xvii

5.5K 1K 273
                                    

"Rasain tuh. Gue juga bisa kali ngegodain dia." Jeongwoo terkekeh sendiri di atas motor ketika mengingat apa yang ia lakukan tadi.

Tapi kenapa gue deg deg an ya?

Senja sudah muncul saat Jeongwoo masuk ke dalam kamar. Ibu nya sudah menyiapkan makan sehingga ia bergegas mandi dan makan bersama.

"Aku naik ke atas duluan ya, udah kenyang." Jeongwoo membawa piring kotor nya ke tempat cucian piring dan menaiki tangga.

Ia berbaring sambil memainkan ponsel nya, hanya membuka tiga aplikasi yang sama. Line, Instagram dan Twitter. Namun aktivitas itu terhenti ketika di layar ponsel nya terpampang nama kontak Haruto beserta permintaan video call di bawah nya.

"Duh, ngapain sih ini orang. Udah tau lagi sakit."
Jeongwoo menggerutu tetapi memencet tombol hijau di bagian pojok bawah layar.

"EH, DIANGKAT! HALO!"

Haruto melambaikan tangan nya dengan sangat cepat di depan kamera. Jeongwoo membalasnya dengan senyum tipis. "Ngapain?"

"Gak boleh, emang? Gue bosen tau. Tau gitu tadi lo disini aja." Sosok di seberang menghela nafas.

"Ngapain ngeliatin lo tidur."

"Ya ngapain ngeliatin? Tidur juga lah sama gue."

Jeongwoo hanya mengangkat jari tengah nya di depan kamera sebagai balasan ucapan Haruto.

"Lo udah makan?"

"Gila, kok lo baik? Ya belom lah. Nanti malem."

Hening beberapa saat.

"Ngomong napa sih berasa video ngefreeze." Jeongwoo merubah posisi nya agar lebih nyaman.

Tidak seperti Haruto yang sedari tadi menaruh ponsel nya di bawah dagu, tidak tau ia bisa melihat wajah Jeongwoo atau tidak.

"Orang sakit gak boleh ngomong banyak. Eh tapi, besok gue masuk sih. Sambut gue dengan baik."

"Emangnya lo siapa? Ugay."

"Teman tercinta lo, kan."

Jeongwoo menelan ludah. "Gak. Teman terbolot iya. Ya udah, lo makan lah terus tidur sana. Kalo besok pingsan di sekolah gue geletakin, ya."

Haruto tersenyum lebar sampai mengeriputkan hidungnya, lalu mengangguk. "Oke, kapten. Sampai jumpa besok ya!"

Jeongwoo belum sempat mengucapkan selamat tinggal, tetapi Haruto sudah mengakhiri panggilan lebih dahulu. Walaupun sebelumnya, Jeongwoo memberi kecupan di depan kamera nya.

Haruto gugup.

• • •

"Raja dateng nih woi abis sekarat! Semuanya hormat!" Mashiho berteriak dari depan kelas.

Seisi kelas bertepuk tangan saat Haruto memasuki kelas dengan gaya sok keren nya, walaupun wajah nya masih terlihat sedikit pucat.

Sementara Jeongwoo hanya menggeleng geleng dari tempat duduk nya seiring Haruto berjalan. "Your best chairmate is back. How are you?"

"Bacot."

Haruto meninju lengan Jeongwoo. "Malesin."

"WOY ITU UDAH MAKSIAT AJA DI BELAKANG!" Yoonbin berteriak setelah mematikan musik.

"Lah, kan gue kangen sama teman sebangku." Haruto mencondongkan badan nya ke samping dan memeluk Jeongwoo, menepuk lengan nya.

Seisi kelas memusatkan pandangan ke Haruto yang masih menyeringai, dan Jeongwoo yang berusaha supaya wajah nya tidak tersipu malu.

Bego banget. Di depan orang orang loh ini.

"Melambung lo ya gue peluk di umum." Ucapan Haruto membuyarkan lamunan Jeongwoo. Ia memperhatikan raut wajah pemuda di sebelah kanan nya yang sedang menggulung lengan baju.

"Pede mampus. Udah diem aja deh lo."

"Ih kok jutek? Kemarin kemarin siapa coba yang ngegodain gue mulu? Siapa yang-"

Jeongwoo menatap Haruto tajam, yang ditatap hanya membuat ekspresi 'ups' dan terdiam. "Lo lucu kalo galak kayak gini. Lebih sering coba."

"Gue bilang diem."

"Kalo lo lebih sering marah-"

"Diem."

"Kan unik aja kelihatan nya-"

"Cium nih."

"Boleh."

Keduanya terdiam.

"Pake kaki." Jeongwoo melanjutkan.

Masing masing dari mereka menghabiskan 3 jam pertama dengan pura pura memperhatikan guru yang sedang mengajar Matematika.

Hingga saat bel istirahat berdering, seisi kelas mengucapkan kata syukur dan berlari keluar. Tetapi lain hal nya dengan Haruto, ia masih berkutat dengan ponsel nya di atas meja.

"Gak makan?" Tanya Jeongwoo yang sudah menggenggam dompet nya.

"Hah? Oh iya. Ya udah ayo." Haruto memasukkan ponsel nya ke dalam saku. Lalu ia berdiri dan menarik pergelangan tangan Jeongwoo.

"Gak usah narik narik. Jadi kayak anjing gue."

"Anjing kan setia."

"Terus?

"Ah, bolot."

Haruto melepas tangan Jeongwoo dan menuruni tangga lebih dahulu. Namun tiba tiba saja langkah nya terhenti, seseorang menghadangnya.

Ya elah. Dia lagi.

"INI DIA! Haru, lo gak kenapa kenapa kan? Katanya lo sakit gara gara kehujanan? Gara gara nganter-"

"Nganter gue." Jeongwoo muncul dari belakang Haruto yang sedang bingung harus berbuat apa.

"Iya tau, salah gue kok, Ryujin. Maaf ya Haruto nya jadi sakit. Tapi udah gue urusin kok dia kemarin. No need to worry about him."

Belum sempat Haruto bicara sepatah kata kepada gadis yang pernah menjadi orang penting nya itu, Jeongwoo sudah mendorong punggung nya.

Dan ia tidak memindahkan lengan nya.

"Posesif banget."

Jeongwoo memutar bola mata nya. "Alay. Dia suka gitu. Bawel. Udah ayo makan. Mau dimana?"

"Hm... Kantin rame. Kedai belakang?"

"Oke. Ayo."

Mereka berdua jalan beriringan, Jeongwoo pun tidak sadar lengan nya masih melingkar di punggung Haruto. Dan Haruto tidak protes.

Hari ini, entah kenapa Jeongwoo bersikap sangat berbeda dengan Haruto. Sementara Haruto tidak punya satu pun alasan untuk memperlakukan Jeongwoo berbeda dari sebelumnya.

Atau mungkin, Jeongwoo mempertanyakan apa yang terjadi pada jantung nya yang belakangan ini berdegup lebih kencang saat bersama Haruto.

Lain hal nya dengan Haruto, ia menyadari bahwa ia pun merasa seperti itu. Namun, ia memilih untuk diam. Tetap bersikap seperti biasa, yakin jika kedepannya nanti, sebuah cerita tentang dirinya dan Jeongwoo akan dimulai.

chairmates • hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang