Scattered Glass [1]

3.7K 463 47
                                    

Warning!

Pembawaan cerita ini akan berbeda dibanding cerita yang lain, menggunaan pembawaan cerita mirip dongeng. Jika tidak menyukai dongeng atau narasi yang mendominasi cerita...

Maaf, kalian sudah melangkah masuk. Gerbang keluar sudah tertutup.

---

Tahun itu, musim semi akhirnya datang. Setelah hampir tiga tahun terlewat dengan musim semi yang gagal, Kerajaan Bulan akhirnya bisa menikmati bunga-bunga yang bermekaran. Di tahun itu pula seorang gadis memekarkan usianya yang baru, dengan mimpi-mimpi baru yang dia tumpuk ke daftar impian terpendamnya.

Penduduk sekitar mengenalnya sebagai Sena, si gadis berambut hitam dengan senyum manis, terlahir sebagai putri bungsu dari pasangan penasehat kerajaan. Hidupnya sederhana, namun bahagia. Susu madu buatan ibunya merupakan hal yang paling dia sukai. Tapi sayangnya, kebahagiaannya diambil begitu saja setelah wabah kelaparan menjajah. Kedua orang tuanya tidak dapat bertahan, namun kasih sayang mereka menjamin Sena dan kakaknya untuk hidup.

Sepuluh tahun, Sena dan kakaknya, Seokjin, berhasil hidup berdua. Seokjin tumbuh menjadi seorang pemburu yang handal, dan Sena hidup sebagai seorang wanita penjaga rumah. Wanita penjaga rumah sekaligus pesuruh Seokjin.

Tidak ada yang tahu pasti mengapa Seokjin tiba-tiba berubah. Beberapa orang menyimpulkan senjata dapat membuat keagresifan seseorang bertambah, dan sebagian lagi menyimpulkan kepergian kedua orang tua mereka membuat Seokjin berubah.

Semua orang sadar akan perubahan Seokjin, namun jelas tidak ada yang lebih tahu akan hal itu kecuali Sena sendiri. Seokjin yang dulu sering memeluknya kini selalu berteriak padanya, tangan siap menampar Sena kalau makanan terlambat disajikan tiap kali dia berburu, atau mengurung Sena di gudang tiap kali dia membawa wanita-wanita tanpa nama ke rumah.

Sena sebenarnya sudah 17 tahun, dan dia sudah layak untuk memilih hidupnya sendiri. Sayangnya Seokjin tidak pernah membiarkannya untuk pergi. Dia membutuhkan seorang adik untuk menjadi pesuruh di rumah.

Tumbuhan tumbuh subur di musim semi tahun itu, dan makanan sebenarnya terjamin. Tapi Seokjin dan tumbuhan bukanlah sahabat karib, dan Seokjin selalu menyantap daging. Terkadang Sena mencoba untuk memandangi kakaknya, takut kalau-kalau giginya berubah menjadi binatang buas karena terlalu terbiasa menjadi manusia karnivora.

Di hari ulang tahunnya, Sena tidak bisa berharap akan banyak kebahagiaan. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa untuk tidak berharap. Tapi hari itu, sebuah kebaikan kecil yang dia perbuat memberinya sebuah harapan kecil.

Sebelum matahari terbenam, Sena keluar untuk membuang sampah-sampah dapur. Di sanalah dia melihat seorang kelinci seukuran labu, terdengar berteriak dengan kakinya yang terjebak di perangkap yang dibuat Seokjin di sekitar rumah. Kelinci itu berwarna putih bak salju namun tidak terlalu berisi. Mengingat Seokjin yang masih tidur di ruangan, Sena memberanikan diri untuk membantu si kelinci lepas dari perangkap.

"Kau begitu baik, Nona," kata si kelinci begitu lepas. Kakinya melompat ke pangkuan Sena.

Sena mencoba untuk tersenyum, sayangnya senyumnya terlihat aneh. Oh, mungkin itu karena dia sudah terlalu lama tidak melakukannya. Tidak pernah ada alasan bagi Sena untuk tersenyum lagi.

Kesedihan itu seolah tergambar begitu jelas, membuat sang kelinci memandanginya dengan lamat, sebelum akhirnya berucap, "Apa yang membuatmu sedih, Nona? Sebegitu sedihkah hidupmu sampai-sampai kau tak bisa tersenyum padaku?"

"Kebahagiaan itu tidak ada," kata Sena, "dan aku tidak akan bahagia."

"Kenapa kau berpikir begitu?"

Ravens of AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang