Terserah kamu, aku ada urusan penting setelah ini."

"Saya akan bayar 2 kali lipat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 Wonders (세븐 원드스) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang