vi

6.7K 1.2K 186
                                    

Ayah Jeongwoo tersedak. "Uhm. Ekhm. Cowok?"

"Ya iyalah, papa." Ujat Jeongwoo yang mulutnya masih penuh dengan mie.

"Ceritain coba. Mama sama papa kan pengen denger lingkungan sekolah kamu yang baru gimana. Gak ada tongkrongan-"

"OKE AKU CERITAIN." Jeongwoo membuka kedua telapak tangannya, meminta orang tuanya untuk tenang dan hanya mendengarkannya.

"Sejauh ini oke aja sih. Cuma kan baru hari pertama, aku belum tau banyak juga. Tapi ya itu, orang yang aku bilang tadi gangguin aku terus. Kalo misalkan beberapa hari kedepan dia bakal culik aku dan maksa aku buat jadi gak bener, atau disekap, gimana coba?!" Rentetan kata kata yang Jeongwoo ucapkan membuat kedua orang tuanya hanya menggeleng geleng kepala.

"Orang nyulik juga milih milih, nak." Ayah Jeongwoo melontarkan candaan.

"Pa, jangan gitu sama anaknya." Ibu Jeongwoo mengingatkan. " Jeongwoo, kamu kalo makan susah. Gak bakal kamu diculik." Lanjutnya.

"Ih, sama aja kalian berdua. Si Haruto itu ya, aku masih bingung dia siapanya Naruto, pokoknya dia temen sebangku aku. Kayaknya sih pentolan angkatan, mungkin sekolah. Emang ganteng-"

"Heh."

Jeongwoo berdeham. "Lebih ganteng dari aku. Dia sombong banget, ma, pa, kalian harus tau itu. Kenapa ya dia temen sebangku Jeongwoo? Aku khawatir yang dulu duduk di tempatku pindah sekolah karena gak tahan sama tingkah Haruto."

Curahan hati Jeongwoo membuat orang tuanya tersenyum telinga ke telinga. Anak laki laki kedua mereka jarang sekali bercerita tentang kehidupan sekolahnya sampai detail, seperti saat ini.

"Tapi sebenernya dia baik, kayaknya. Tadi dia bikin kesalahan, gak boleh masuk kelas. Masalahnya, dia juga jerumusin aku. Jadi aku ikut keluar kelas juga. Gimana nasib imej Jeongwoo, coba?! Anak baru udah dihukum, bareng si berandal pula."

Jeongwoo menghela nafas, terlalu lelah karena mengucapkan semuanya dalam satu tarikan nafas. Bagaimana tidak? Dia sudah sangat ingin mencaci maki Haruto sejak pertama bertemu.

"Lambemu, nang." Komentar ayah Jeongwoo.

"Jangan ngomong yang jelek jelek mulu tentang temen baru kamu itu. Gimana kalo misalkan nanti kalian jadi deket, hm?" Ibu Jeongwoo menatap lurus anaknya yang mengerucutkan bibir.

Yang menjadi pusat perhatian tidak berkata apa apa lagi. Bagaimana kalau mereka menjadi dekat?

• • •

Kami Anak Ajaib (40)

Haruto invited Jeongwoo

Haruto
dia si anak baru

Yoonbin
hm bau2 nya calon bucin

Jihoon
bacot bucin juga kan lu

Jeongwoo joined the group

Jeongwoo
hai, salken ya
Jeongwoo
thanks udh di inv

Jisun
HAIII JEONGWOO!~

Chaeyeon
ini grup kelas tlg

Jeongwoo
hai :)

Haruto
sok kece lu kadal

Mashiho
jeongwoo jangan bingung krn
member grup 40 ya, 4 akun lain
nya punya yoonbin. dia buronan.

21:03
Read by 32

Jeongwoo meletakkan ponselnya di atas meja belajar. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil mendengus melihat Haruto yang lagi lagi mengejek dirinya, dan itu di grup kelas.

"Astagfirullah, Jeongwoo. Jangan gitu. Tidak boleh menebar kebencian berlebihan. Sekarang coba kita berkomunikasi dengan Haruto, pake cara yang baik lah ya." Jeongwoo pun kembali beranjak dan mengambil ponsel nya.

Ia membuka aplikasi line, melihat notif teratas yang bertuliskan 'Haruto W. added you by id line.' Sehingga ia pun juga menambahkan Haruto di daftar teman line nya.

Jeongwoo menyender di kepala tidur sembari membuka kontak Haruto. Profile nya foto selfie bersamaㅡ adiknya? Dan background home nya hanya warna hitam polos. Sudah tipikal.

"Oke, jadi biar gue kesan nya kayak anak baik baik, ngomong apa ya?" Jeongwoo mengelus dagunya. "Ya Allah, andaikan dia bukan temen sebangku, gak bakal mau gue giniin."

Namun tanpa pikir panjang Jeongwoo langsung menyentuh logo 'chat' di profile Haruto, lalu mengetik satu kata dan menyentuh tombol kirim.

Sementara 5 blok di sebelah Barat sana, Haruto tersedak minuman sodanya saat melihat notifikasi paling atas yang baru muncul di layar ponselnya.

chairmates • hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang