×

12 2 7
                                    

Alis tebalnya bertaut tanda ia mendengarkan dengan serius, dan semakin dalam ketika ia merasa ada yang janggal dengan mimpi yang dialami pria itu.

"Burung merpati? Kau yakin itu burung merpati?"

Tanya Calum, dan Johnny meyakinkannya.

Calum bergerak tak nyaman di kursinya, pandangannya bergerak ke segala arah yang langsung disadari oleh Johnny.

"Ada apa?"

Calum menggeleng pelan, dalam hati meyakinkan bahwa ini tidak ada hubungannya sebelum mengatakan apa yang mengganggunya.

"Namaku, Calum yang artinya Dove."

Ucapnya pelan, Johnny menelan ludahnya, berusaha merangkai kata untuk menenangkan Calum.

"Tidak usah terlalu dipikirkan, aku hanya kelelahan dan sakit saja jadi mimpi aneh begitu."

Calum mengangguk mendengar perkataan Johnny, walau keduanya sama-sama tidak bisa merasa tenang.

...

Calum membuka pintu apartemennya diiringi helaan napas lelah, rasa peduli tentang hal lain selain kelelahannya berkurang drastis.

Membersihkan tubuh, memesan pizza lalu bermain video game Calum usahakan sampai tak lebih dari jam 11 malam.

Ia menatap ponselnya dengan alis bertaut, teman-temannya mengiriminya video sedang berada di club malam, video tidak jelas karena mereka mabuk, lalu bersandar di kursinya, ia cukup merindukan teman-temannya dan pergi ke tempat-tempat itu, tapi sekarang mereka terpisah cukup jauh dan Calum tidak begitu suka pergi bersenang-senang sendirian, mungkin jika nanti ia sudah bisa berteman baik dengan Johnny, Calum bisa mengajak pria itu.

Calum beranjak dari kursinya menuju kamar mandi untuk menggosok gigi meski malas karena dingin, tak ada yang menarik dari rutinitas menggosok gigi sebelum tidur ini, hingga matanya menangkap seorang wanita dengan rambut kotor kusut dan cairan putih di sekitar wajahnya, berdiri tepat di belakangnya, menatap dirinya lewat cermin berukuran sedang di depannya.

'Ctakk!'

Dilemparnya sikat gigi ke sembarang arah meski ia tak melihat kembali wanita itu setelahnya, keinginannya untuk berteriak hilang karena tersedak busa di mulutnya, sejurus kemudian Calum mengkumur mulutnya cepat dan berlari keluar kamar mandi,

Calum terkesiap karena dalam sekejap tubuhnya kehilangan keseimbangan setelah menginjak sikat gigi yang ia lempar sendiri, wajahnya membentur lantai dingin cukup keras hingga membuat hidungnya mengeluarkan darah.

"ARRGH SIAL!"

Pekiknya frustasi sambil mengusap kasar bawah hidung yang mengalir darah, sesaat ingin menantang 'makhluk' yang sudah mengganggunya untuk keluar atau menyuruhnya pergi berhenti mengganggunya, namun Calum berpikir itu mungkin hal konyol atau malah akan memperkeruh keadaan, ia tak akan tahu.

Jadi Calum hanya langsung menyelipkan tubuhnya ke dalam selimut tebal, menariknya hingga ujung kepala, disetelnya musik dengan volume cukup keras untuk mengisi keheningan kamar tidurnya.

Untuk setengah jam setelahnya, ia sudah berada di alam mimpi, Calum bersyukur ia bisa cepat terlelap, namun rasa sesak dan gerah menyelimutinya seketika ia terbangun dan membuka selimut yang telah melilit tubuhnya lalu menghela napas panjang.

Ia terdiam sebentar mengingat-ingat kejadian sebelum ia terlelap tadi, yang seketika ia sesali.

"Huh mungkin tadi itu hanya mimpi..." gumamnya menangkan diri.

Matanya tak bisa kembali tertutup, Calum sudah mencoba memejamkan matanya selama berpuluh-puluh menit namun tak bisa membuatnya terlelap malah membuat matanya pegal.

"Tidak, tidak lagi kumohon."

Calum menggeleng sambil menutup mata dan kembali menenggelamkan tubuhnya ke dalam selimut setelah melihat sesuatu seperti asap putih memasuki ventilasi pintu kamarnya.

Matanya benar-benar tak bisa tertutup seakan memaksanya untuk tetap menatap sekitar kamarnya membuatnya terpaksa menutup mata dengan kedua tangan.

Tubuh Calum bergetar hebat saat merasakan sesuatu berada di atas tubuhnya, air mata merembes membasahi telapaknya sambil terus merapalkan doa dalam hati.

"Arrkhhh." Pekik Calum saat tangan dingin mencekik erat lehernya dengan cepat, membuatnya mau tak mau membuka matanya dan mendapati perempuan menduduki tubuhnya, sebuah lidah panjang keluar dari mulut setengah sobek hendak meraih wajah Calum.

Dengan energi sedikit yang tersisa karena kurangnya udara yang masuk, Calum berusaha melepas cengkraman erat itu, akan gagal jika makhluk itu tak melepas Calum dengan sendirinya.

Calum berlari kepayahan menuju kamar apartemen Johnny sedetik setelah dirinya bebas.

'DUK DUK DUKKK!!'

Digedornya pintu dengan satu tangan sedangkan tangan satunya memegangi lehernya yang masih terasa sakit, napasnya terengah-engah hingga Johnny membukakan pintu.

Calum sudah tak peduli jika dirinya tidak sopan dan langsung menelusup masuk ke dalam apartemen Johnny begitu pintu terbuka.

Johnny yang baru bangun tidur diam saja karena belum sepenuhnya sadar apa yang Calum lakukan tengah malam begini.

"Aku.. hosh di- dicekik! Hosh... mimpimu,"

Calum berusaha mengatur napasnya sambil menjelaskan sedangkan Johnny masih memperhatikan penampilan mengenaskan tetangganya ini dengan alis bertaut,

Rambutnya lepek dan menempel di sekitar keningnya karena keringat, darah setengah kering berasal dari hidungnya tersebar hingga ke pipi, mata sembab dan tubuh bergetar hebat.

"Aku tidak tahu jika aku ingin tahu apa yang sudah terjadi padamu atau malah tidak."

•••

Buat yg mungkin bertanya2 😂 kenapa gue pake castnya calum? Kenapa ga member nct lainnya aja? Kan banyak tuh, nah ide cerita ini jga muncul karena arti nama calum, gatau kenapa tiba2 gue kepikiran ular ngelilit burung lol

Oiya kejadian yg ada putih2 keluar dari ventilasi pintu itu gue ambil kejadian beneran, GUE YG NGALAMIN walaupun gue ga yakin itu putih2 apaan wkwk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

imaginationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang