Sijunjung, Jumat 23:15Malam ini entah kenapa hati upiak gelisah tak menentu. Serasa ada yang mengganjal didalam dadanya. Kalau diingat semua tugas telah ia kerjakan hingga pukul 8 malam bahkan ia kini tengah bersiap untuk tidur.
Apa ada hal yang ketinggalan olehnya. Mungkin saja ini ada kaitannya dengan Uda Buyung, Uda yang telah singgah dihatinya.
Sejak pagi sampai sekarang ia tidak chat dengan Buyung, biasanya Uda Buyung akan chat setiap saat.
Ingin Upiak mengabari dulu, tapi ini terasa aneh. Dia juga pernah menghubungi duluan, tetapi rasa gugup membuat Upiak tidak bisa menyentuh Hpnya.
Lama bergulat dengan hati dan fikiran tiba-tiba Hpnya bergetar.
"Assalamualaikum dek"
suara Buyung terdengar tidak seperti biasanya."Wa'alaikumssalam uda, uda belum tidur udah malam nih"
"Gimana ya dek.. "Suara diujung sana masih terdengar gelisah
"Ngomong aja uda, lagian adek juga belum tidur belum ngantuk"
Walau tidak terdengar jelas, Upiak tahu bahwa disana Buyung sedang gelisah.
"Tahan emosi dulu yah"
"Apaan sih uda, gaje"kekehan Upiak. Sebenarnya perasaan Upiak juga di landa kekhawatiran takut hal yang tidak ingin didengarkannya terucap oleh Buyung.
"UDAMAUPERGILAGIKEMEKKAHBUATBELLAJARLAGI" ucapan Buyung dengan kecepatan penuh
"uda ngerap, ngak ada yang jelas apa yang diomongin uda"
"Dengerin ya baik-baik"
" ini adek dengerin uda"
"Uda mau pergi ke Mekkah. Uda dapat beasiswa S2. Orang tua udah setuju sama kalau uda ambil kesempatan itu. "
"Jadi uda telepon adek malam-malam mau kasih tahu adek berita ini?? "
"Iya dek, maaf yah kasih tahunya dari telepon soalnya subuh nanti udah mau berangkat."
Kekhawatiran Upiak ternyata benar.
"Uda kenapa seperti ini? uda ngak ada peduli sama hal yang kita bahas dulu? Kenapa malah berita ini yang adek dengar"
"Uda mau langsung beritahu adek, tatap muka ngomong baik-baik, tapi orang tua uda udah urus hal ini sampai uda ngak bisa nolak"
Pecah sudah tangisan Upiak, ia ingin semua hal yang didengarnya adalah kebohongan Buyung.
"Uda senang yah adek jadi begini"
"Ngak ada niatan sedikitpun terlintas dipikiran uda buat adek menangis"
"Tapi adek ikut senang walau hati adek hancur"
"Adek tahukan uda merasakan hal yang tidak pernah uda rasakan, uda merasa bahagia tanpa sebab sedih tanpa sebab dan bersyukur atas adek yang pernah menemani uda"
"Walau kita berpapasan hanya menundukkan mata tak berani berbicara, komunikasi kita melalui chat. Uda harap adek tidak melupakan ini semua. "
Upiak rasa dia yang paling kecewa ingin marah dan merasa sedih yang luar biasa. Upiak tidak pernah tahu kalau Buyung sedang menahan sesak di telepon. Ujar tangisannya tidak terdengar.
"Uda, bukan seperti ini perpisahan yang adek inginkan. Tapi, adek tetap bersyukur bisa mendengar suara uda terakhir kalinya"
"Terima kasih dek terima kasih. Jaga diri baik-baik adek, uda tutup dulu Assalamualaikum dek"
"Waalaikumssalam uda Buyung"
Upiak baru saja menemukan seseorang yang membuat dia bahagia. Upiak ingin mempertahankan kebahagiaan itu. Upiak seakan buta kalau bahagianya hanya sebatas semilir angin, ada tapi hanya pernah lalu.
Buyung pemuda yang ia tahu dari suara adzan yang sangat khas membuat siapa saja akan rindu adzan itu.
Suara terakhir Buyung menyadarkan ia bahwa ini bukan akhir Upiak dan Buyung. Ini hanya proses perjalanan, masih panjang kisah yang akan mereka tempuh. Upiak percaya akan hal itu.
Upiak ingin membuktikan hal itu, ia percaya kalau ia sabar menunggu hal indah akan menghampirinya.
*****
