Chapter 2

72 14 2
                                    

"Kau menangis?" ucapnya dengan lembut dan tangannya mulai mengusap air mataku. "Apa mereka mengganggumu?"

Aku tahu siapa yang dimaksud mereka oleh pria yang berdiri di hadapanku.

"Tidak. Aku hanya takut kalau kau tak datang. Kau tahu, aku paling benci kalau sendirian." Sahutku dengan nada riang. Sejak aku melihatnya datang, rasa sedih dan sendiri itu lenyap tak berbekas di hatiku. Yang tertinggal hanya kebahagiaan.

"Oh maaf aku datang terlambat. Tadi ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Bagaimana kalau kita makan. Kau belum makan kan?"

Aku mengangguk sambil menggandeng lengannya. Ia berjalan dengan sikap cueknya dan aku terus tersenyum senang di sampingnya. Scraf coklat yang kupakai menari-nari tertiup angin. Mengiringi kebahagiaanku.

Aku menatap ke sekeliling restoran. Restoran yang kami datangi adalah restoran mewah. Aku menatap pada pria di sampingku dengan pandangan bertanya.

"Aku sengaja mengajakmu ke sini. Karena disini privasi kita akan terjaga." Pria itu menarikkan kursi untukku dan menyuruhku duduk. Kemudian ia duduk di hadapanku.

"Disini tak akan ada yang berani memanggilku seenaknya. Karena mereka terlalu menjaga harga diri mereka."

"Tapi kalau aku yang berada di tempat mereka, mungkin tanpa malu aku akan menyapamu dan mengajakmu mengobrol. Aku akan melupakan harga diriku di depan orang lain." Aku tersenyum begitu selesai bicara.

Ia hanya tersenyum mendengar kalimatku. Entah mengapa aku merasa senyum itu begitu indah dan berharga untukku.

"Makanannya sudah datang."

"Wah. Ini kan udang dan cumi?" tanyaku kaget.

"Aku tahu kau suka seafood selain ikan."

Aku tersenyum, baik di bibirku maupun di hatiku. Pria di hadapanku benar-benar menyayangiku. Meski ekspresi wajahnya selalu dingin dan cuek, tapi ia selalu bisa membuatku tenang dan tersenyum.

"Oh. Ada peragaan busana rupanya." Aku menatap ke arah panggung begitu juga dengannya yang ikut mendongak ke arah panggung.

"Wah gaun itu cantik ya?" aku menunjuk pada gaun selutut dengan tali di atas bahu. Tentu saja gaun itu tanpa lengan. Gaun itu berwarna putih alami. Dengan pita besar di pinggang dengan warna samar terhias cantik di gaun itu.

"Apa kau suka?'

"Ah tidak. Gaun itu pasti sangat mahal. Sudah kita makan saja."

Ia kembali makan. Dan aku cukup menikmati udang dan cumi dengan senang. Aku tak mungkin bisa menjadi seorang putri yang minta ini itu dan langsung terwujud dengan satu kata.

"Sebentar aku mau ke belakang dulu." Ia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi. Sepuluh menit kemudian ia kembali.

"Bagaimana? Apa kau suka dengan makan malamnya?" tanyanya.

Sekarang kami tengah menyusuri jalan menuju rumahku. Ia mau mengantarku. Awalnya aku tak tega membiarkannya mengantarku, apalagi dengan berjalan kaki. Kalau orang lain mungkin aku akan langsung mengiyakan.

Tapi untuknya aku harus berpikir seribu kali. Bagaimana kalau tiba-tiba ada fans yang menyerbunya di jalan? Atau sesuatu terjadi padanya? Aku tak bisa membayangkan itu.

Tapi kemudian ia berkata padaku bahwa tidak apa-apa untuk berjalan dan mengantarkanku pulang. Karena ada bodyguard yang selalu siap menjaganya. Meski ia terlihat datang sendirian, tapi kalau terjadi sesuatu padanya, akan ada seribu pengawal yang datang tiba-tiba dan mengamankannya. Aku memang tidak pernah melihat secara langsung kejadian itu. Tapi manajernya yang mengatakannya padaku.

Ia senang berjalan dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Dan aku suka sekali menarik lengannya untuk kupeluk erat.

"Kenapa kau suka sekali melakukannya?" katanya sambil menoleh.

"Aku melakukannya agar kau tak lari." Sahutku.
Hening.

"Terkadang aku merasa takut kalau kau akan lari dariku. Meninggalkan aku sendirian. Walau sampai aku menangis darah sekalipun, kau takkan mempedulikan aku. Dan nafasku akan terasa sesak hingga aku merasakan jantungku akan berhenti berdetak lagi. Kalau aku tak melihatmu, aku merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupku. Sesuatu yang berharga, bahkan sesuatu yang bisa menyemangati hidupku jika itu ada."

Ia tersenyum.

"Kenapa? Apa aku salah merasakan hal itu?"

"Tidak. Justru aku merasa bahagia karena kau mencintaiku sampai seperti itu. Bahkan wanita yang dulu menjadi orang yang sangat spesial untukku tak pernah merasakan perasaan seperti itu."

Langkahku terhenti dan membuatnya menatapku heran.

"Apa aku bukan orang yang spesial bagimu? Apa aku cuma gadis pengganggu dalam hidupmu?"


~~~

Gantung dulu ahhh~~ hehew

Gimana sukaaa?

Vote yaa!

I Love You, Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang