"Richard, bagaimana keadaan di Antartika?"
Lelaki bersurai perak itu memandang alat komunikasi sihir yang menunjukkan wajah sumringah seorang pria paruh baya.
Sembari menuang segelas cairan merah kental dari botol, Richard mengusap hidungnya dan menjawab,
"Dingin."Pria berjubah bulu hitam yang bergerak bagai hologram di seberang sana tampak tak puas dengan jawaban putranya, ia bahkan mendesah berat.
"Susah bicara dengan anak cerdas sepertimu. Yah, pokoknya, ayah sudah tahu kalau sepertinya di sana aman."
Richard menegakkan punggung,
"Saya bahkan tak bilang apapun, bagaimana Yang Mulia langsung berpresepsi seperti itu?""Melihatmu duduk sambil menyesap darah beruang kutub seperti itu, bukankah sudah menjelaskan betapa amannya kondisi di sana putraku? Hohoho..."
Richard mendesah pelan kemudian,
"Saya pamit,"Ia menakan tombol di sudut meja, mematikan alat komunikasi sihir tanpa berniat memberikan salam perpisahan lebih hormat sedikitpun pada ayah yang sudah 4 tahun lebih tidak ditemuinya. Ketidaksopanan pewaris takhta ini semua berkat raja klan Ómorofiá itu sendiri, raja mengirim putra tunggalnya untuk ekspedisi ke daerah-daerah klan mereka yang belum terjamah oleh manusia. Tentu saja, Raja bisa mengirim ajudan terpercayanya untuk hal yang cukup berbahaya dilakukan oleh pewaris tunggal, tapi Sang Raja tak mau anaknya cuma melakukan hal-hal keren sebelum mengambil alih kerajaan, menurutnya Richard harus merasakan manis pahit yang dialami oleh klan mereka sebelum berperan sebagai pemimpin.
"Pak tua gembul itu," Gerutu Richard sembari meletakkan gelasnya yang sudah kosong ke atas meja.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu yang tergesa tak membuat Richard kaget lagi, sudah ketiga kalinya hari ini. Ia memutuskan untuk membuka pintu itu sendiri, membuat pengawal yang mengetuknya mematung di tempat.
"Ada apa lagi?"
"Putra Mahkota, maaf saya telah mengganggu jam istirahat anda. Itu, keluarga Baron Heizt dan Baron Trouvan..."
"Bangsawan-bangsawan rendahan itu mengacaukan kota lagi?" Decak Richard tak percaya.
"Bikin kesal saja," Cibirnya lalu mengambil jubah dan mengenakannya sambil berjalan cepat keluar ruangan. Mulutnya terus mengucap sumpah serapah pedas pada makhluk-makhluk yang tak pernah membiarkan hidupnya tenang barang sebentar saja.
Beberapa pengawal mengikutinya dengan langkah tegang dengan bibir komat-kamit memanjatkan doa pada dewa agar tidak ada darah mengalir di hari yang cerah ini.
Sesampainya di lokasi kejadian, mata Richard tak berhenti memindai kehancuran yang dibuat oleh kedua putra bau kencur dari bangsawan rendahan congkak itu. Sebelum sampai, ia mendengar bahwa semuanya hanya karena mereka berebut spesies burung hantu yang katanya hanya ada satu di dunia.
"Berhenti, bangsat!"
Teriakan Richard membuat semua orang di tengah hutan bersalju itu membeku di tempat, tak ada yang berani mengangkat wajah mereka, takut, ngeri, bergidik, dan tentu saja karena wajah mereka bakal terlihat seperti cumi-cumi di samping calon raja itu.
Langkah kaki yang mantap itu berhenti di depan sangkar emas seekor anak burung hantu berbulu putih yang menjadi tokoh utama hari ini. Si burung meringkuk ketakutan ketika jemari Richard menyentuh salah satu pilar sangkarnya.
"Kenapa hutan yang indah ini harus hancur karena makhluk mungil sepertimu?"
"Paduka Putra Mahkota, mohon ampuni hamba yang berdosa ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Wonders (세븐 원드스) 🔞
Fantasy7 makhluk ajaib bersama segala kesempurnaan mereka berusaha hidup berbaur dengan manusia. Kelemahan, kata yang mustahil masuk dalam kamus mereka, namun apa jadinya bila kelemahan tersebut muncul hanya gara-gara satu makhluk beridentitas 'wanita'? Ap...