Satu

179 8 1
                                    

"Menurut lo, antara Via Vallen sama Ayu Tingting siapa yang bakal jadi penyanyi dangdut paling ngetop ?" Mukhlis bertanya diantara suara nya yang nyaris sempurna untuk ukuran laki-laki dewasa. Gue lirik Mukhlis yang duduk disebelah gue. Jari telunjuknya diantuk-antukan pada meja kantin. Dahinya yang lebar berkerut seperti sedang berpikir keras bagaimana caranya biar pinguin bisa terbang.

"Lah nape jadi ngomongin itu sih ?" alih-alih menjawab gue malah balik nanya. Kesel juga nih sama anak satu, jelas-jelas tadi kita lagi ngomongin Vania anak fakultas sebelah yang cantiknya minta di'keremin' di kamar tujuh hari tujuh malam.

"Ck, nanti malem ada SCTV Awards si Via sama Ayu masuk nominasi itu." katanya.

"Lo norak banget sih, yang kaya gitu dipikirin. Remot di kost an belum ketemu, jadi lo nggak bakal bisa nonton." kata gue.

Iya remot tv kost-an mereka nggak tau kemana udah seminggu ini ngilang gitu aja. Tv nya juga LED jadi nggak ada tombol-tombol channelnya. Selama seminggu belakangan channel nya stuck di Indosiar. So kalian pasti bakalan tau apa aja acara yang gue dan mereka tonton di channel itu kan ? Yeps, dimulai dari Mamah dan Aa, Sinetron Hidayah, Gossip, Jeng Patrol, Pintu Berkah, Mikrofon Pelunas Hutang, dan berakhir dengan Dangdut Academy. Sialan memang.

"Iya ya, dah ah gue mau cabut." kata Mukhlis, beranjak dari meja kantin dan melengos gitu aja ninggalin gue. Gue cuma bisa menatap nanar kepergian Mukhlis yang kini sudah menghilang diantara kerumunan mahasiswa. Gue sendirian, eh enggak masih ada jejak Mukhlis disini, sepiring bakso tahu dan segelas es teh manis yang kini tinggal bumbunya. Ah bedevah si Mukhlis, ujung-ujungnya gue yang bayar kan ?!

Sebenarnya gue ada bimbingan skripsi hari ini, tapi dosen pembimbingnya masih ngisi kelas, jadi daripada luntang-lantung nggak jelas, gue milih tetap nangkring disini. Di jam-jam segini biasanya banyak mahasiswi yang ke kantin, lumayan eye cathcing. Tapi hari ini kantin lumayan sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang stay disini dan mereka mahkluk ber-testis semua. Shit, mungkin ini masih terlalu pagi untuk sekedar eye cathcing.

Gue merogoh ponsel yang sedari tadi sembunyi dibalik saku jaket bomber gue, nyari headset di ransel dan menghubungkannya ke ponsel. Gue buka aplikasi JOOX, buka playlist offline, nyari lagu-lagu JET di random playlist gue. Nihil. Gue udah berkali-kali scroll atas bawah tapi tetep nggak satu pun gue nemu lagu milik JET
Gue scroll bawah sekali lagi.

Jaran Goyang, Bojo Galak, Egois, Tiada Guna, Juragan Empang, Kandas, Pertemuan, Edan Turun ...

W h a t   the   fuck ?!

Kampret si Mukhlis, ini pasti kerjaan dia cuma dia nih yang doyan banget sama lagu-lagu dangdut.
Hampir tiga tahun lebih gue kenal sama Mukhlis, dan selama itu pula gue di cekokin lagu-lagu dangdut sama dia.
Harapan ingin menikmati lagu-lagu dari JET kandas sudah, pasalnya kuota gue juga lagi patah-patah alias cuma pake paket chatting, padahal nggak ada yang chat sama sekali. Kini gue percaya satu hal, 'hidup hampa tanpa paket kuota'.

"Om PW om." suara bass yang sudah gue hapal milik si Alam menggema diantara rambut dan daun telinga gue. Dengan wajah tengilnya dia ngomong kaya gitu,  nawarin PW alias Pendamping Wisuda.

"Vangkee !!" seru gue, eh dia malah cekikikan dengan mendaratkan lengannya dibahu cewek yang lumayan cantik. Cewek baru lagi ?

"Nape si lu boy, plenga-plengo sendirian. Rambut di urai gitu, gue kira tadi si Neneng kunti kantin, eh tau nya ..." Alam menggantungkan kata-katanya, bikin gue penasaran.

"Tau nya apa ?" tanya gue nggak kalem.

"Hehe nggak deng, duluan ye si sayang pengen lunch katanya." kata Alam sembari menaik turunkan alisnya yang super tebal kaya semak belukar. Gue malah mengalihkan pemandangan ke arah lain, males liat muka si Alam. Sebelum beranjak pergi, si Alam sempet-sempetnya noel dagu gue. Heh dikira gue cowok apakah ? Sheh, kibas rambut !

Runaway 21' (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang