3. Antara Sedih dan Bahagia

2.8K 236 36
                                    

"Jika di ibaratkan, aku siang hari dan kamu bintang. Kamu tahu bintang tidak akan terlihat indah jika berada di siang hari? karena bintang memang sudah seharusnya bersanding dengan malam."

*****

Hiks.. hiks..

Anneth terus menangis, hingga matanya terlihat sangat bengkak. Sudah dua hari Anneth mengurung diri di dalam kamarnya, rasanya tak kuasa untuk beranjak keluar karena akan terus teringat dengan kejadian kemarin malam. Bukan hanya dirinya yang kacau, tapi kamar tidurnya pun sudah sangat kacau.

Ia baru saja teringat dengan kotak kecil yang di berikan Deven, Anneth mencoba membuka isi kotak tersebut seketika air matanya kembali berjatuhan.

"Aaaarrgghh...." geram Anneth meremas keras rambutnya. Ingin rasanya ia membenturkan kepalanya ke tembok, dadanya terasa sesak, tangis penyesalan kembali menyelimutinya.

"Deven maafin gue"

"Gue nyesel Dev...hiks" tangis Anneth semakin pecah, ia membanting semua benda yang ada di sekitarnya.

Prank..!!

Dengan keras Anneth melempar vas bunga yang ada di sebelahnya kearah pintu kamarnya, untung saja tidak mengenai Charisa yang baru saja datang membuka pintu kamar Anneth.

Sontak Charisa terkejut "Astaga Anneth"

Dengan cepat Charisa melangkah mendekati Anneth yang masih menutupi tangisnya dengan kedua tangannya.

"Lo kenapa sih Neth?" tanya Charisa meraih tubuh Anneth kedalam pelukannya.

Tangis Anneth semakin pecah dalam pelukan Charisa, hingga pundak Charisa terasa basah oleh air matanya. Ia tetap membiarkan Anneth melepas semua kesedihannya, Charisa sangat mengerti dengan apa yang di rasakan Anneth meski belum tahu secara detail penyebabnya.

Anneth sedikit merenggangkan pelukannya, memberikan kotak kecil pemberian Deven pada Charisa. Charisa sempat kaget, apa maksudnya ia memberinya kotak kecil ini. Tanpa berlama-lama Charisa pun membuka kotak kecil berwarna merah itu.

"Cincin?" tanya Charisa pada dirinya sendiri.

"Maksudnya gimana Neth?"

"De-ven Cha, itu da-ri Deven" jawab Anneth di ikuti isak tangisnya.

"Sejak kapan Deven ada di Indonesia?" tanya Charisa kaget.

Anneth hanya mengangkat kedua bahunya yang turun-naik karena isak tangisnya.

Charisa memperhatikan cincin dalam kotak itu, ia mengerti maksud kedatangan Deven ke Indonesia dengan membawa sebuah cincin, mungkin Deven akan melamar Anneth, pikirnya. Tiba-tiba pandangannya beralih pada lipatan kertas putih yang menjadi penopang cincin itu, Charisa pun mencoba membukanya dan mulai membacakan isi pesan singkat tersebut.

Saat kita jauh itulah ujian untuk kesetiaan di antara kita. Dan di saat kita dekat, itulah ujian untuk perasaan kita.
Sekarang adalah saatnya untuk kita kembali bersama, dengan ikatan yang berbeda. Will you merry me?

Tangis Anneth kembali pecah, dadanya semakin sesak mendengar kalimat trakhir yang Charisa bacakan.

"Gue harus gimana Cha.." kata Anneth menyambar kembali bahu Charisa. Charisa pun bingung harus bagaimana.

"Gue tanya sama lo, lo lebih sayang sama siapa?"

"Deven..."

"Tapi gue juga nyaman sama Alde" ucapnya lagi seraya menunduk.

YOU ARE THE REASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang