Perubahan paling pahit yang dialami Taehyung Deva beserta adiknya, Taeri, dalam hidupnya dimulai dari kedua orang tuanya yang meninggal. Kehilangan figur paling penting dalam hidup membuat kedua kembar ini menjalani hidup yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Mereka harus terbiasa untuk melakukan semuanya sendiri dan hidup tanpa adanya figur yang bisa menuntun.
Beruntung, penduduk Kerajaan Bulan cukup murah hati, membuat Taehyung dan Taeri tidak harus bekerja keras di umur mereka yang baru 6 tahun. Kehilangan kedua orang tua tidak membuat keduanya kelaparan. Penduduk desa memberi Taehyung dan Taeri makan, mengajari mereka kemampuan-kemampuan dasar yang bisa digunakan untuk bertahan hidup seperti berburu, memasak, sampai menanam. Meski tidak mudah, tapi Taehyung dan Taeri beruntung. Mungkin itu juga karena kedua orangnya tuanya yang cukup terkenal. Keturunan Deva memang terkenal sebagai pembuat manisan ternama sekerajaan.
Tahun demi tahun berlalu, dan keduanya tumbuh besar menjadi sosok yang tak kalah menyenangkan dengan kedua orang tuanya. Taehyung tumbuh menjadi pemburu handal dan Taeri berkembang menjadi gadis cantik yang manis, menjadi pembuat permen yang semanis senyumannya. Penduduk menyukai mereka.
Kehidupan di desa terasa nyaman dan tenang, ditemani dengan permen dan kue-kue buatan Taeri yang memberi kesenangan tambahan. Sayangnya, semua itu tidak bertahan lama.
Tepat sebulan sebelum musim dingin tiba, perlahan penduduk demi penduduk hilang. Anehnya, hanya orang tua yang hilang. Hal itu semakin lama meresahkan, dan penduduk meminta Taehyung dan kumpulan pemburu lainnya untuk menyelidiki kasus itu.
Terhitung sudah tiga hari penyelidikan berlangsung, tapi Taehyung tidak menemukan apapun. Bahkan tidak ada tanda-tanda binatang buas di sana. Yang lebih aneh lagi, tidak ada tanda-tanda keberadaan penduduk yang hilang.
"Jangan-jangan ada penyihir." Satu pendapat itu membuat penduduk semakin gempar dan ketakutan. Dan jujur saja, Taeri pun merasa ketakutan. Dia cemas kalau-kalau Taehyung akan ikut hilang karena mencoba mencari sesuatu yang berbahaya.
Itu sebabnya Taeri membuat jubah-jubah yang dirajut dari bulu domba, dan menaburkan gula serta kue buatannya di sana.
"Kenapa kau lakukan ini, Taeri?" tanya Taehyung ketika Taeri memintanya untuk membawa jubah-jubah itu untuk dibagikan kepada pemburu lain yang akan meneruskan penyelidikan hari ini.
"Satu buku Ibu bilang, sesuatu yang manis akan menjauhkan penyihir. Aku ingin kau aman," jawab Taeri.
"Apa kau khawatir aku akan mati di tangan penyihir?"
"Ya. Dan aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi. Tinggal kau yang aku punya."
Itu kata-kata yang manis. Sangat. Taehyung memberikan satu pelukan pada Taeri, begitu erat. Entah kenapa Taeri tidak menyukai ini, seolah-olah ini menjadi pelukan terakhir yang akan Taehyung berikan padanya.
"Berjanjilah kau akan pulang sebelum matahari terbenam, Taehyung." Suara Taeri terdengar begitu menuntut, membuat Taehyung tertawa.
Taehyung kemudian meletakkan panah-panah yang dia perlukan di belakang punggung, sementara tangannya membawa jubah-jubah yang sudah Taeri siapkan. "Doakan aku. Jangan lupa siapkan permen banyak nanti malam. Aku benar-benar butuh yang manis."
"Akan kusiapkan. Tapi janji padaku, oke?"
"Oke."
Dan dengan itu, Taehyung pergi. Sebenarnya Taeri merasakan ada hal-hal yang tidak menyenangkan, namun dia mencoba menepis semua itu, memercayakan hal itu pada kembarannya. Dia tahu Taehyung hebat, dan Taehyung sudah berjanji untuk pulang. Taehyung pasti akan menepati janjinya.
Itu yang Taeri pikirkan. Itu yang Taeri coba percaya.
Sayangnya, dia lupa bahwa tak semua janji bisa ditepati. Tidak semua kepercayaan bisa dijaga.
Karena nyatanya, hingga matahari terbenam, jam demi jam berlalu, Taeri hanya bisa berdiri di luar rumah, mondar-mandir cemas, bahkan angin seolah ikut menghembuskan kegelisahannya.
Taehyung tidak kembali. Tidak satupun pemburu yang menunjukkan eksistensinya hingga matahari berganti menjadi bulan.
Dan sekalipun Taeri mencoba mengisi pikirannya dengan kemungkinan-kemungkinan positif berisi harapan yang nyaris pupus, semuanya hancur begitu saja ketika Serena, tetangganya, berlari ke rumahnya dan mengatakan sesuatu yang membuat Taeri seketika kehilangan kekuatan kakinya untuk berdiri.
"Seorang pengembara mampir tadi. Tapi saat dia melewati hutan, katanya tidak ada siapapun di sana. Semua pemburu itu hilang." []
Hayoloh, hayoloh. Kemana kalian manusia.
Anyway, here is Hansel and Gretel versi aku. Masih ada satu part lagi. Mau tebak? :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ravens of Aurora
FantasyTerkadang, kenyataan tidak seindah dongeng. Atau mungkin dongeng tidak pernah indah sejak awal. Aratakim, 2019. [Warning! This Story Might Contains Disturbing Things.]