Hari Anggara Kasih

27 1 0
                                    

Kabut menemani Ambarwati minum teh hijau di balai pertemuan. Di dekatnya ada Maung Bodas yang tertidur lelap bagai kucing kekenyangan. Mereka berdua menyeruput teh hijau dari cawan masing-masing.

"Bibi..., teh ini sangat enak"

"Sungguh ??"

"Dan hangat"

"Kalau aku mau, bisa saja aku memberikan kehangatan"

Ambarwati mengangkat kendi, yang keluar hanya tetesan kecil.

"Kendi ini sudah kosong. Jika aku tahu akan begini, pasti aku akan meminta Jaka untuk membawakan yang baru. Kehangatan telah sirna. Aku akan mencari Jaka" keluh Ambarwati

"Bibi..., bolehkah saya ikut ?" Kabut menawarkan diri

"Baiklah..., kau pasti tahu kemana dia pergi " Ambarwati menerima tawarannya

Kabut dan Ambarwati beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Maung Bodas yang masih terlelap karena belaian angin. Hujan mulai reda, pohon, atap, dan tanah tampah basah. Air hujan membersihkan semua itu dari debu dan kotoran.

"Bibi, kita cari Jaka di belakang asrama"

"Baiklah..."

Tanah rerumputan terasa basah. Alas kaki terasa licin. Langkah kaki pun sedikit terhambat. Dari luar padepokan terdengar suara anak-anak sedang bermain-main. Kabut melihat sekeliling. Semuanya tampak menyejukkan mata. Dia melihat Hima sedang bermain-main dengan tapak wicara. Tapak wicara itu diarahkan kemana saja. Sisa-sisa air hujan yang masih menetes membuat Hima sesekali harus mengusap kanta dengan kertas pembersih. Kabut terus berjalan diikuti oleh Ambarwati. Di situ mereka berpapasan dengan Lalita yang sedang membawa payung hitam. Lalita memberi hormat dengan menempelkan kedua telapak tangan sambil sedikit membungkuk. Kabut dan Ambarwati membalas salam itu.

Tiba-tiba saja dari belakang terdengar suara langkah kaki seorang perempuan yang mengejar sambil memanggil

"Kanda...! Tunggu sebentar...!"

Kabut menoleh ke kiri, dia melihat Hima menatap ke arahnya.

"Hima ?!" Kabut terkejut

"Aku hendak meminta bantuan kanda" kata Hima

"Baiklah..., bantuan apakah yang kau inginkan ?" tanya Kabut

"Pegang ini" kata Hima sambil memberikan tapak wicara berwarna putih. Hima berdiri di samping Lalita, kemudian dia berkata " Tolong ambil gambar diri kami, kakanda..."

Kabut berjalan beberapa langkah, dia arahkan tapak wicara ke arah Hima dan Lalita. Tampak senyum manis di layar. Kabut langsung mengambil beberapa gambar. Kemudian Hima memanggil Ambarwati "Bibi..., kemarilah, ikutlah bersama kami"

"Bagaimana ya ? Aku sedang tidak ingin melihat citra diriku"

"Kanda..., temani bibi Ambarwati"

"Baiklah..., tapi siapa yang akan mengambil gambar ?"

Kabut langsung berjalan dan mengembalikan tapak wicara kepada Hima. Lalu Hima menggunakan layarnya sebagai cermin, dengan sentuhan telunjuk di bingkai, layarnya berkedip, citra mereka pun tersimpan sebagai kenangan indah.

Hima merasa senang, lalu dia bertanya "Terima kasih, kakanda... Kemanakah bibi dan kakanda hendak pergi ?"

Ambarwati pun memberikan pertanyaan

"Kami sedang mencari Jaka, apakah kalian melihatnya ?"

Lalita menggeleng kepala "Kami melihatnya sebentar. Tapi dia berlalu begitu saja. Entah kemana perginya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pendekar Halus : Pintu NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang