Hari Radite

234 8 2
                                    

Suasana pagi di Kusuma pura tampak indah, udara terasa sejuk, embun pagi melapisi daun-daun. Sinar sang Surya perlahan-lahan menerangi seluruh kota. Wangi beraneka ragam bunga menyebar, mengharumkan kota, menyejukkan suasana hati para penduduk.

Di kota yang indah ini, hiduplah seorang pendekar muda yang sangat berminat dengan dunia persilatan. Pemuda itu bernama Kabut. Parasnya tampan dan rupawan, rambut hitam menutupi punggung, tinggi semampai, kulit kuning langsat, busananya sederhana, hanya menyerupai pangsi tanpa kancing, warnanya seperti warna pohon. Akan tetapi, menurut penilaian gurunya, Kabut lebih pantas untuk menjadi Telik sandi.

 Akan tetapi, menurut penilaian gurunya, Kabut lebih pantas untuk menjadi Telik sandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabut Halimun

Dia belajar di perguruan Sapta Kusuma, sebuah perguruan silat yang dipimpin oleh seorang guru yang sudah sepuh, beliau dikenal dengan sebutan Ki Kuranta. Seorang kakek berjanggut panjang dan berambut kelabu, tampak seperti sudah berusia 77 tahun, namun tidak banyak keriput di kulitnya. Busananya longgar dan serba putih. Ki Kuranta menunggu kedatangan Kabut sambil berdiri di dekat gerbang perguruan.

 Ki Kuranta menunggu kedatangan Kabut sambil berdiri di dekat gerbang perguruan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuranta

Kabut berjalan seorang diri ke arah gapura perguruan Sapta Kusuma. Dari jauh tampaklah seorang guru ditemani oleh dua orang muridnya, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kabut berjalan menghampiri, dia mengucapkan salam kepada guru dan saudara-saudara seperguruan.

"Sampurasun..." sambil menempelkan kedua telapak tangan dan sedikit membungkuk.

"Rampes..." mereka bertiga membalas salam

"Apakah saya datang terlambat ?" tanya Kabut

"Tidak, kita berkumpul pada saat yang tepat" jawab Maharati

Ki Kuranta berkata kepada ketiga muridnya "Bergegaslah..., kita akan pergi ke jalan Goda"

Ketiga orang muridnya mengangguk, kemudian mengikuti langkah sang guru menuju jalan raya untuk menunggu kendaraan yang akan mengantar ke jalan Goda.

Mereka berdiri, jalan belum cukup ramai, hanya terlihat beberapa penunggang kuda besi dan bebek berlalu begitu saja.

"Ki..., apakah yang akan kita lakukan di jalan Goda ?" tanya Maharati

Pendekar Halus : Pintu NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang