Dua

65 7 0
                                    

Pukul 2 malam kita bertiga masih bakar cerutu. Kalian boleh sebut kita mahkluk nokturnal. Ya semacam vampir atau sejenisnya, tapi ya beginilah kehiduoan kita bertiga yang nggak bisa tidur di bawah jam 12 malam.

"Sa, lu udah berapa lama jomblo ?" tanya Alam tiba-tiba. Sebelum jawab pertanyaan, gue hembuskan asap rokok yang baru saja gue sesap.

"8 bulan." gue meringis saat menjawabnya.

"Kalo elu, Lis ?" tanya Alam pada si ganteng.

"2 tahun." jawab Mukhlis santai tanpa ada beban. Busetdah 2 tahun, gue aja yang baru 8 bulan udah nggak semangat hidup.

"Jadi disini, cuma-gue-yang-nggak- jomblo ?" tanya Alam tengil, dengan penekanan di setiap untaian katanya.

Mukhlis mengedikkan bahunya tak acuh, sedangkan gue memutar bola mata malas.
Alam dan sifat narsis nya memang sudah mendarah daging dari orok.

"Emang lu nggak lagi deket sama siapa gitu ?" tanya Alam, mimik wajahnya mulai serius.

"Ya ada yang deket tapi males ah nggak sreg gue." jawab gue, emang gue lagi deket sih sama beberapa cewek sering chat an juga tapi ya gitu nggak sreg.

"Nggak cocok maksudnya ?" Alam kembali bertanya, kini bibirnya mengapit sebatang rokok yang belum menyala.

"Bisa dibilang."

"Jangan mencari kecocokan, tapi pahami perbedaan." bukan itu bukan kata si Alam, runtuh dunia kalau dia bisa bijak kaya gitu. Itu si Mukhlis yang ngomong.

"Jiaaahhh mendadak wise man lu." seru Alam.
"Eh tapi bener juga apa kata Alam. Menurut penglihatan kacamata gue ya, lo itu terlalu idealis Sa."

"Maksudnya ?" gue bingung, nggak ngerti.

"Ya lo cowok yang idealis, apa-apa harus ideal termasuk urusan cewek. Tipe lo cuma stuck di Kartika lebih jelasnya lo terlalu menilai fisik." Alam menjelaskan panjang lebar, gue merenung seketika. Emang iya gitu ?

"Exactly. Coba lo rendahin dikit sifat idealis lo itu. Nggak semua cewek punya fisik se sempurna Kartika." Mukhlis menambahkan. Gue mikir lagi, mencoba untuk mencerna kata-kata kedua sahabat gue ini.

Emang sih gue akui, menurut gue fisik itu penting. Tapi serius deh fisik bukan ada di list nomer satu, buktinya gue masih terima Kartika apa adanya meskipun wajahnya jerawatan. So, gue bukan cowok idealis dong ?

Gue memejamkan mata tak menghiraukan Alam dan Mukhlis yang sudah ngobrol ngalor ngidul. Kembali, gue memikirkan apa kata mereka berdua tadi. Gue cowok idealis ? Tapi kenapa gue nggak ngerasa ya ? Ah tau lah pusing gue.

👣👣👣

Kok cuma segini ???!!!

Sudah kubilang kan cerita ini jangan dibawa serius, pokoknya jangan. Ini aku cuma nge publish yg ada di draft aja tanpa editing apa2, jadi ya gini deh hehe.

Love,
Pleiades

Runaway 21' (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang